Cerita Dubes RI Untuk Lebanon Tentang Cara Allah Melindungi WNI saat Ledakan

Sabtu, 08 Agustus 2020 – 08:58 WIB
Suasana yang memperlihatkan lokasi pascaledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon, Rabu (5/8). Foto: ANTARA FOTO/Reuters- Aziz Taher/hp

jpnn.com, BEIRUT - Duta Besar Republik Indonesia untuk Lebanon Hajriyanto Y Tohari sangat bersyukur, semua WNI di Lebanon selamat dari ledakan dahsyat.

Dalam peristiwa ledakan Beirut itu, tidak ada korban dari Indonesia.

BACA JUGA: Update Korban Ledakan Lebanon: 135 Meninggal, 5.000 Cedera, Puluhan Ribu Orang Hilang

Seluruh WNI termasuk staf KBRI dinyatakan selamat dan dalam keadaan sehat.

“Sore itu, jam 18.00 waktu Beirut masih terang. Saya masih berada di lantai empat. Dan biasanya staf KBRI di jam-jam itu setelah selesai ngantor pergi hangout, cari makan atau minum kopi. Namun, sore itu ternyata semua tidak pergi ke mana-mana. Alhamdulillah, itu cara Allah melindungi kami semua,” ujarnya dalam bincang-bincang santai di acara RMOL World View, Jumat (7/8) malam.

BACA JUGA: Mengejutkan, Inilah Hasil Penyelidikan Awal dari Ledakan Lebanon

Kekuatan ledakan yang oleh banyak pihak dikatakan setara dengan gempa berkekuatan 3,5 skala richter itu, terasa hingga radius 10 kilometer.

Sementara, kompleks KBRI terletak sekitar 8,3 kilometer dari lokasi ledakan.

BACA JUGA: Lihat Betapa Dahsyatnya Ledakan di Lebanon, 78 Meninggal, 1 WNI jadi Korban

Tidak ada kerusakan berarti yang menimpa gedung KBRI.

“Sementara bangunan lain yang jaraknya juga hampir sama, mengalami kerusakan parah hingga memakan korban. Namun, gedung KBRI tetapi tidak ada kerusakan berarti,” terang Hajriyanto.

Komplek KBRI terletak di kawasan perbukitan di Baabda.

Lokasinya lebih tinggi dari pusat Kota Beirut yang ada di area downtown.

“Gedung KBRI berbeda dengan kedutaan-kedutaan besar negara lainnya yang sebagian besar mempunyai kantor di pusat kota, di Downtown. KBRI itu terletak di pinggiran kota Beirut, bertetangga dengan Istana Presiden, ada perbukitan. Dipisahkan pula dengan hutan kota,” katanya.

Hajriyanto juga mengisahkan bagaimana Kapal Perang RI Sultan Hasanuddin bersama 120 prajurit marinir Kontingen Garuda selamat dari dahsyatnya ledakan di pelabuhan Beirut.

KRI Sultan Hasanuddin dengan 120 prajurit Marinir Angkatan Laut RI selamat dari ledakan karena pada saat kejadian sedang berlayar mengadakan patroli di laut lepas.

Sementara lokasi tempat kapal itu biasa bersandar di Pelabuhan Beirut, hancur.

“Malam hari, sehari sebelum ledakan, ada perubahan jadwal. Jadi KRI menerima penugasan untuk berangkat. Padahal jadwal meraka adalah pekan depan. Alhamdulillah. Itu adalah cara Allah melindungi mereka, melindungi warga Indonesia,” ujar Hajrianto.

Berbeda halnya dengan kapal perang Bangladesh yang selalu bersandar berdekatan dengan KRI Sultan Hasanuddin di Pelabuhan Beirut.

Saat terjadi ledakan, kapal perang Bangladesh sedang bersandar. Kapal itu mengalami kerusakan berat, dua personelnya tewas dan tujuh orang dalam keadaan kritis di rumah sakit.

Di tengah bencana yang menimpa Beirut, orang-orang Indonesia yang ada di negara itu diberi perlindungan yang luar biasa.

Hajrianto juga mengisahkan, ada kapal pesiar, Orient Queen, yang terbalik. Pada saat kejadian, kapal itu sedang bersandar karena memang sedang diliburkan terkait Covid-19. Beberapa krunya ada orang Indonesia.

Namun, pada sore itu, kru yang dari Indonesia tidak berada di sana.

Kapal Orient Queen mengalami kerusakan. Salah satu awak kapal Orient Queen tewas dalam ledakan itu dan satu lagi dilaporkan hilang.

Sementara beberapa anggota awak lainnya berada di rumah sakit di seluruh kota.

Operator kapal Abou Merhi Cruises, yang masih shock dengan peristiwa ledakan itu menyebutnya sebagai tragedi mengerikan.

“Banyak peristiwa yang saya lihat menandakan Allah sayang dan melindungi orang-orang Indonesia di Beirut,” ujar Hajriyanto yang juga ikut berbelasungkawa atas peristiwa ledakan itu. (rmol)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler