Cerita Guru TK yang Terjebak Jaringan Narkoba Internasional

Awalnya Diajak Diskusi, Dihamili, dan Dijadikan Kurir

Jumat, 14 November 2014 – 02:52 WIB
DIMANFAATKAN : Nestapa Cholifah (kanan) dan Felix saat menjalani persidangan kasus narkoba di Surabaya, Selasa (11/11). Eko Priyono/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - Rengekan, tangis, dan tawa anak-anak sudah lama tidak didengar Cholifah. Suara yang membuatnya terhibur itu bakal tidak bisa didengar lagi oleh guru TK tersebut selama beberapa tahun ke depan. Setidaknya sampai masa hukumannya selama sebelas tahun selesai dijalani.

Laporan Eko Priyono, Surabaya

BACA JUGA: Dirut Termuda BUMN yang Suka Naik Gunung dan Bergaul dengan Preman

DIAM adalah jawaban yang cukup dalam untuk menggambarkan perasaan hati Cholifah. Mulutnya terkatup dan matanya menatap kosong. Pelan tapi pasti, pipinya akhirnya basah oleh air mata yang mengalir tanpa suara. ”Enggak tahu, Mas,” ucapnya lirih beberapa saat kemudian sambil jemarinya memegang erat terali besi penjara ketika ditemui Jawa Pos beberapa waktu lalu.

Kegundahan hatinya memang sedang bertumpuk. Semua kenyataan buruk yang dialaminya sekarang hanya berawal dari kesalahan bergaul dan mengenal orang. Sosok Botholomiw Felix Egbo alias Felix yang datang dengan gaya akademis dan jiwa wirausaha berusaha memikat hati Cholifah. Perempuan itu pun terpincut dan berpacaran.

BACA JUGA: Cerita Tulus, Dari Proses Menciptakan Lagu Hingga Teman Hidup

Anak pertama di antara lima bersaudara itu tidak memiliki kata yang pas untuk menggambarkan isi hatinya. Kesedihan yang menumpuk membuatnya tidak bisa memilih yang harus dipikirkan dan diselesaikan. Mulai anak yang dilahirkan di dalam penjara, bapaknya yang sedang sakit, sampai vonis penjara yang cukup lama.

Jika tidak sedang dipenjara, Cholifah sekarang pasti menemani anak-anak didiknya yang masih TK. Perempuan 30 tahun itu merupakan pengajar sebuah TK swasta di kawasan Jakarta Pusat. TK tersebut merupakan bentukan lembaga sosial yang didanai asing dan menaruh perhatian terhadap anak-anak pinggiran di Jakarta.

BACA JUGA: Handoko Hendroyono, Angkat Brand Lokal dengan Jakarta Do Art

Di sela-sela menjalani aktivitas sebagai pengajar, seorang teman yang sama-sama aktivis lembaga sosial itu mengenalkannya kepada sosok Felix. Pria kulit hitam tersebut menyatakan ketertarikannya pada aktivitas sosial yang dilakukannya. Kepada Cholifah, Felix juga mengaku pernah terlibat dalam kegiatan serupa di negaranya.

Tidak hanya itu, pria yang juga disidangkan di Pengadilan Negeri Surabaya tersebut bercerita bahwa di Indonesia dirinya menggeluti bisnis pakaian. Pria 35 tahun itu memiliki sebuah gerai di ruko di bilangan Jakarta. ”Saya pernah diajak ke sana,” ucap Cholifah.

Sejak itulah, hubungannya dengan Felix semakin dekat. Mereka sering keluar bareng sampai akhirnya berpacaran. Ditanya hal yang membuatnya terpincut, Cholifah hanya menjawab dengan tersenyum malu.

Perempuan yang selalu berkerudung setiap menghadiri sidang itu tertarik untuk bisa berbisnis seperti Felix. Dia pun bertanya banyak tentang penjualan dan cara pemasaran. Intensitas hubungan yang kebablasan itu sampai membuat Cholifah hamil.

Akhirnya, pacarnya tersebut meminta Cholifah untuk mengambil sampel baju di Tiongkok. Saat itu usia kandungannya empat bulan. Kekasihnya menyediakan tiket pulang pergi. ”Dia baru mau menikahi saya kalau mau pergi,” kisahnya. Hal itu tidak membuat Cholifah curiga sama sekali.

Kejanggalan mulai muncul ketika tiba di negara tujuan. Ternyata, bukan baju yang diberikan seseorang yang tidak dikenal itu, tapi tas yang sudah diisolasi. Meski begitu, dia masih menyimpan kecurigaannya. Cholifah baru sadar ketika mendarat di Bandara Juanda, Surabaya. Dia dicegat petugas bea cukai dan digeledah. Di dalam tasnya, tersimpan sabu-sabu seberat 1,7 kilogram.

Sejak itulah dia merasa hancur. Meski akhirnya Felix juga ditangkap dan sama-sama ditahan di Rutan Medaeng. Saat ditemui di Pengadilan beberapa waktu lalu, Cholifah mengaku tidak memiliki harapan lagi kepada Felix. Jangankan berbicara, menyapa saja tidak pernah meski mereka sering sidang bareng.

Sebenarnya, Felix masih berusaha menggoda Cholifah. Jawa Pos pernah memergoki Felix njawil-njawil tangan kekasihnya ketika menunggu giliran sidang. Tapi, godaan itu tidak mendapat respons yang diharapkan. Cholifah malah memilih duduk menjauh sambil terus menunduk.

Namun, perasaan benci dan marah itu kelihatannya sudah berubah. Felix yang Selasa (11/11) menjalani sidang putusan membawa sepucuk surat yang dibuat Cholifah. Dia menyerahkan surat yang ditulis tangan itu kepada majelis hakim.

Dalam surat tersebut, Cholifah meminta agar hakim memaafkan perbuatan Felix. Dia beralasan Felix ditangkap karena pengakuannya. Selain itu, dia mengaku masih berharap tanggung jawab Felix atas anak yang dikandungnya. Karena itulah, Cholifah berusaha membelanya.

Anak tersebut lahir pada Jumat lalu di dalam Rutan Medaeng. Sayangnya, Felix menolak ketika ditanya nama anaknya. Dia terlihat bingung sekaligus tidak terima karena dihukum 18 tahun penjara.

Kondisi Cholifah juga menjadi beban keluarganya. Setiap kali sidang, orang tuanya datang ke pengadilan satu bulan sekali. Tapi, ketika putusan dibacakan pekan lalu, bapaknya yang ditunggu-tunggu tidak nongol lagi di Pengadilan Negeri Surabaya. ”Saya dengar sakit. Kasihan Bapak,” ucapnya.

Setiap hari bapaknya yang sudah berusia kepala enam masih bekerja sebagai pencari ikan di wilayah Kepulauan Seribu. Selama sidang, hasil melaut disisihkan untuk biaya transportasi ke Surabaya menjenguk Cholifah. Termasuk bekal untuk kebutuhan sehari-hari Cholifah di dalam rutan.

Ibunya tidak bekerja. Karena itulah, Cholifah ingin membuka usaha agar bisa membantu ekonomi keluarga. Namun, bukannya sukses yang didapat, dia malah terjebak dalam jaringan narkoba internasional. Dari balik jeruji penjara, dia hanya ingin segera terbebas dari ujian berat tersebut. (*/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tanggalkan Masker, Pilih Kacamata Hitam Agar Tak Grogi di Depan Mayat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler