Ciri-Ciri Akan Masuk Resesi, Kondisi Daya Beli di Indonesia Makin Memburuk

Kamis, 01 Oktober 2020 – 14:58 WIB
Uang Rupiah. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Junaidi Auly mengatakan Indonesia masuk resesi didasarkan beberapa kondisi ekonomi yang makin memburuk. Menurutnya, kondisi itu bisa dilihat dari penurunan daya beli pada Triwulan II-2020.

"Kondisi yang makin memburuk, dapat dilihat dari penurunan daya beli, di mana pada Triwulan II-2020, konsumsi rumah tangga tumbuh negatif hingga 5,5 persen," ungkap Junaidi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (1/10).

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Aksi Tolak PKI Dibubarkan, Ancaman Jenderal Idham Azis, Bu Risma Keluarkan Peringatan Dini

Seperti diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Kuartal III-2020 kemungkinan akan minus pada 2,9 persen hingga 1,1 persen.

Bahkan, proyeksi pertumbuhan minus ini diprediksi berlanjut ke Kuartal IV-2020, sehingga Indonesia masuk kategori resesi dikarenakan pada dua kuartal mengalami pertumbuhan negatif.

BACA JUGA: Sri Mulyani Isyaratkan Resesi, Misbakhun Tetap Yakini Ikhtiar Pemerintahan Jokowi

Junaidi menjelaskan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2020 mencatat pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Triwulan II-2020 mengalami pertumbuhan negatif 5,5 persen. Padahal, pada Kuartal I-2020 masih berada di titik 2,83 persen.

Menurutnya, lesunya konsumsi rumah tangga terlihat pada sektor makan, minuman yang minus 0,71 persen. Selain itu ada sektor pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya yang mengalami minus 5,13 persen, transportasi dan komunikasi minus 15,33 persen, restoran dan hotel minus 16,53 persen.

BACA JUGA: Resesi

Junaidi menambahkan, penurunan daya beli sejalan dengan lonjakan tingkat pengangguran sepanjang Covid-19. Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah tenaga kerja yang terimbas corona hingga 3,5 juta.

Menurutnya, situasi seperti ini makin sulit karena Covid-19, yang menyebabkan sektor formal dan informal terpengaruh.

Lebih lanjut, legislator PKS dari Lampung ini menegaskan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) seharusnya menjadi harapan sebagai penahan daya beli saat Covid-19  menyerang perekonomian nasional.

Namun yang terjadi, kata dia, realisasi PEN sangat lambat dan terhambat birokrasi. "Ini memperlihatkan pemerintah tidak memiliki sense of crisis," pungkasnya. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler