Cerita Lengkap Korban Fetish Jarik: Gilang Bungkus Sering Puji Pria Ganteng dan Minta Dipeluk

Rabu, 05 Agustus 2020 – 06:26 WIB
Teman MFS, berinisal R yang sempat diikat lakban demi Gilang Bungkus. Foto: Dok pribadi MFS

jpnn.com, SURABAYA - Mahasiswa semester tiga di salah satu universitas di Surabaya berinisial MFS adalah orang yang pertama kali membongkar perilaku menyimpang Gilang Bungkus lewat fetish selama ini.

MFS memberanikan diri membuka semua perlakuan Gilang Bungkus lewat cuit di Twitter.

BACA JUGA: Begini Cara Gilang Bungkus Beraksi Membawa Para Korbannya, Mengerikan, Bikin Trauma

“Jujur saya takut waktu nulis thread, deg-degan juga. Takut disalah-salahin dan dituntut karena mencemarkan nama baik. Tapi saya didorong teman saya agar di-up, takut banyak korban lain,” kata MFS kepada Ngopibareng.id.

MFS menyebutkan, yang membuatnya berani berbicara di publik untuk menghindari jatuhnya korban baru.

BACA JUGA: UNAIR Minta Gilang Bungkus Segera Klarifikasi Kasusnya

Menurutnya, sebagian besar korban yang menjadi target pelaku adalah mahasiswa baru (MABA) dan pelajar sekolah menengah atas (SMA).

Awal mula pengalaman tidak menyenangkan itu dialami MFS pada 24 Juli 2020. Pelaku sebelumnya sudah menjadi pengikut Instagram MFS sejak 2019.

BACA JUGA: Heboh Gilang Bungkus, Apa yang Dimaksud Fetish?

Tidak ada perbincangan serius di antara keduanya kecuali pelaku meminta MFS untuk mengikuti akun miliknya.

Pelaku lantas menghubungi MFS kembali dengan modus meminta pertolongan. Gilang mengaku jika dia butuh bantuan untuk menyelesaikan proyek penelitian psikologi-thriller tugas akhirnya.

Untuk membuat MFS yakin, pelaku selalu menekankan pengalamannya menjadi mahasiswa tingkat akhir.

“Saya dihubungi setelah setahun nggak chat. Pada 24 Juli 2020 dia memohon biar dibantu jadi subjek penelitiannya, dia sudah semester sepuluh. Dia juga bilang kalau saya belum merasakan rasanya jadi mahasiswa semester akhir, di situ saya kasihan,” tambah MSF.

Karena iba, MFS kemudian mengikuti instruksi dari pelaku untuk dibungkus dengan kain dan diikat lakban. Untuk menjalankan misinya, MFS dibantu temannya.

Pada menit ke-15 MFS hampir tak sanggup lantaran tidak bisa bernafas. Namun, pelaku tetap berusaha meyakinkannya melalui telepon.

Akhirnya MFS menurutinya. Dia lantas direkam dan difoto oleh temannya. Dokumentasinya langsung dikirim ke pelaku.

“Saya selama 15 menit sudah gak bisa bernafas dan mau berhenti. Tapi dia nelpon teman saya katanya penelitiannya sudah sejauh ini dan saya sudah menyanggupi. Akhirnya saya lanjut dibungkus kain dan diikat lakban selama 3 jam, foto dan video langsung dikirim ke dia,” ceritanya.

 

Setelah dibungkus selama 3 jam, pelaku meminta MFS untuk membungkus temannya. Temannya sempat diikat lakban mulut dan tangannya, tetapi dia menyerah. Teman MFS tidak bisa menghirup udara bebas.

MFS pun tidak mau memaksakan. Karena hal itu, pelaku marah kepadanya. Dia kemudian meminta MFS untuk dibungkus ulang lantaran dia kurang ekspresif. Tetapi permintaan tersebut ditolak olehnya. Pelaku pun mengancam dengan berbagai cara agar MFS menuruti keinginannya.

“Saya diancam katanya penyakit vertigonya akut dan kambuh. Terus dia mau bunuh diri dan emosinya meledak-ledak. Dia juga sempat nge-chat bilang katanya pengen peluk, terus temen saya dibilang ganteng. Dia juga tanya kesan saya terhadap dia, saya risih sebenernya” sambungnya.

Di samping itu, sejak 24 hingga 28 Juli 2020, pelaku masih memaksa MFS untuk dibungkus ulang. MFS berusaha menolak dengan sopan.

Dia lantas menceritakan apa yang dialaminya kepada teman dekat dan ibunya. Sejak saat itu dia mengetahui jika dirinya menjadi korban fetish.

“Saya diminta take ulang hingga 5 kali. Saya tetap nolak, saya akhirnya cerita ke ibu dan teman. Sama teman dikasih tautan kalau perlakuan dia itu fetish,” jelas MSF.(ngopibareng/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler