Cerita 2 Profesor yang Tertipu Dimas Kanjeng

Kamis, 29 September 2016 – 14:17 WIB
LESU: Dimas Kanjeng (kiri) saat diamankan di kendaraan rantis Polda Jatim bersama Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara Syarifuddin. Foto Radar Bromo/JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com MAKASSAR - Dimas Kanjeng yang diyakini memiliki kemampuan menggandakan uang benar-benar ahli.

Setingkat titel professor pun juga bisa diperdaya. Seperti pengakuan Prof M kepada Fajar (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Sejak 2006, Padepokan Dimas Kanjeng Jadi Kartel Penipuan

Profesor M ikut dalam barisan 2.300 pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Sulsel.

Dia mengaku baru tersadar dirinya tertipu setelah Kanjeng ditangkap ribuan personel personel Polda Jatim di Padepokan Probolinggo, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Novanto Mau Gantikan Akom? Ya, Nggak Mungkin...

Uangnya Rp 10 juta yang masuk ke padepokan tak kunjung kembali. Padahal, wanita yang berpredikat guru besar ini telah dijanjikan uangnya akan dikembalikan 10 kali lipat.

Pada saat masih mengajar di sebuah sekolah tinggi, Prof M rajin mengikuti pengajian Kanjeng di Yayasan Bontobila Jalan Batua Raya Makassar.

BACA JUGA: Hayo, Pak Kapolri Ketahuan Belum Punya e-KTP

Namun, sejak 2012 lalu, Prof M pindah home base ke sebuah universitas swasta. Sejak itu pula dia tidak pernah lagi ikut pengajian Kanjeng.

Uang Rp 10 juta, disetor Prof M ke Yayasan Bontobila, cabang Yayasan Dimas Kanjeng di Sulsel.

Dana itu disetor tiga kali. Awalnya, Rp 2 juta, kemudian Rp 3 juta, dan terakhir Rp 5 juta.

“Setelah mengetahui itu adalah penipuan, saya berharap uang saya dapat kembali. Hal tersebut juga pastinya menjadi harapan teman pengajian saya, yang berjumlah ratusan pada 2010 hingga 2011 lalu,” katanya seperti yang dilansir Fajar (Jawa Pos Group), Kamis (29/9).

Prof M mengaku, awalnya dia diajak temannya, Ibrahim Taju yang tidak lain suami Marwah Daud.

Awalnya, hanya menggelar pengajian untuk menggugah nurani calon pengikutnya.

Setelah berhasil meyakinkan bahwa kegiatan yang digelar tersebut itu bagus, mereka mulai melancarkan aksinya.

Mereka mulai meminta sumbangan kepada santrinya untuk melakukan pembangunan Pondok Pesantren dengan iming-iming mendapatkan pahala.

Bukan hanya itu, Prof M dan santri lainnya, juga dijanjikan uang 10 kali lipat dari dana yang disetorkan.

“Pada awalnya saya tidak ada kecurigaan terhadap permintaan dana tersebut. Karena yang mengajak saya adalah seorang teman yang cukup memiliki nama. Saya memang tidak berharap untuk mendapatkan uang yang berlipat ganda, tetapi murni untuk pahala saja,” katanya.

Selain Prof M, salah satu guru besar lainnya yang ikut tergiur jaringan Kanjeng adalah Prof S, seorang guru besar di sebuah perguruan tinggi negeri di Makassar.

Malah kampus tempat Prof S mengajar, pernah dijadikan tempat pelantikan Tim Sembilan yang bertugas membagikan keuntungan dari dana yang disetorkan para santri. (edo/nur/ksa/jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... CEO Message #11 Menpar Arief Yahya: Go Digital or You’ll Die


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler