Catatan BPS: Hampir Seluruh Sektor Usaha Terkontraksi, Ekonomi Nasional Minus Lagi

Rabu, 05 Agustus 2020 – 22:37 WIB
Suasana pasar Palmerah, Jakarta, Kamis (25/6). Gugus Tugas Covid 19 Pasar Palmerah menutup sementara selama 3 hari untuk disterilisasi pasca 9 pedagang didapati positif Covid 19. Foto : Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hampir seluruh lapangan usaha penyumbang produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi pada triwulan II 2020 seiring pandemi COVID-19.

Akibatnya, pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen. "Hampir seluruh lapangan usaha mengalami kontraksi," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (5/8).

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Ambil Kebijakan Tepat dan Cepat Hadapi Resesi

Suhariyanto menjelaskan, lapangan usaha yang mengalami kontraksi dibandingkan periode sama tahun 2019 antara lain industri pengolahan (-6,19 persen), perdagangan (-7,57 persen), dan konstruksi (-5,39 persen). Lapangan usaha lainnya yang juga tumbuh negatif adalah pertambangan (2,72 persen), administrasi pemerintahan (-3,11 persen), sedangkan transportasi dan pergudangan menjadi sektor yang paling terdampak karena pertumbuhannya minus 30,84 persen.

Suharyanto memastikan sektor usaha yang mengalami penurunan kinerja karena COVID-19 diakibatkan berkurangnya permintaan dari masyarakat.

BACA JUGA: BPS: Juli 2020, NTP dan NTUP Naik, Indikator Kesejahteraan Petani Meningkat

"Seperti industri pengolahan yang terkontraksi karena adanya penurunan pada produksi mobil dan sepeda motor yang cukup tajam, tekstil dan pakaian jadi karena berkurangnya permintaan, serta rokok akibat PSBB," kata Suhariyanto.

Meski demikian, masih ada sektor yang tumbuh positif dalam periode ini. Antara lain sektor pertanian yang tumbuh 2,19 persen, informasi dan komunikasi (10,88 persen), serta jasa keuangan (1,03 persen).

BACA JUGA: Sektor Ekonomi Dibuka Kembali untuk Menghentikan Ancaman Krisis

"Sektor pertanian terutama tanaman pangan masih tumbuh didorong oleh pergeseran musim tanam yang mengakibatkan puncak panen padi terjadi pada triwulan II 2020," ujar Suhariyanto.

Sebelumnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2020 tercatat masih 2,97 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi sudah mulai menunjukkan perlambatan akibat pandemi COVID-19 ketika masuk triwulan II 2020.

Pertumbuhan ekonomi negatif ini merupakan yang pertama kalinya sejak triwulan I 1999. Kala itu perekonomian Indonesia tumbuh minus 6,13 persen akibat krisis finansial.

"Kalau melacak pertumbuhan ini secara triwulanan, minus 5,32 persen ini terendah sejak triwulan pertama 1999 yang terkontraksi 6,13 persen," kata Suhariyanto. (antara/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler