Mengejutkan, Inilah Hasil Penyelidikan Awal dari Ledakan Lebanon

Rabu, 05 Agustus 2020 – 20:05 WIB
Suasana yang memperlihatkan lokasi pascaledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon, Rabu (5/8). Foto: ANTARA FOTO/Reuters- Aziz Taher/hp

jpnn.com, BEIRUT - Pemerintah Lebanon terus memperbarui informasi terkait penyelidikan malapetakan ledakan dahsyat di Beirut, Selasa (4/8) waktu setempat.

Penyelidikan awal menunjukkan adanya kelalaian dan tidak adanya tindakan selama bertahun-tahun atas penyimpanan bahan yang sangat eksplosif di Pelabuhan Beirut itu.

BACA JUGA: Duka di Lebanon: 100 Orang Tewas, Bakal Bertambah, Banyak Korban Masih Tertimbun Puing

Diketahui, hingga Rabu (5/8) siang WIB dilaporkan lebih dari 100 orang meninggal dunia dan ribuan lainnya terluka.

Pemerintah Republik Lebanon dalam sebuah pernyataan mengungkap hal yang mengejutkan.

BACA JUGA: Lihat Betapa Dahsyatnya Ledakan di Lebanon, 78 Meninggal, 1 WNI jadi Korban

BACA JUGA: Ledakan Dahsyat di Lebanon Berpotensi Memicu Krisis Pangan

Ternyata, 2.750 ton amonium nitrat yang biasa digunakan untuk pupuk, tetapi juga memiliki potensi besar membuat ledakan layaknya bom itu telah disimpan selama enam tahun di pelabuhan, tanpa langkah-langkah keamanan.

"Ini adalah kelalaian," kata seorang sumber pemerintah kepada Reuters.

Sumber itu menambahkan bahwa masalah keamanan penyimpanan telah dibawa ke beberapa komite dan hakim, tetapi 'tidak ada yang dilakukan' atau tidak ada aksi untuk mengeluarkan perintah pemindahan atau pembuangan bahan mudah terbakar itu.

Sumber itu mengatakan api mulai membakar gudang nomor 9 di pelabuhan dan menjalar ke gudang 12, di mana amonium nitrat disimpan.

Ledakan tersebut adalah yang paling kuat yang pernah diderita oleh Beirut, sebuah kota yang masih dilanda perang saudara tiga dasawarsa lalu dan terhuyung-huyung akibat krisis keuangan yang dalam yang berakar pada korupsi selama puluhan tahun dan pengelolaan ekonomi yang buruk.

Direktur Jenderal Bea Cukai Lebanon Badri Daher mengatakan kepada penyiar LBCI pada Rabu bahwa bea cukai telah mengirim enam dokumen ke pengadilan, memperingatkan bahwa bahan itu menimbulkan bahaya.

"Kami meminta agar diekspor kembali, tetapi itu tidak terjadi. Kami serahkan kepada para ahli dan mereka yang terkait untuk menentukan alasannya," kata Daher.

Sumber lain yang dekat dengan seorang karyawan pelabuhan mengatakan sebuah tim yang memeriksa amonium nitrat enam bulan lalu memperingatkan bahwa jika tidak dipindahkan itu akan meledakkan seluruh Paris Timur Tengah, julukan Kota Beirut.

Menurut dua dokumen yang dilihat oleh Reuters, Bea Cukai Lebanon telah meminta pengadilan pada tahun 2016 dan 2017 untuk meminta "agen maritim yang bersangkutan" untuk mengekspor kembali atau menyetujui penjualan amonium nitrat, dikeluarkan dari kapal kargo, Rhosus, dan disimpan di gudang 12, untuk memastikan keamanan pelabuhan.

Salah satu dokumen mengutip permintaan serupa pada 2014 dan 2015.

"Investigasi lokal dan internasional perlu dilakukan terhadap insiden tersebut, mengingat skala dan keadaan di mana barang-barang ini dibawa ke pelabuhan," kata Ghassan Hasbani, mantan wakil perdana menteri dan anggota partai Pasukan Lebanon.

Shiparrested.com, sebuah jaringan industri yang berurusan dengan kasus-kasus hukum, telah mengatakan dalam sebuah laporan 2015 bahwa Rhosus, berlayar di bawah bendera Moldova, merapat di Beirut pada September 2013 ketika mengalami masalah teknis dalam pelayaran dari Georgia ke Mozambik dengan 2.750 ton amonium nitrat.

Dikatakan bahwa, setelah diperiksa, kapal itu dilarang berlayar dan tak lama kemudian ditinggalkan oleh pemiliknya, yang mengarah ke berbagai kreditor yang mengajukan tuntutan hukum.

"Karena risiko yang terkait dengan mempertahankan amonium nitrat di atas kapal, otoritas pelabuhan mengeluarkan muatan ke gudang pelabuhan," tambahnya. (reuters/antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler