Cerita Si Cantik Mantan Mata-mata, Seks, Racun Ngeri

Minggu, 19 Februari 2017 – 07:22 WIB
Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com - jpnn.com - Kasus pembunuhan Kim Jong-nam yang diduga melibatkan dua perempuan, sebenarnya tidak terlalu mengagetkan.

Sebab, menilik sejarah kasus penghilangan nyawa yang dikaitkan dengan Korea Utara, banyak perempuan yang memainkan peran utama.

BACA JUGA: Korut Tuding Malaysia Berkonspirasi soal Kim Jong-nam

Meski begitu, mantan mata-mata Korut Kim Hyon-hui menyebutkan bahwa para pelaku pembunuhan Jong-nam tampak masih amatir.

”Saya merasa curiga. Tampaknya, mereka tidak mendapatkan pendidikan fisik dan psikologi yang ketat dan tidak dilatih di Korut,” tulis perempuan yang merupakan pelaku pengeboman pesawat milik maskapai Korean Air pada 1987 tersebut pada koran Mainichi.

BACA JUGA: Benarkah Siti Agen Korut? Menurut Pakar Intelijen...

Jika dibandingkan dengan Hyon-hui, dua perempuan yang diduga menjadi pelaku utama pembunuhan, Doan Thi Huong yang berasal dari Vietnam dan Siti Aisyah dari Serang, Indonesia, memang tidak ada apa-apanya.

Sebelum menjadi mata-mata Korut, Hyon-hui yang dikenal dengan nama alias Ok Hwa itu menghabiskan tujuh tahun untuk mempelajari seni menjadi mata-mata. Mulai bela diri, ketahanan fisik, hingga mempelajari bahasa dan budaya Jepang.

BACA JUGA: Empat Pria Misterius Berkenalan dengan Siti Aisyah

Dia memang ditugaskan menyamar sebagai orang Jepang untuk melaksanakan tugas meledakkan pesawat Korean Air tersebut.

Perempuan berparas cantik itu berangkat dengan mata-mata Korut lain yang berpura-pura sebagai ayahnya. Akibat ulah mereka, 115 orang tewas.

Ok Hwa dan temannya ditangkap di Bahrain karena paspornya palsu. Temannya bunuh diri dengan menelan sianida yang tersimpan di dalam rokok. Ok Hwa melakukan hal serupa, tapi gagal.

Pemerintah Korut bisa dibilang seperti Rusia. Mereka kerap merekrut perempuan-perempuan cantik untuk dijadikan agen rahasia.

Salah satu yang cukup tekenal adalah Won Jeong-hwa. Dia masuk ke unit komando khusus untuk dilatih menjadi agen rahasia.

Won diajari tentang bagaimana menggunakan senjata mematikan seperti jarum yang ujungnya beracun, bahan peledak, dan senjata-senjata lain.

Dia dilatih bela diri dan melakukan peperangan di gunung. Hampir seluruh agen rahasia Korut memiliki kemampuan menyelam.

Mereka didoktrin sebelum diterjunkan ke lapangan. Pada 2001, dia berpura-pura membelot dan masuk ke Korsel.

Dengan kecantikannya, Won berhasil menarik perhatian para petinggi militer. Begitu sudah dekat, dia menawarkan layanan seks sebagai ganti informasi-informasi penting yang dimiliki mereka.

Bahkan, dia mendapat julukan Mata Hari dari Korut. Mata Hari merujuk pada agen rahasia Jerman yang bernama Margaretha Gertruida Zelle.

Perempuan yang dijuluki The Greatest Lady Spy itu berpura-pura menjadi penari erotis untuk mendapatkan berbagai informasi.

Won ditangkap pada Juli 2008. Setelah bebas, Won mengungkapkan bahwa media dan pemerintah terlalu berlebihan dengan menyebutnya seperti Mata Hari.

Sebab, dia hanya sekali menggunakan seks untuk mengeruk informasi. Dia mengaku pernah mengabaikan perintah untuk membunuh dua sumbernya di intelijen militer Korsel dengan racun.

Sementara itu, Doan maupun Aisyah diketahui tak pernah menginjakkan kaki ke Korut.

Keduanya mengira bahwa apa yang mereka lakukan adalah acara reality show untuk mengerjai orang.

”Jika memang benar begitu, mereka tentu tidak harus melarikan diri,” tegasnya. Padahal, selama di Malaysia, Doan bergonta-ganti hotel hingga tiga kali.

Sementara itu, Aisyah pindah dari hotel di kawasan Bandar Baru Salak Tinggi ke hotel di kawasan Ampang begitu pembunuhan selesai.

Melihat tanggal pembunuhan Jong-nam, 3 hari sebelum ulang tahun mendiang pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-il pada 16 Februari, Ok Hwa melihat kemiripan dengan pola pembunuhan keponakan Kim Jong-il.

Yakni, Lee Han-young. Han-young dibunuh 15 Februari 1997. Lee yang membelot ke Korsel ditembak di depan rumahnya. Diduga, pelaku adalah agen intelijen Pyongyang. Mereka tak tertangkap.

Di Korut, para pembelot dari jajaran elit politik tahu bahwa mereka akan diburu dan dibunuh. Namun, pelaku biasanya merupakan agen profesional. Bukan seperti Doan dan Aisyah.

Profesor di Columbia University yang mendalami masalah Korea, Charles Amstrong, menyatakan bahwa sangat mungkin pelaku adalah pejabat rendah yang bekerja untuk kepentingan Jong-un.

Hal serupa diungkapkan kontributor website 38 North Michel Madden. ”Saya tidak yakin Jong-un memerintahkan pembunuhan atas kakaknya itu. Ada beberapa anggota elit politik (di Korut, Red) yang bisa melakukan hal seperti itu,” ujar Madden.

Orang-orang tersebut melakukannya agar mendapat sanjungan Kim Jong-un. Bisa juga sebaliknya, mereka ingin mengirimkan pesan kepada pemimpin 33 tahun itu.

Namun, tidak tertutup kemungkinan, Jong-nam dibunuh karena punya banyak utang di Makau maupun bermasalah dengan seseorang di Malaysia. Putra tertua Kim Jong-il itu memang senang berjudi dan bermain perempuan.

Yang jelas, bukti-bukti bahwa Korut berada di balik pembunuhan tersebut sangat kurang.

”Gagasan bahwa Pyongyang memerintahkan pembunuhan itu sejauh ini sangat lemah,” ujar Se-woong Koo, editor di Korea Expose. (Reuters/TheStarChosun/News/Hindustan Times/sha/c16/any)

Misi Pembunuhan ala Korea Utara

Korean Air, 1987

Kim Hyon-hee dan Kim Seung-il meletakkan bom di kabin Korean Air dengan nomor penerbangan KAL 858. Pesawat yang terbang dari Baghdad menuju Seoul itu meledak di atas Laut Andaman dan menewaskan 115 orang.

Dua agen rahasia Korut tersebut ditangkap di Bahrain. Kim Seung-il bunuh diri saat ditangkap. Sementara itu, Kim Hyon-hee yang diekstradisi ke Korsel akhirnya mengaku bahwa serangan tersebut bertujuan mengganggu penyelenggaraan Seoul Summer Olympics yang digelar pada 1988.

Pembunuhan Diplomat di Rusia, 1996

Diplomat Korsel Choi Duk-geun dibunuh di Vladivostok, Rusia. Pemerintah menyatakan bahwa dia tewas karena dipukul. Namun, lubang di dada Duk-geun menunjukkan bahwa dirinya diracun.

Media Korsel menyebutkan, racun itu sama dengan yang dibawa 25 penyelam Korut yang tewas saat menyelinap masuk ke dekat Gangneung, Gangwon, Korsel, sebulan sebelumnya.

Saat itu, Korut diduga menyewa mafia Rusia untuk membalas dendam terkait kematian 25 penyelamnya.

Pembunuhan Keluarga di Seoul, 1997

Yi Han-yong, keponakan Sung Hye-rim, ditembak mati di depan rumahnya di Seoul. Sung Hye-rim adalah perempuan simpanan mendiang Kim Jong-il, pemimpin tertinggi Korut. Dua pelaku tidak pernah tertangkap.

Yi membelot sejak 1982 dan mempublikasikan buku berjudul Taedong River Royal Family yang mengungkapkan secara detail kehidupan Kim Jong-il.

Diduga, buku itu menjadi penyebab kematian Yi. Peluru yang ditemukan di tubuhnya sama dengan yang digunakan pasukan khusus Korut. Sebelum meninggal, Yi menggumamkan kata mata-mata.

Pembunuhan Pembelot Elite, 2010

Dua agen rahasia Korut yang menyamar sebagai pembelot ditangkap. Keduanya berencana membunuh mantan sekretaris Partai Pekerja Korut Hwang Jang-yop.

Dia membelot ke Korsel pada 1997. Hwang menjadi orang dengan jabatan tertinggi yang membelot ke Korsel.

Korut menyebut Hwang sebagai pengkhianat dan manusia sampah. Hwang meninggal enam bulan kemudian pada usia 87 tahun.

Sumber: The Guardian

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Misteri Syuting Siti Aisyah, Dandanan kayak Orang Gila


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler