Cegah DBD, Abate Gratis Dibagikan

Minggu, 31 Maret 2013 – 10:16 WIB
TARAKAN--Merujuk pada hasil survei kasus Demam berdarah Dengue (DBD) beberapa tahun terakhir, puncak kasus DBD terbanyak setiap tahunnya terjadi sekira bulan April dan Mei. Nah, guna mengantisipasi merebaknya kasus DBD hingga ke level Kejadian Luar Biasa (KLB), pihak Dinas Kesehatan Kota Tarakan, akan melakukan aksi larvasidasi massal dengan membagikan bubuk abate secara gratis kepada warga pada tanggal 1 hingga 3 April.

Kepala Dinas Kesehatan, dr H Khairul mengaku larvasidasi massal kali ini dilakukan sebagai langkah antisipasi KLB, mengingat hampir seluruh wilayah atau kelurahan sudah endemis (terdapat temuan kasus terjadi setiap tahun) dan sebagain wilayah lainnya sporadis (temuan kasus dalam 3 tahun terkahir).

"Puncak kasus DBD biasanya terjadi pada bulan April hingga Mei, jadi langkah seperti ini penting kita lakukan," jelasnya.

Lanjutnya, untuk menekan angka temuan kasus, Khairul juga mengakui bahwa peran serta seluruh elemen masyarakat untuk sama-sama menjaga kebersihan lingkungan sangat penting. Sebab, kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh, utamanya konsistensi dalam melakukan aksi 3M""menguras dan menutup tempat penampungan air, serta mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air hujan.

"Kegiatan seperti itu saya rasa juga perlu dilakukan dengan rutin, paling tidak kita imbaukan bisa dilakukan oleh warga seminggu sekali," ujarnya.

Mengenai teknis pembagian bubuk abate sendiri, Kepala Seksi Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit (P2P) di Dinas Kesehatan, Tri Astuti Sugiyatmi menerangkan bahwa pihaknya akan melibatkan kader kesehatan di semua kelurahan. Peran para kader tersebut, nanti akan aktif mendatangi rumah, gedung perkantoran, sekolah dan semua tempat yang memiliki penampungan air, untuk ditaburi bubuk abate.

"Kita (Dinas Kesehatan dan Puskesmas, Red.) juga akan ikut mengawasi. Dalam artian akan mengambil sampling serta membantu memberi pengertian kepada warga tentang kegiatan ini," ujarnya.

Larvasidasi kali ini, diakuinya memang sedikit berbeda dengan kegiatan sejenis sebelumnya. Lantaran, sebelum direalisasikan, Dinas Kesehatan telah melakukan rapat koordinasi lintas sektor dengan instansi yang dianggap terkait, seperti TNI dan Polri, rumah sakit dan beberapa pihak swasta lainnya.

Pada pertemuan yang berlangsung Jumat (15/3) lalu itu, turut  dibahas rencana kerja bakti massal pada tanggal 5 hingga 7 April nanti. "Pertemuan lintas sektor ini kita lakukan, dengan tujuan selain untuk mengajak kerjasama, kita juga memberi penjelasan tentang seperti apa sih kondisi kasus DBD ini, agar semuanya bisa memahami tentang kegiatan ini," tuturnya.

Mengenai persiapan, Tri mengatakan bahwa semua logistik atau bubuk larvasidasi sudah dikirim ke tiap Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Nah, Puskesmas yang akan menyalurkannya ke tiap kelurahan yang masuk dalam wilayah kerjanya.
"Sekitar 79 galon larvasidasi yang kita siapkan sudah dikirim ke Puskesmas. Satu galonnya itu berisi 25 kilo bubuk abate," tukasnya.

Diberitakan sebelumnya, bahwa dari hasil survei kasus penyakit DBD sejak tahun 2007, diperoleh data bahwa puncak kasus DBD tertinggi setiap tahunnya terjadi pada bulan Mei. Namun peningkatan kasus tersebut sudah mulai terjadi pada bulan ini.
 
H Tri menerangkan, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi, salah satu langkah kongkrit yang dilakukan ialah pertemuan lintas sektor terkait. "Rata-rata kalau kita melihat kasus DBD selama 6 tahun terakhir, kasus di bulan Mei memang tinggi, tapi otomatis di bulan-bulan ini juga sudah mulai naik," ungkapnya.

Pada pertemuan yang melibatkan seluruh rumah sakit, Puskesmas, TNI/Polri, Palang Merah Indonesia (PMI), dan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), berikut pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jumat (15/3) lalu itu, dihasilkan kesepakatan untuk melakukan larvasidasi massal serentak di seluruh Kota Tarakan mulai tanggal 1 hingga 3 April mendatang. "Jadi kita kembali  dalam hal ini, selalu kita tekankan bahwa nyamuk itu bersiklus, mulai dari telur, larva hingga kembali menjadi nyamuk dewasa dalam waktu semingguan," ujarnya.

Kembali pada data survei yang menunjukkan kemungkinan puncak kasus DBD, hal ini juga didukung fakta yang dihasilkan sebuah studi yang berdasarkan dari data pengamatan jangka panjang Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) bersama Pemerintah Kota Tarakan tahun lalu. Dimana, data hasil studi menyatakan, dalam kaitannya dengan curah hujan, maka Tarakan mempunyai dua kali puncak hujan, yakit sekitar bulan April dan November dengan rata-rata curah hujan sekitar 310 milimeter per bulan.

"Disamping itu temperatur udara rata-rata Kota Tarakan yang sekitar 26,9 derajat Celsius dengan variasi kurang dari 1 derajat Celsius, dengan suhu udara seperti itu memang jadi tempat yang nyaman buat nyamuk berkembang biak," tuturnya.

Dengan demikian, diharapkan gerakan serentak baik itu larvasidasi maupun kerja bakti massal nantinya, bisa didukung sepenuhnya oleh seluruh instansi atau SKPD, dan semua lapisan masyarakat. Diharapkan pula semua instansi dan lapisan masyarakat bisa bekerja secara mandiri untuk bekerja bakti, dan kedepannya bisa menjadi rutin.

"Kalau tidak seperti itu, dari hasil studi yang dilakukan pemerintah daerah bahwa tahun 2030, kalau tidak di-manage dengan baik maka kasusnya bisa mencaai ribuan. Karena apa? Pertama peningkatan tinggi air laut, kedua temperatur Tarakan ini memang sangat cocok untuk semua jenis nyamuk. Nyamuk itukan betul-betul fix dengan lingkungan yang ada," tukasnya.(yan/ndy/c1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Retribusi Pemakaman Naik

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler