jpnn.com - Sopir ambulans pembawa jenazah pasien COVID-19 memiliki peran penting di tengah upaya penanganan pandemi virus corona jenis baru tersebut.
Tidak hanya dituntut jago mengemudi, sang sopir juga harus memiliki mental kuat, ditambah bayang-bayang infeksi virus corona jenis baru itu.
BACA JUGA: Positif Corona di Surabaya Melonjak, F-PKB Desak Segera Terapkan PSBB
Mereka juga harus menggunakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap disertai bekal atau cara memperlakukan jenazah yang secara khusus itu.
Dwi Prasetyo Cahyanto, perawat sekaligus pengantar jenazah positif COVID-19 dari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya menuju Kertosono, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, cerita tentang pekerjaannya itu.
BACA JUGA: Luhut Panjaitan: Saatnya Tunjukkan bahwa Kita Sungguh-sungguh
"Saya mengantar berdua menggunakan mobil ambulans, didampingi seorang dokter. Kami semua memakai alat pelindung diri atau APD medis lengkap," katanya.
Perasaan waswas menghantui selama perjalanan menuju Kertosono yang memakan waktu dua jam lebih karena stigma COVID-19 yang berkembang di masyarakat.
BACA JUGA: Masa Belajar di Rumah Diperpanjang, Disambung Libur Awal Ramadan
Selain merasa takut terjadi apa-apa di jalan, Dwi juga membayangkan akan ada penolakan dari warga di lokasi pemakaman.
Beruntung semua yang dibayangkan tidak terjadi karena sejak awal berangkat sebenarnya telah dilakukan koordinasi dengan aparat kepolisian, TNI, dan perangkat desa setempat yang akan membantu kelancaran proses pemakaman.
"Pemakaman berlangsung sekitar pukul tujuh malam. Sedikit deg-degan juga. Saya lihat keluarga jenazah juga turut hadir," ucapnya.
Sopir ambulans lainnya yang juga perawat dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, Putra, juga mengisahkan pengalamannya saat mendapat tugas mengantar jenazah positif COVID-19 ke tempat pemakaman umum yang berlokasi di tengah permukiman padat penduduk di kawasan Putat Jaya Surabaya.
"Saya mengantar berdua menggunakan mobil ambulans, dengan mengenakan APD lengkap. Sampai di lokasi pemakaman saya lihat banyak warga berkerumun," katanya.
Kerumunan warga itu dibubarkan oleh aparat kepolisian dan TNI karena sebelum berangkat ke lokasi pemakaman sudah ada koordinasi dengan pihak RSUD Dr Soetomo.
"Alhamdulillah, masyarakat bisa menerima dan proses pemakaman berlangsung lancar. Waktu itu masyarakat tetap bisa melihat proses pemakaman tapi dari jarak yang cukup jauh," katanya.
Perawat RSUD Dr Soetomo Surabaya lainnya, Nizar, mengisahkan pengalaman saat mengantar jenazah positif COVID-19 menuju tempat pemakaman di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur.
"Sempat khawatir ditolak warga. Syukurlah warga bisa menerima dan proses pemakaman berjalan lancar," tuturnya.
Ia berpesan kepada masyarakat, khususnya Jawa Timur, agar selalu mengikuti anjuran pemerintah terkait dengan pandemi, antara lain dengan berdiam di rumah, membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, serta jaga jarak fisik.
"Bagi yang saat ini sedang berkumpul dengan keluarga, manfaatkan waktu itu dengan baik. Kami sangat ingin dengan keluarga, tapi sekarang masih tidak bisa karena harus menjalankan tugas ini," katanya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi para petugas kesehatan yang mendapat tugas khusus mengantar jenazah yang terkonfirmasi positif COVID-19 ke tempat peristirahatan terakhir.
Mantan Menteri Sosial itu, juga bersyukur ketika mendengar mayoritas masyarakat di Jawa Timur bisa menerima kehadiran jenazah positif COVID-19 sehingga proses pemakaman bisa berjalan lancar.
Meski begitu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur merasa perlu menyediakan lahan pemakaman bagi jenazah pasien COVID-19, untuk berjaga-jaga seandainya ada warga di tempat asal yang menolaknya.
Saat ini, telah disiapkan lahan milik Perhutani yang ada di 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur untuk tempat pemakaman jenazah pasien COVID-19.
"Areal pemakaman yang telah kami siapkan berjarak minimal 50 meter dari sumber air dan 500 mater dari permukiman warga. Kami tidak bisa menyebutkan satu persatu titik lokasinya," katanya.
Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama itu malah berharap lahan pemakaman yang telah disiapkan agar tidak pernah digunakan.
"Karena jenazah pasien positif COVID-19 yang akan dikebumikan telah melalui beberapa prosedur, seperti dibungkus plastik khusus, dimasukkan peti dan tidak boleh dibuka. Maka kami harap masyarakat bisa menerima agar jenazah bisa dikebumikan di pemakaman tempat asalnya," katanya.
Seorang pakar kesehatan memastikan pasien yang meninggal dunia dengan status positif COVID-19 tidak akan menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi mengungkapkan setiap virus hanya bisa hidup dengan cara menumpang pada inangnya, yaitu sel manusia.
"Maka ketika pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 meninggal dunia, virus yang ada di dalam tubuhnya ikut mati," katanya.
Memang, lanjut dia, terhadap pasien positif COVID-19 yang meninggal dunia, ada pedoman khusus atau prosedur tetap (protap) untuk mengkremasi, salah satunya jenazah dimasukkan ke kantong plastik.
"Harus dimasukkan kantong plastik karena tidak boleh ada cairan yang keluar dari tubuh pasien COVID-19 yang meninggal dunia," ujarnya.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya itu memastikan plastik untuk membungkus jenazah pasien juga telah disemprot disinfektan.
Setelah itu, jenazah yang telah dikremasi menurut pedoman tersebut diantar ke tempat peristirahatannya terakhir dengan menggunakan ambulans.
"Sebenarnya kalau pedoman kremasi ini dijalankan tidak ada masalah bagi orang lain, seperti keluarga atau para tetangganya turut mengantar ke pemakaman," ucapnya.
Pedoman kremasi bagi pasien positif COVID-19 yang meninggal dunia itu, telah disebar ke seluruh rumah sakit se- Indonesia.
"Pihak rumah sakit sudah paham betul apa yang harus dilakukan ketika ada pasien berstatus positif COVID-19 meninggal dunia, sehingga pasti melaksanakan pedoman kremasi seperti yang telah ditetapkan," katanya. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo