China Dituduh Anti-Islam, tetapi Populasi Etnis Muslim Terus Melonjak Tajam

Selasa, 12 Januari 2021 – 13:40 WIB
Muslim Uighur di Xinjiang. Foto: AFP

jpnn.com, BEIJING - Pertumbuhan populasi etnis minoritas Muslim Uighur di Daerah Otonomi Xinjiang mencapai 25 persen dalam kurun empat tahun.

Sementara itu, pemerintah daerah setempat memfasilitasi warganya yang berada di luar negeri untuk mengecek kondisi keluarganya melalui kedutaan besar China.

BACA JUGA: Penahanan Etnis Muslim Uyghur di China: Semua Berawal dari Pabrik Mainan

Pertumbuhan etnis minoritas Uighur tersebut jauh melampaui pertumbuhan etnis mayoritas Han selama periode 2010-2018.

Lektor Kepala Jurusan Politik dan Administrasi Publik Xinjiang University Prof Lin Fangfei menyebutkan pada 2018 etnis Uighur di daerah paling barat China itu bertambah 1.271 jiwa, naik 25,04 persen dibandingkan dengan pertumbuhan 2010.

BACA JUGA: Muhammadiyah Bereaksi Keras Tolak Tudingan Suap China terkait Muslim Uighur

Sementara etnis Han di Xinjiang pada 2018 hanya bertambah 900 jiwa atau mengalami kenaikan dua persen dibandingkan 2010.

Etnis minoritas Muslim lainnya di Xinjiang, Kirgiz, yang mendiami Prefektur Kizilsu, pada 2020 pertumbuhannya justru mencapai 10,5 persen.

BACA JUGA: Kecam Pidato Menlu AS di Hadapan Warga NU, Tiongkok: Kami Sahabat Tulus Dunia Muslim

"Jadi pertumbuhannya bukan hanya 1,05 persen, melainkan 10,5 persen," ujarnya mengoreksi hasil survei seorang antropolog Jerman.

Sementara itu, Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang menawarkan bantuan kepada warganya yang tinggal di luar negeri agar bisa mengetahui kondisi keluarganya yang berada di daerah paling barat China itu.

"Bagi orang-orang Xinjiang yang tinggal di luar negeri dan tidak dapat menghubungi kerabat mereka, maka bisa menghubungi kedutaan besar China dan kami akan membantu," kata Zulhayat Ismail selaku juru bicara pemerintah daerah setempat.

Ia menganggap warganya di luar negeri yang tidak dapat menghubungi kerabat mereka karena berbagai alasan.

"Saya perlu jelaskan bahwa penduduk Xinjiang bisa berkomunikasi secara wajar dan bebas dengan kerabat mereka di luar negeri," ujarnya.

Kalau ada yang tidak bisa dihubungi, dia menduga nomor kontak sudah berubah atau sedang ditahan karena terlibat kriminalitas.

Zulhayat kemudian mencontohkan Azmat Omar, warga negara China yang tinggal di Australia. Azmat mengaku kehilangan kontak dengan anggota keluarganya di Xinjiang, termasuk ayahnya, ibu tiri, tiga saudara laki-laki, dua saudara perempuan, dan lebih dari 20 keponakan.

"Padahal semua kerabat Azmat tersebut menjalani kehidupan normal di Xinjiang," ujarnya saat jumpa pers dengan media asing di Beijing itu. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
China   Muslim China   Uighur  

Terpopuler