KEPUTUSAN Carolina Duer untuk beralih menjadi petinju mengejutkan orang-orang di sekitarnya
BACA JUGA: Salihamidzic Kembali ke Bundesliga
Dia langsung akrab dengan sarung tinju dan tali skipping setelah berhenti menjalankan bisnis restoran ayahnyaPilihan yang jauh dari kata ngawur
BACA JUGA: Clichy ke City Demi Trofi
Kini, perempuan berusia 32 tahun itu sudah menjadi juara dunia di tinju putriBACA JUGA: David Haye Ngebet Lakukan Rematch
Kisah pribadi Carolina tersebut seakan merefleksikan apa yang terjadi di tinju putri ArgentinaPara pelakunya tak hanya tertarik pada tinju, tapi juga karena keinginan untuk serius menekuninya.Argentina menjadi bukti kesuburan prestasi tinju putriSaat ini, negara di Amerika Selatan itu punya delapan petinju yang menyandang gelar juara dunia di berbagai kelas dan berbagai versi badan tinju dunia"Seorang petinju yang berlatih dan bertinju di level profesional harus mampu menjadikannya sebagai bagian kehidupannya," ujar Carolina mengawali filosofi pilihannya sebagai petinju.
"Di olahraga ini, anda harus berlatih sepanjang waktu, menjaga berat badan dengan diet yang baik dan banyak hal lainJika tak mampu menjadikannya sebagai bagian hidup, itu tidak fair," lanjutnya.
Namun, di antara sebagian petinjum baik di kelompok putra atau putri, Carolina seperti kasus yang tak biasaBanyak petinju yang berasal dari kelas ekonomi bawah, tapi Carolina dari golongan ekonomi menengah ke atas.
Sebelum memutuskan bertinju, dia menjalankan bisnis ayahnya yang berupa restoranDia bertugas khusus menghitung pemasukan sekaligus pengeluaran restoran.
Perubahan berangsur memasuki benak Carolina pada 2003Saat berusia 23 tahun, dia pergi untuk menonton sebuah sesi latihan di salah satu sasana tinju di Buenos AiresPada awalnya, ketertarikan Carolina pada latihan kebugaran para petinju"Di sesi tersebut, pelatih berbincang dengan saya dan meminta saya mencobaSaya berkata "tidak", tapi dia mengulangi permintaannyaSaya memutuskan untuk mulai berlatih semenjak itu," beber Carolina.
"Saya orang yang berkemauan kuat, pasti dia melihat itu di wajah sayaDia pasti benar-benar melihat sesuatu pada diri saya," lanjutnya.
Pada September 2007, Carolina naik ring profesional untuk pertama kalinyaDia mengalahkan rekan senegaranya Agustina del Valle Aybar dalam pertarungan kelas bantam juniorSama dengan Carolina, sang lawan juga melakukan debutnya.
Gelar juara dunia baru didapatnya di pertarungan kesepuluh, Desember 2010Dia menang angka atas Loredana Piazza dalam perebutan gelar yang lowongMaret lalu, Carolina untuk pertama kalinya mempertahankan gelar, dengan kemenangan angka atas Aziza Oubaita (Prancis).
Satu keuntungan besar dimilikinya sebagai mantan pengusahaPengalaman sebagai pengusaha diopakainya untuk memberanikan diri sebagai manajer bagi dirinya sendiriItu berarti, dia punya wewenang bernegosiasi dengan sponsor, terutama memilih sponsor dari persahaan lokal.
"Susah menjadi petinjuDi ring harus yakin sebagai yang terkuat dan seorang juaraTapi, saat mengetuk pintu demi uang, anda tak selalu bisa mendapatkannyaButuh kemauan kuat supaya tak mudah lepas," terang Carolina.
Dengan memiliki gelar juara dunia, makin mudah bagi Carolina untuk mendapatkan uangNamanya pun makin dikenalItu bisa menjadi kemudahan untuk mendapatkan sponsor.
Sebagai perbandingan, seorang juara rata-rata mendapatkan bayaran USD 3.000 (Rp 26 juta) sekali naik ringBelum lagi pendapatan dari sponsorTapi, petinju yang belum punya nama dan titel, seringkali hanya menuai bayaran seperlimanya saja(ady/aww/ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aguero Pastikan Nasib setelah Copa America
Redaktur : Tim Redaksi