jpnn.com, JAKARTA - Deputi 7 Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto menyambut baik hadirnya pengembangan Vaksin Nusantara buatan dalam negeri.
Dia menjelaskan, jika Vaksin Nusantara bisa diberikan pada pasien komorbid maka ini akan memecahkan satu masalah penting penanganan Covid-19 di Indonesia.
“Untuk vaksin nusantara merupakan solusi yang ditawarkan bagi pasien komorbid, untuk penyakit penyerta ini, jadi Pak Terawan dengan Undip diharapkan bersama kita semua dapat bersinergi,” ujar Wawan dalam Beranda Ruang Diskusi secara virtual dengan tema "Setahun Pandemi, Apa Kabar Vaksin Anak Bangsa?".
BIN, lanjut Wawan, terlibat sejak awal untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 termasuk dengan mendukung pengembangna vaksin karya anak bangsa.
BACA JUGA: Dahlan Iskan Minta BPOM Adil Perlakukan Vaksin Nusantara seperti Sinovac
“BIN berperan menghadapi Covid bekerja sama dengan UGM untuk pengembangan testing Genose dan research virus Indonesia, serta dengan TNI Ad dan UNAIR untuk pengembangan obat Covid-19, Eijkman untuk perbesar testing covid-19 dan pengembangan vaksin merah putih,” sambungnya.
Pengembangan Vaksin Nusantara dilakukan Mantan Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto bersama tim peneliti di laboratorium RSUP dr. Kariadi Semarang dan Universitas Diponegoro.
BACA JUGA: PGRI: Vaksin Covid-19 jadi Paspor Guru Untuk Mengajar
Hasil uji klinis tahap awal Vaksin Nusantara telah memenuhi aspek keamanan karena tidak menimbulkan efek samping yang berarti, juga dianggap menghasilkan peningkatan antibodi pada tubuh.
Catatan Bagi Pemerintah
Pada kesempatan yang sama, Epidemologi, FKM Universitas Indonesia Dr. Tri Yunis Miko Wahyono memberi beberapa catatan terkait penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Di antaranya ialah Epidemic preparedness, penanggulangan Covid-19 lawan pemulihan ekonomi, New Normal belum pada waktunya, dan protokol kesehatan yang tidak dipatuhi semua sektor.
“Itu merupakan catatan penanggulangan Covid-19 di Indonesia ini bisa jadi renungan tahun 2020, vaksin bisa diberikan tapi pengadaannya harus cepat saya usulkan adakan akselerasi logisitik dulu baru akselerasi vaksinasinya di masyarakat boleh simultan pada kelompok apapun tapi akseleeasi logistiknya harus terjamin kemudian dipercepat pengembangan vaksin Merah Putih untuk idberikan kepada yang lebih muda dan Vaksin Nusantara kalau disebut vaksin maka bisa diberikan individual kepada orang orang yang tidak boleh memakai vaksin yang ada sekarang ini,” jelasnya.
“Vaksin menjadi intervensi yang diandalkan sehingga menjadi salah satu solusi untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di dalam negeri,” tambah Tri Yunis.
Sementara itu Ketua Umum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia, Eko Galgendu menyatakan pandemi Covid-19 bisa saja merupakan senjata dari negara kuat untuk menguasai negara lain.
Menurutnya pemerintah pusat termasuk BIN harus mencermati perkembangan Geopolitik global agar dapat menangani pandemi secara baik.
“Kami berpikir dan mengkaji bagaimana jika Covid-19 dipakai sebagai suatu senjata oleh negara kuat dan memainkan sebagai senjata penghancur massal untuk memenangkan dunia maka mereka juga akan melakukan segala cara dan propagandanya dengan media dengan memunculkan devide et impera yang kini benar-benar terjadi,” jelasnya.
Dia mendorong agar pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat bisa bersatu dalam satu komando kepala negara. Karena permasalahan kini adalah masalah global dengan negara-negara kuat di dunia.
“Pandemi ini sangat tidak sederhana, jadi mengkaji Covid-19 sangat sulit karena banyak pokok-pokok permasalahan. Saya ingat perkataan Pak Dahlan Iskan ketika dokter melarang dipakainya vaksin buatan anak bangsa maka saya akan mempertanyakan program membumi Presiden Jokowi, karena konsep membumi itu ialah berimporovisasi dengan segala perkembangan,” tutup Eko.
Narasumber yang hadir pada diskusi ini ialah Dahlan Iskan, (Pendiri disway.id), Melkiades Laka Lena (Wakil Ketua Komisi IX DPR RI), Wawan Purwanto (Deputi 7 Badan Intelijen Negara), Eko Galgendu (Ketua Umum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia), dan Dr. Tri Yunis Miko Wahyono, (Epidemologi, FKM Universitas Indonesia). (flo/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Natalia