jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membeber kisah di balik keputusan partainya menggaet praktisi hukum yang juga pentolan Aksi Bela Islam 212 Kapitra Ampera untuk diusung sebagai bakal calon anggota legislatif (bacaleg) di Pemilu 2019. Menurut Hasto, bergabungnya mantan kuasa hukum Habib Rizieq Shihab itu tak lepas dari faktor sejarah.
Hasto mengungkapkan, ayahanda Kapitra pernah menjadi ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Bahkan, Ampera sebagai nama belakang Kapitra juga diambil dari singkatan amanat penderitaan rakyat yang dipopulerkan Bung Karno untuk menyatukan Indonesia.
BACA JUGA: Sekjen PDIP Bertemu Kapitra Ampera, Inilah Hasilnya
"Dari namanya saja sudah dekat dengan Bung Karno yang pernah menegaskan setiap pemimpin wajib memahami apa itu Ampera. Nah, bergabungnya Kapitra Ampera, tidak lepas dari proses kesejarahan dengan Bung Karno," ujar Hasto usai bertemu Kapitra di DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Selasa (24/7).
Hasto menambahkan, Ampera juga menjadi nama jembatan besar di Palembang, Sumatera Selatan. Jembatan ikonis itu dibangun di masa pemerintahan Presiden Soekarno sebagai wujud untuk menyatukan wilayah-wilayah Indonesia.
BACA JUGA: Resmi jadi Caleg PDIP, Kapitra Terima Dipanggil Cebong
Karena itu Hasto juga punya harapan besar dengan bergabungnya Kapitra ke PDIP. “Harapannya bisa menjadi jembatan persahabatan untuk Indonesia Raya,” sebutnya.
Sedangkan Kapitra mengatakan, keputusannya memilih bergabung dengan PDIP karena partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu memberinya ruang untuk berjuang sesuai keyakinan yang ada. Salah satunya memperjuangkan aspirasi umat Islam.
BACA JUGA: Daftar Caleg PD Tanpa Agus Hermanto, Karena Bertemu Hasto?
"PDIP memberi ruang bagi saya untuk keislaman saya. PDIP juga berjuang untuk memperjuangkan mayoritas umat Islam dan anak bangsa ini agar lebih sejahtera," katanya.
Apakah Kapitra sudah meminta izin Habib Rizieq sebelum bergabung dengan PDIP? Advokat asal Padang yang akan menjadi caleg PDIP untuk daerah pemilihan Riau II itu menepisnya.
"Anda tahu Sungai Musi? Begitu besar lalu dijembatani nama saya, jadi tidak perlu bertanya pada nelayan, tak perlu bertanya pada ikan, tapi dia menyelamatkan, diseberangi banyak orang. Sekarang yang penting bukan cara, tapi tujuan. Cara boleh beda, tapi tujuan tak boleh beda. Indonesia adalah rumah saya, rumah semua," pungkas Kapitra.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Hasto Mesti Mampir Mriki Dahar Bakmi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang