Circular Economy, Saatnya Sampah Diubah jadi Energi

Selasa, 27 Maret 2018 – 06:17 WIB
Menteri LHK Siti Nurbaya dan Menteri Energi, Lingkungan dan Pembangunan Belgia, Marie Christine Marghem. Foto: Ist

jpnn.com, BRUSSEL - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan menjalin kerjasama dengan Belgia, dalam upaya mengubah sampah menjadi energi.

Hal ini disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, saat memenuhi undangan Menteri Energi, Lingkungan dan Pembangunan Belgia, Marie Christine Marghem,baru-baru ini.

BACA JUGA: Erin Sudah Sehat Setelah Belalainya Putus

''Saya sudah membicarakan dengan Menteri Energi dan Lingkungan Belgia, bahwa kita bisa melakukan kerjasama teknik dengan mengambil contoh kota Bogor, Makassar dan Balikpapan. Akan dilihat kembali untuk kota yang lainnya,'' ungkap Menteri Siti dalam rilis KLHK, Senin (26/3).

Didampingi Menteri Marghem dsn Dubes RI Brussels, Yuri Thamrin, Menteri Siti Nurbaya mengunjungi unit usaha pengolahan sampah Dufour di Tournai, yang terletak sekitar 63 kilometer dari Brussel.

BACA JUGA: Dua Menteri Kongo Akan Belajar Gambut ala Jokowi

Selain itu, dia juga mengunjungi Domaine De Graux, sebuah farm house keluarga geberasi ke-3 seluas sekitar 120 ha.

Dufour merupakan perusahaan keluarga yang didirikan pada awal 1920-an dan 1998 mendirikan pusat daur ulang dengan menerapkan prinsip Circular Economy.

BACA JUGA: Pemerintah Revisi Target Perhutanan Sosial 12,7 Juta Hektar

Dengan karyawan sekitar 900 orang, per tahun pusat daur ulang ini mengolah sekitar 200.000 ton sampah.

Sekitar 92,5 persen sampah didaur ulang menjadi produk-produk daur ulang dan listrik.

Sedangkan sisanya 7,5 persen sampah diolah dengan insinerator untuk menghasilkan panas.

Sampah yang dipilah terdiri dari metal, non-metal, kardus, kaca, plastik, elektronik sampah organik dan sampah untuk RDF.

''Yang menarik dari hasil observasi ini adalah sistem pengumpulan sampah mulai dari rumah tangga sampai jadi energi. Energi yang dihasilkan rata-rata dipakai sendiri untuk kawasan industri, bukan untuk masuk ke jaringan atau grid listrik umum,'' ujar Menteri Siti.

Dunia usaha, menurutnya, akan lebih baik menggunakan energi yang dihasilkan sendiri. Hal lain yang dipelajari adalah pengalaman Dufour dalam hal sistem pengumpulan sampahnya.

Di Indonesia, katanya, masih cukup rumit dengan menggunakan tipping fee, yang untuk pemerintah daerah juga bukan hal mudah mengaturnya.

''Namun di sisi lain ada yang bagus di Indonesia dan bisa lebih baik, karena kita sudah punya sistem pengumpulan melalui Bank Sampah,'' kata Menteri Siti.

Belajar dari pengalaman Belgia, dia pun melihat ada peluang bagus untuk Bank Sampah dalam melakukan tindak lanjut setelah pengumpulan sampah dari rumah tangga.

Saat ini sudah ada kurang lebih 5.244 Bank Sampah di 34 provinsi dan 219 kabupaten/kota di Indonesia.

Bank sampah tersebut memberikan kontribusi pengurangan sampah nasional sebesar 1,7% dari timbulan sampah nasional.

''Bank sampah ini merupakan salah satu penerapan circular economy di Indonesia,'' kata Menteri Siti.

Selain mempelajari masalah pengolahan sampah menjadi energi, Menteri Siti juga belajar bagaimana Dufour sebagai jasa logistik distribusi batubara dengan sistem angkutan darat, kontainer atau via sungai.

Sekarang sudah ada usulan invenstasi jasa logistik angkutan batubara.

''Saya kira ini juga merupakan investasi yang menjanjikan. Saya akan dorong dan cek lagi dimana saja komplek industri batubara yang ada, terutama yang memiliki izin-izin dari KLHK. Semoga akan menjadi lebih baik untuk Indonesia,'' tutup Menteri Siti.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 631 ton Sampah Indonesia Berhasil Dikelola


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler