Cerita Erni, Guru Asal Sulbar yang Merasakan Manfaat Kurikulum Merdeka

Senin, 15 Juli 2024 – 19:28 WIB
Erni Burhanuddin, seorang guru di SMA Negeri 1 Wonomulyo, Sulawesi Barat, terkesan dengan Kurikulum Merdeka. Foto: source for jpnn.com

jpnn.com - Erni Burhanuddin, seorang guru di SMA Negeri 1 Wonomulyo, Sulawesi Barat, mengakui kebijakan Nadiem Makarim menerapkan Kurikulum Merdeka terasa ‘menampar’ karakternya selama ini dalam memberikan pengajaran.

“Terus terang, saya menangis begitu melaksanakan Kurikulum Merdeka. Diri saya merasa ditampar oleh Kurikulum Merdeka. Selama ini saya amat keras dalam mengajari para siswa dengan tujuan mendidik kedisplinan ke mereka,” ujar Erni dikutip, Senin (15/7).

BACA JUGA: Nadiem Makarim Sebut Kurikulum Merdeka Dibutuhkan Sekolah yang Tertinggal, Guru Diberi Kebebasan

Erni bercerita selama ini ketika mengajar ia bersikap amat keras dan tegas tanpa toleransi kepada siswanya. 

Dia mencontohkan jika ada siswanya yang tidak merampungkan tugas sekolah atau lalai dalam pembelajaran maka tidak segan dikeluarkannya dari dalam kelas.

BACA JUGA: Donald Trump Ditembak, Presiden Jokowi Bereaksi Begini

“Memang mereka patuh tapi dalam hatinya mungkin saja sakit hati maupun kesal kepada saya. Walaupun tujuannya ingin mendidik kedisiplinan ke siswa tetapi saya selama ini tidak pernah peduli dengan perasaan mereka,” ucap Erni.

Namun, begitu Nadiem Makarim menyuguhkan Kurikulum Merdeka untuk diimplementasikan, Erni justru juga menjadi banyak belajar meski dirinya adalah guru. 

BACA JUGA: Ini Masalah Uang, PPPK dan PNS Bisa Full Senyum Bareng

Kurikulum merdeka, kata Erni, membuatnya mengubah karakter dan pola mengajar ke siswa agar tidak seperti sebelumnya.

Erni menuturkan melalui Kurikulum Merdeka tetap para siswa dididik kedisiplinan namun terarah dan tetap harus memahami jiwa serta perilakunya. 

Dia menyebutkan berbekal Kurikulum Merdeka, papar Erni, guru juga perlu menggali bakat dan minat siswa ketika memberikan pengajaran.

“Saya ikut Guru Penggerak dan belajar tentang filosofi Ki Hadjar Dewantara yang diaktualisasikan oleh Kurikulum Merdeka. Saya merasa adanya Kurikulum Merdeka membuat perbaikan mutu pendidikan,” tukas Erni.

Terakhir, Erni menyampaikan terima kasihnya kepada Nadiem Makarim yang membawa terobosan transformasi pendidikan di Indonesia lalu berharap agar Kurikulum Merdeka dapat terus dilanjutkan sebab sesuai dengan keadaan kini untuk menyelesaikan sejumlah persoalan pendidikan.

Pelaksanaan Kurikulum Merdeka terbatas mulai dilaksanakan pada 2021 di Sekolah Penggerak di 111 kabupaten/kota se-Indonesia. 

Setahun kemudian, dimulai implementasi Kurikulum Merdeka untuk Jalur Mandiri. Data Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kemendikbudristek menyebutkan saat ini sudah lebih dari 300.0-00 sekolah, termasuk lebih dari 6 ribu sekolah di daerah tertinggal, sudah mulai menerapkan Kurikulum Merdeka.

Nadiem menjelaskan Kurikulum Merdeka memudahkan guru melakukan pembelajaran terdiferensiasi, mengasah bakat dan minat, serta menumbuhkan karakter murid secara lebih menyeluruh.

Kurikulum menjadi lebih ringkas dan fleksibel untuk bisa mendukung pemulihan pembelajaran akibat pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.

“Dengan Kurikulum Merdeka juga untuk mengejar ketertinggalan pendidikan Indonesia dari negara-negara lain di dunia. Kurikulum merdeka merupakan transformasi pembelajaran yang penting untuk menghadapi situasi dunia yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman,” kata Nadiem.

Sebelumnya, data dari Rapor Pendidikan Tahun 2023 menunjukkan bahwa satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka memiliki tingkat literasi, numerasi, karakter, inklusivitas, dan kualitas pembelajaran yang lebih baik dibandingkan yang masih menggunakan kurikulum 2023.

Begitu juga bagi siswa SMA lulusan Kurikulum Merdeka faktanya memiliki skor nilai lebih tinggi dibandingkan yang kurikulum 2013 pada Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2024. Rata-rata skor UTBK SNBT siswa SMA yang menerapkan Kurikulum Merdeka mencapai skor 557,33. Sementara rerata skor siswa SMA yang menggunakan Kurikulum K13, hanya di 548,98

Kurikulum Merdeka juga memberikan khusus tentang pendidikan lingkungan sehingga mengarahkan para siswa secara kontekstual lebih dekat dan peka terhadap alam maupun kondisi sekitarnya.(mcr8/jpnn)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler