Cegah Negara Gagal, Bamsoet Ingatkan Hal Ini

Jumat, 25 Maret 2022 – 17:50 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo dalam sambutan pada Musyawarah Kerja Nasional Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) secara virtual dari Jakarta, Jumat (25/3). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menegaskan hingga saat ini bangsa Indonesia tidak terpecah belah.

Bangsa Indonesia beruntung memiliki empat komitmen kebangsaan yang dijadikan rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BACA JUGA: Bamsoet Berharap DED Pembangunan Sirkuit Bintan Rampung April

Yaitu, Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, NKRI sebagai konsensus, serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menyatukan berbagai keberagaman yang dimiliki dalam satu ikatan kebangsaan.

"Empat komitmen kebangsaan ini hanya benar-benar bekerja dan berfungsi ketika nilai-nilai bertransformasi menjadi tindakan nyata,'' ujar Bamsoet.

BACA JUGA: Bamsoet: Pembangunan Sirkuit Bintan Terinspirasi Keberhasilan MotoGP Mandalika

Hal ini dikatakannya dalam sambutan pada Musyawarah Kerja Nasional Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) secara virtual dari Jakarta, Jumat (25/3).

Ketua DPR RI ke-20 ini mengingatkan, sejarah mencatat kegagalan Uni Soviet dan Yugoslavia sebagai representasi negara besar dan maju di Eropa Timur.

BACA JUGA: Info dari Bamsoet, Jenderal Andika akan Melantik Pengurus Pusat FKPPI 2021-2026

Salah satu penyebabnya adalah kegagalan merawat kebersamaan sebagai sebuah bangsa.

Beberapa indikasi yang mengemuka antara lain kerapuhan sistem politik, kemerosotan ekonomi, konflik antaretnis, serta kegagalan mengidentifikasi dan merespon ancaman eskternal dan kekuatan global.

"Akhirnya, kompleksitas berbagai persoalan tersebut, dan kegagalan untuk membangun ikatan kebangsaan yang solid telah menyebabkan kedua negara besar tersebut terpecah belah,'' ujarnya.

Urgensi merawat Indonesia penting. Sebab, Indonesia memiliki potensi kerentanan yang sama, bahkan lebih besar daripada Uni Soviet dan Yugoslavia.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menerangkan, ada tiga faktor yang menempatkan bangsa Indonesia dalam posisi rentan dan rapuh.

Pertama, bangsa Indonesia memiliki tingkat heterogenitas yang sangat tinggi.

"Besarnya jumlah penduduk ini juga tergambar dari kemajemukan yang dimiliki. Yakni, terdapat 1.340 suku, 733 bahasa, dan menganut 6 agama serta puluhan aliran kepercayaan,'' ungkapnya.

Di satu sisi, kemajemukan ini menghadirkan kekayaan budaya sangat beragam.

Namun, di sisi lain, kondisi ini menghadirkan potensi ancaman untuk memecah belah dan mengadu domba.

Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini memaparkan, faktor kedua adalah kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudera.

"Kondisi ini membawa dua konsekuensi. Bila kita mampu mengelola dengan baik, akan membuat kita makin matang dalam membangun peradaban," tegas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, faktor ketiga, posisi strategis dan kekayaan sumber daya yang dimiliki akan menempatkan bangsa Indonesia sebagai center of gravity bagi kepentingan global.

"Karena itu, dalam memaknai merawat Indonesia, penting bagi kita untuk menyatukan langkah dengan merujuk pada tujuan dan cita-cita bersama. Yaitu, terwujudnya Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur,'' tandas Bamsoet. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler