Cawapres dari Tokoh Islam Moderat Bisa Kurangi Ekstremitas

Rabu, 09 Mei 2018 – 15:37 WIB
Kuskridho Ambardi. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Keinginan masyarakat terhadap munculnya tokoh dari kalangan Islam moderat untuk masuk bursa cawapres, dinilai Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Kuskridho Ambardi tak lepas dari anggapan bahwa tokoh tersebut berpotensi mengurangi ekstremitas.

”Selain itu, tokoh Islam moderat dianggap bisa menjadi pancang tengah agar kelompok-kelompok di Indonesia tidak semakin terbelah,” kata Dodi, sapaan Kuskridho, melalui pesan WhatsApp, Selasa (8/5).

BACA JUGA: Pilpres 2019: Din Syamsuddin Dinilai Layak Jadi Cawapres

Tanggapan Dodi disampaikan menyusul mulai santernya disebut nama Din Syamsuddin, yang saat ini menjabat Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP), sebagai salah satu tokoh yang layak ditimbang sebagai cawapres.

Selain dianggap mewakili golongan Islam moderat, mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu dijagokan juga lantaran memiliki jaringan internasional yang pro gerakan moderasi Islam.

BACA JUGA: 2 Parpol Mau Bergabung, Kubu Jokowi akan Seperti Barcelona

Dodi mengatakan, keinginan terhadap kemunculan tokoh Islam moderat – siapa pun orangnya – memiliki relevansi dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.

”Urgensinya, karena umat Islam semakin asertif. Semakin riuh dengan berbagai tuntutan politik. Bahkan tuntutan itu terkadang berimpit dengan pertaruhan identitas keindonesiaan dan kohesi keindonesiaan,” tuturnya.

BACA JUGA: Iluni UI: Netralitas Aparat Negara Kunci Pilkada Damai

Namun, pengajar Fisipol UGM itu mengingatkan, keinginan masyarakat sebenarnya tidak semata terkait dengan latar belakang ketokohan dari si kandidat.

Lebih jauh, dari segi kapasitas, kandidat cawapres sebaiknya diisi oleh mereka yang mampu melihat dinamika perkembangan makro ekonomi di tingkat domestik dan internasional.

”Selain itu, cawapres juga perlu memiliki integritas memadai dan relatif bersih dari korupsi. Dan yang terpenting, bisa diterima oleh publik,” tegasnya.

Meskipun dari segi politik kandidat cawapres berbasis parpol dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan yang nonparpol, namun Dodi tetap mengapresiasi munculnya nama cawapres dari kalangan nonparpol. Apalagi, peluang tersebut saat ini masih terbuka lebar.

"Keuntungan cawapres yang berpartai, dia punya leverage (pengaruh) di parlemen sehingga bisa lebih mudah diterima. Sebab, anggota parlemen umumnya partisan atau mengejar ego mereka sendiri,” jelas Dodi.

Saat ditanyakan peluang Din Syamsuddin menjadi cawapres lantaran dianggap mewakili Islam moderat dan berasal dari kalangan nonparpol, Dodi berkilah, hal itu bergantung dari capresnya.

”Namun, menurut hemat saya, Din itu moderat, tapi tidak persis di tengah,” ujarnya.(jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Perlu Rembuk Nasional Jelang Pilkada dan Pilpres


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler