Cerita Rumiati, Mempertaruhkan Nyawa Demi ke Sekolah

Selasa, 22 Januari 2019 – 12:57 WIB
Rumiati menyeberang sungai demi pergi dan pulang ke sekolah. Foto: dari radarbogor

jpnn.com, BOGOR - Rumiati (14), siswi SMP Negeri 2 Sukamakmur Jonggol Kabupaten Bogor harus mempertaruhkan nyawannya setiap hari, menerjang sungai agar bisa sampai ke rumah usai pulang sekolah.

Seluruh pakaian yang dia kenakan basah. Di tepi sungai, Rus, sapaannya, menunggu orang yang lebih dewasa menyeberang.

BACA JUGA: Razia Kontrakan di Kemang, Kondom Berserakan, Puluhan Pasangan Diamankan

Satu persatu batu berhasil dia loncati. Sampai di tengah sungai, Rus sempat panik karena ketinggian air semakin dalam. Tak berselang lama, sejumlah warga menolongnya saat di tengah sungai.

“Iya atuh mau bagaimana, kalau ke sana (jembatan lain, red) mah jauh,” ucapnya saat di wawancara di tepi sungai. Wajahnya sedikit tegang, namun mencair setelah teman sebayanya tertawa.

BACA JUGA: Bocah 9 Tahun Ditemukan Tewas di Sungai Cileungsi

Perjuangan Rus ini adalah sisi lain kehidupannya sebagai warga di Kampung Bojong, Desa Sukajaya, Kecamatan Jonggol. Rus mengatakan, warga yang tidak memiliki kendaraan harus berjalan kaki menyeberang sungai.

Dia rela menyeberang sungai, karena untuk ke jembatan gantung terdekat harus menempuh jarak lebih dari tujuh kilometer. “Kalau menyeberang sungai paling sepuluh menit sudah sampai sekolah,” ucapnya.

BACA JUGA: Bocah Penderita Flu Usus dan Tulang Dirawat Seadanya

Bupati Bogor Ade Yasin mengaku sudah mengetahui kondisi warganya di sana. Dia berjanji bakal menindak lanjuti masalah tersebut. Pihaknya bakal memerintahkan anak buahnya untuk mengecek lokasi tersebut. “Pemerintah saya konsen juga pembangunan jembatan. Ada dua jembatan yang kami resmikan menggunakan CSR, satu jembatan bahkan sudah diresmikan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dusun Kampung Bojong Yudi Tunggul menjelaskan, menyeberang sungai sudah menjadi kebiasaan warga. Walau dianggap menantang maut, namun tak ada pilihan lagi. Sebab, warga harus memutar jauh ketika hendak ke pasar, puskesmas, dan ke sekolah.

Selama tidak ada jembatan, lanjut Yudi, wargannya mengandalkan sebilah bambu. Bambu itu dililitkan kain sarung kemudian dibentuk ayunan untuk dijadikan alat angkut hasil panen. Jika belum musim panen tiba, alat ini jadi langgganan mengendong anak sekolah hingga warga sakit. “Warga sukarela mengantarkan warga lainnya. Ada bahasa sedikasihnya saja,” ungkapnya.

Terpisah, Kepala Desa Sukajaya Ujang Royani, menyebut keinginan warganya begitu besar untuk memiliki jembatan. Warga sudah mengibahkan lahan untuk dijadikan jembatan. Sedikit demi sedikit tiang pancang sudah dibangun sebanyak empat buah. Namun, sudah dua tahun lebih tiang tersebut tidak dilanjutkan.

“Sekarang naik kendaraaan ongkosnya mahal, jual hasil tani butuh biaya bertambah lagi, jadi sampai sekarang warga memilih menyeberang lewat sungai,” ungkapnya.

Warga berharap 100 hari kinerja Bupati Ade Yasin bisa mewujudkan impian warga memiliki jembatan. (don/c/radarbogor)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bima Arya Pengin Bogor Nyaman Bagi Semua Umat Beragama


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Rumiati   Ade Yasin   Bogor  

Terpopuler