Ketika Mohammad mulai mencoba narkoba di akhir masa remajanya, yang dilakukanmya bukan hanya ilegal, tapi dilarang oleh kepercayaannya.
"Dimulai dengan bong [ganja], minuman keras, lantas kokain ..." ia mengingat yang dilakukannya.
BACA JUGA: Tiongkok Bantah Persulit Ekspor karena Australia Desak Penyelidikan COVID-19
Mohammad, yang hanya ingin nama depannya disebut, telah menghabiskan ribuan dollar untuk memuaskan kecanduannya selama bertahun-tahun.
Selama kecanduan, ia juga kehilangan hal-hal yang paling ia cintai dalam hidup.
BACA JUGA: Bali Berharap Kegiatan Pariwisata Akan Kembali Mulai Juli
"Saya kehilangan pernikahan saya karena narkoba, saya kehilangan putri saya untuk beberapa waktu karena narkoba, saya kehilangan keluarga saya," katanya.
"Itu adalah saatnya di mana saya tahu bahwa jika saya tidak berubah, saya akan mati. Hanya ada dua pilihan itu untuk saya."
BACA JUGA: Beredar Petisi Terkait Kasus Mahasiswa Indonesia di Australia
'Kamu seharusnya sejak awal tidak mengonsumsi narkoba'Di seluruh Australia, diperkirakan ada ratusan ribu orang yang kebutuhannya untuk mendapat layanan rehabilitasi narkoba dan alkohol tidak terpenuhi karena masalah "kekurangan dana".
Untuk Mohammed, jalan menuju hidup bebas narkoba juga menjadi lebih rumit karena agamnya. Dalam Islam, hal-hal yang memabukkan sama sekali tidak diizinkan.
"Ini jelas-jelas lebih memalukan di dalam lingkup keluarga," katanya.
"Sulit untuk terbuka pada anggota keluarga yang lain karena kami tidak seharusnya mengonsumsi [narkoba atau alkohol] sejak awal, jadi itu bisa jadi kenyataan yang mengagetkan untuk beberapa anggota keluarga, tergantung seberapa religius mereka."
Mohammad sudah meminta pertolongan dari layanan rehabilitasi di luar komunitasnya, tetapi ia mengaku tidak pernah merasa benar-benar merasa nyaman dengan saalah satu penasihatnya, sehingga tak ada kemajuan.
Kemudian ia mendengar tentang 'Hayat House', layanan rehabilitasi ketergantungan alkohol dan narkoba bagi komunitas Muslim di Sydney. Akhirnya, ia menemukan kecocokan.
"Karena ini tempat [rehabilitasi] untuk umat Muslim, saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi ini seakan membuat saya lebih merasa nyaman untuk terbuka [pada para penasihat]," kata Mohammed.
"Mungkin karena situasinya lebih mirip dengan rumah saya dan kami diperbolehkan untuk bicara tentang kecanduan kami itu." Bergerak melampaui dosa
Sebagai seorang psikolog terlatih sekaligus direktur dari 'Hayat House', Nasreen Hanifi telah menolong banyak orang seperti Mohammed mengatasi ketergantungannya selama bertahun-tahun.
"Orang-orang biasanya merasa nyaman saat mereka bisa menjalankan layanan yang bisa menghubungkan mereka dengan keyakinan atau latar belakang budaya mereka," Nasreen menjelaskan.
Hayat House buka empat hari dalam seminggu, tetapi karena aturan physical distancing, sesi layanan saat ini dilakukan melalui telepon atau melalui Zoom. Meskipun layanan mereka terutama ditujukan bagi komunitas Muslim, layanan yang sama terbuka pula untuk para non-Muslim.
Nasreen mengatakan para staf di kliniknya mempratikkan terapi yang sudah terbukti sebelumnya, seperti terapi perilaku dan wawancara yang memotivasi.
"Bagian tak terpisahkan dari profesi kami adalah pendekatan yang tidak menghakimi dan tidak bias," katanya.
"Kalau Anda datang ke sini dan berpikir bahwa Anda telah melakukan dosa dan Tuhan sedang menghukummu, atau apapun perasaan bersalah atau malu yang dirasakan klien, kami berusaha untuk tidak berfokus pada hal-hal tersebut.
"Tujuan kami adalah untuk membantu mereka dengan kecanduan mereka, baik dengan cara menjauhkan mereka dari itu, atau fokus pada proses yang mengurangi bahaya." Photo: Nasreen Hanifi juga adalah presiden Mission of Hope, sebuah badan amal yang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan di komunitas Muslim. (Supplied: Crispy Clear Images )
Keyakinan yang mengalahkan kecanduan
Tetapi beberapa klien ingin mendiskusikan kecanduan mereka sehubungan dengan iman mereka.
"Saya memiliki master dalam teologi sehingga saya bisa melakukan itu, tetapi jika [seorang dokter] tidak terlatih di bidang itu, saya tidak akan merekomendasikan mereka untuk melakukannya," katanya.
"Anda perlu memahami Islam secara keseluruhan untuk dapat melakukan konseling spiritual, jadi kami berfokus memberikan intervensi klinis sebanyak yang kami bisa."
Di seluruh Australia, banyak klinik rehabilitasi dan detoksifikasi berafiliasi dengan organisasi Kristen. Meskipun pertemuan para pecandu alkohol dan narkoba terbuka untuk orang beragama dan atheis, program mereka berdasarkan 12 langkah yang berakar pada agama.
Dr Hanifi mengatakan ada alasan mengapa agama kerap terkaiat dengan layanan rehabilitasi.
"[Untuk] orang yang memiliki masalah kecanduan, khususnya di sektor narkoba dan alkohol, salah satu kekhawatiran terbesar yang biasanya mereka miliki adalah keyakinan mereka," katanya.
"Penelitian yang saya lakukan menyarankan jika kita menerapkan spiritualitas dalam sesi konseling untuk klien Muslim, khususnya, maka hasilnya akan jauh lebih baik karena kita dapat berbicara tentang emosi, momen memalukan, rasa malu, semua itu, jika dihubungkan dengan agama, akan memberi mereka tujuan praktis tentang bagaimana mereka dapat mengelola [kecanduan mereka]. "
Bagi Mohammad, pendekatan holistik Dr Hanifi membantunya mengubah kebiasaannya.
"Banyak orang berpikir Anda hanya perlu iman, dan semuanya akan baik-baik saja, dan itu tidak benar," katanya.
"Anda butuh iman dan Anda juga butuh dukungan psikologis."
Mohammad mengatakan Dr Hanifi juga membantu kesembuhannya dengan memperkenalkannya pada organisasi nirlaba yang dikelola Islam, Brothers in Need.
"Saya biasa pergi bersama mereka pada Sabtu malam untuk memberi makan para tunawisma," kenangnya.
"[Saya belajar] ada pilihan menjadi Muslim dan Islam untuk saya, daripada pergi ke pub dan minum atau memakai narkoba. Ada hal-hal yang bisa saya lakukan sebagai gantinya, dan saya menikmatinya." Layanan 'Lifeline' bagi Umat Muslim
Minggu ini, Hayat House memperluas dukungannya bagi komunitas Muslim dengan menawarkan saluran telepon intervensi krisis, yang berlangsung dari Senin hingga Jumat, pukul 9 pagi hingga 5 sore.
Dr Hanifi mengatakan Hayat Line akan serupa dengan Lifeline, yang dijalankan oleh Gereja Uniting Australia.
"Banyak orang tidak ingin menyebutnya Lifeline, mereka lebih suka menyebutnya layanan berbasis Muslim, karena aspek iman dan budaya," katanya. Photo: Pemerintah sedang memeriksa beberapa laporan bahwa hotline Lifeline memberikan saran yang tidak pantas. (ABC TV)
"Beberapa orang bahkan tidak berbicara dalam bahasa Inggris, mereka berbicara dalam bahasa Arab, jadi layanan ini akan melayani mereka.
Kami dapat meminta dokter kita melakukan intervensi singkat dengan mereka, dengan harapan bahwa kami dapat merujuk mereka ke layanan yang sesuai di luar sana."
Manajer operasi Hayat House, Mariam Ardati mengatakan layanan ini awalnya akan beroperasi di New South Wales, tetapi ada rencana untuk memperluasnya.
"Kami akan bergerak menuju layanan telepon 24 jam dan kemudian meluncurkan proyek ini secara nasional," katanya.
Mohammad percaya layanan ini akan signifikan bermanfaat bagi anggota masyarakat yang tidak mengetahui, atau tidak mau menggunakan, Lifeline.
Mohammad mengatakan dia akan terus mengakses Hayat House secara online, dan secara langsung ketika sudah dibuka lagi, karena kecanduan narkoba adalah "kutukan" yang perlu diwaspadai.
"Saya sudah bersih untuk sementara waktu, tetapi saya harus tetap pergi ke Hayat House, hanya untuk mengingatkan diri sendiri bahwa saya tidak terkalahkan," katanya.
Berkat layanan ini, hidup Mohammad kini sudah kembali ke jalan yang benar.
"Harapan saya untuk masa depan adalah memulai bisnis, mendedikasikan waktu saya untuk putri saya, yang sudah saya lakukan, saya menjenguknya setidaknya seminggu sekali, dan merasa bahagia, karena narkoba tidak membuat Anda bahagia."
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Update Corona: Tak Ada Kasus Baru di Sydney, Warga London Kembali Memadati Kereta