Cegah Penyakit Ginjal dengan Deteksi Dini PGK

Jumat, 04 Oktober 2019 – 09:14 WIB
Para pembicara pada kegiatan edukasi kesehatan ginjal dan skrining Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kepada masyarakat di Kantor Wali Kota Kota Administratif Jakarta Timur, Kamis (3/10). Foto: Dok. Project Sunrise

jpnn.com, JAKARTA - Sebanyak 400 warga masyarakat mengikuti kegiatan edukasi kesehatan ginjal dan skrining Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di Kantor Wali Kota Kota Administratif Jakarta Timur, Kamis (3/10).

Kegiatan yang diusung dengan Project Sunrise ini merupakan kegiatan kerja sama antara Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dan Fresenius Medical Care. Pemerintah Kota Jakarta Timur sebagai tuan rumah lokasi pilot project ini mendukung penuh kegiatan pencegahan PGK ini. Hal ini dapat dilihat dengan kehadiran wali kota dan struktural yang membuka langsung kegiatan ini. 

BACA JUGA: 5 Cara Mudah Jaga Kesehatan Ginjal

Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) Aida Lydia mengatakan PGK dapat berkembang menjadi kondisi gagal ginjal tahap akhir jika tidak tertangani dengan baik, dan menyebabkan berbagai komplikasi bahkan kematian. Jika seseorang memasuki stadium akhir dari penyakit ginjalnya, maka ia akan membutuhkan suatu terapi pengganti ginjal di antaranya hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal. 

Data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2017, menunjukkan jumlah pasien aktif yang menjalani hemodialisis sebanyak 77,892 orang, sementara pasien baru adalah 30,843 orang. Dampak ekonomi yang ditimbulkan sangat besar. Hal ini dapat dicegah dengan deteksi sedini mungkin.

BACA JUGA: Sembarangan Minum Obat Asam Urat Bisa Picu Gangguan Ginjal?

Menurut Aida, pencegahan penyakit ginjal memiliki arti penting untuk menekan insiden penyakit ini yang meningkat tiap tahunnya. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan persentase penyakit ginjal kronis (PGK) masih tinggi yaitu sebesar 3,8 persen, dengan kenaikan sebesar 1,8 persen dari tahun 2013. 

Beban negara akibat PGK pun amat besar, data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di tahun 2017 tercatat 3.657.691 prosedur dialisis dengan total biaya sebesar 3,1 Triliun rupiah, merupakan pengeluaran nomor tiga tertinggi setelah penyakit jantung dan kanker. 

Hal ini seiring dengan fakta yang terjadi di dunia saat ini, yaitu meskipun kebijakan dan strategi nasional untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) atau Non-Communicable Diseases (NCD) secara umum ada di banyak negara, kebijakan spesifik yang diarahkan pada skrining, pencegahan dan pengobatan penyakit ginjal masih dirasakan kurang memadai. 

Penyebab Gagal Ginjal

Data pada IRR tahun 2017 menunjukkan penyebab terbanyak gagal ginjal di Indonesia adalah hipertensi (36%) dan diabetes (29 persen). Pencegahan PGK dapat dilakukan melalui pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer yaitu program skrining yang bertujuan untuk mendeteksi masyarakat yang berisiko terkena penyakit ginjal. 

Sedangkan pencegahan sekunder dimaksudkan untuk mencegah para penderita PGK mengalami penurunan fungsi ginjal yang lebih berat lagi, sehingga dapat mengurangi jumlah pasien yang harus menjalani terapi pengganti ginjal.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dinkes DKI Jakarta dr Endang Sri Wahyuningsih mengatakan Prevalensi Hipertensi dan diabetes di DKI Jakarta sendiri masih sangat tinggi yaitu hipertensi 34.1 persen dan Diabetes 10.9 persen. Sementara data surveillans DKI  Jakarta 2019 menyebutkan penyebab kematian tertinggi di DKI Jakarta 33 persen disebabkan penyakit endokrin dan metabolik. Hal ini tentu sangat mengkawatirkan dan menjadi salah satu fokus utama kami dalam pengendalian penyakit tidak menular.

Asisten Kesra Kota Administrasi Jakarta Timur, H. Alawy berkesempatan membuka acara dan menyatakan salah satu tingginya biaya gagal ginjal adalah dialisis atau cuci darah. Kegawatdaruratan ini dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat kesehatan ginjal dan deteksi sedini mungkin. 

Pernyataan dukungan dan apresiasi juga diberikan oleh Ibu Walikota Jakarta Timur yang berkesempatan hadir, beliau menyampaikan betapa berharganya tubuh yang sehat sehingga aktifitas dapat berjalan dengan lancar dan produktifitas sehari – hari dapat terjaga. 

Dalam kesempatan yang sama, Managing Director PT Fresenius Medical Care Indonesia dr. Parulian Simandjuntak, mengemukakan pihaknya menyadari biaya kesehatan yang ditimbulkan oleh penyakit ginjal saat ini sangat tinggi yang harus ditanggung oleh pemerintah. Oleh karena itu, PT Fresenius Medical Care Indonesia berkomitmen untuk bersama-sama pemerintah dan masyarakat melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesehatan ginjal di seluruh Indonesia.

Lebih lanjut, Parulian mengatakan kegiatan Project Sunrise ini dilakukan di Jakarta Timur sebagai pilot project, bertempat di empat kecamatan yaitu Kecamatan Cakung, Jatinegara, Matraman, dan Pasar Rebo. 

Kegiatan edukasi diawali dengan deteksi dan tata laksana penyakit ginjal bagi dokter umum di Puskesmas bulan Agustus yang lalu. Sedangkan saat ini memasuki fase skrining yang diikuti oleh 400 penduduk. 

“Selain memberikan edukasi deteksi dini mandiri kepada masyarakat, kami juga berharap kegiatan ini memberikan data sebagai upaya advokasi kebijakan mengenai pentingnya tahapan uji faktor risiko di fasilitas kesehatan primer untuk mencegah penurunan fungsi ginjal, terutama bagi pasien diabetes dan hipertensi,” katanya.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler