Hal itu memicu pertanyaan mengapa pihak berwenang AS tidak melakukan investigasi lebih jauh atas Tamerlan dan adiknya sehingga bisa bertindak untuk mencegah serangan bom.
’’CIA sebetulnya telah meminta agar National Center for Counterterrorism (lembaga antiteror AS) agar memasukkan dia (Tamerlan Tsarnaev, Red) dalam daftar pengawasan para teroris (terror watchlist) lebih dari setahun sebelum Bom Boston terjadi,’’ ungkap pejabat yang tak mau disebut identitasnya itu.
Langkah itu ditempuh CIA setelah mereka dihubungi para pejabat intelijen Rusia pada September 2011 menyangkut kekhawatiran mereka atas aktivitas Tsarnaev Bersaudara, khususnya sang kakak.
Tamerlan tewas di tengah baku tembak dengan polisi saat operasi pasca-ledakan dalam lomba lari Boston Marathon pada 15 April lalu. Sedangkan Dzhokhar berhasil dibekuk dalam penggerebekan di Watertown, Massachusets, Jumat pekan lalu (19/4). Sang adik telah didakwa secara resmi oleh pengadilan federal atas kejahatan teror. Termasuk, penggunaan senjata penghancur masal dalam dua ledakan yang menewaskan tiga orang dalam melukai 264 lainnya di garis finis Boston Marathon.
Pejabat itu lantas menambahkan bahwa nama Tamerlan akhirnya dimasukkan dalam Terrorist Identities Datamart Environment (TIDE) berdasarkan permintaan CIA. Data tersebut berisi 745 ribu nama dan kelompok yang masuk dalam klasifikasi ’’daftar pengawasan teror’’.
Karena Tamerlan merupakan warga tetap dan legal di AS, CIA lantas menyebarkan informasi itu kepada beberapa departemen dan lembaga federal terkait. ’’Tujuannya agar gerak-gerik pria asal Kirgiztan tersebut terus dipantau,’’ katanya.
Data dari FSB (lembaga keamanan dan intelijen Rusia) tersebut, lanjut pejabat itu, nyaris identik dengan informasi yang diterima oleh FBI enam bulan sebelumnya atau Maret 2011. Data tersebut meliputi dua tanggal kelahiran, nama Tamerlan dalam huruf Cyrillic, dan beberapa nama lainnya.
’’Semua informasi dimasukkan secara benar dalam sistem daftar pengawasan. Semua informasi pun dibagikan dengan tepat karena pemerintah asing (Rusia) menyediakannya,’’ terang pejabat itu.
Tapi, penyelidikan atas aktivitas ayah satu anak tersebut tidak berbuah pada tindakan apapun. FBI mengaku telah menyelidiki keberadaan Tsarnaev, namun tak menemukan adanya bukti ancaman.
Sementara itu, temuan lain menyebutkan bahwa dua bom sengaja diledakkan saat Boston Marathon dengan kendali jarak jauh (remote control) yang biasa digunakan pada mobil mainan.
’’Pemicunya adalah remote control mobil mainan,’’ ujar Dutch Ruppersberger, anggota Komite Intelijen DPR AS, kepada wartawan setelah brifing dengan para pejabat dari Departemen Keamanan Dalam Negeri, FBI, dan National Center for Counterterrorism.
Menurut dia, dua tersangka mendapatkan informasi cara merakit bom dari Inspire Magazine. Majalah itu dirancang Anwar al-Awlaki, warga AS keturunan Yaman. Pimpinan Al Qaeda di Yaman itu tewas dalam serangan udara yang dilancarkan pesawat tanpa awak AS. (AFP/RTR/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Desmond Tutu Dilarikan ke Rumah Sakit
Redaktur : Tim Redaksi