Citilink Jadikan Makassar Penghubung Utama KTI

Sabtu, 10 November 2012 – 01:28 WIB
MAKASSAR - Maskapai penerbangan Citilink mengikuti jejak perusahaan induknya Garuda Indonesia. Citilink akan menjadikan Makassar penghubung utama kawasan timur Indonesia (KTI) pada 2015 dengan membuka 11 rute  penerbangan.
     
Presiden & CEO PT Citilink Indonesia M Arif Wibowo mengungkapkan rencana perusahaan penerbangan yang menyasar segmen low cost carrier saat audiensi dengan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, Jumat (9/11). Hadir pula Garuda Maintenence Facility & Environmental Aero Asia Eddy Suyanto.
   
Langkah awal menjadikan Makassar hub utama KTI, Citilink membuka rute baru dari Makassar ke Balikpapan, Banjarmasin, Yogyakarta, Bandung, dan Medan pada 2013. Saat ini, Citilink telah melayani penerbangan langsung dari Makassar ke Surabaya dan Jakarta.
   
Arif Wibowo kepada wartawan usai audiens mengemukakan, rencana ini bagian dari pengembangan perusahaan Citilink setelah spin off dari Garuda Indonesia, Juli lalu.
   
Dengan penambahan rute, tentu  dibarengi dengan penambahan unit pesawat. Mulai tahun depan, Citilink menambah 10 unit pesawat jet dan tujuh jenis turbopropeller yang melayani rute-rute tambahan.
   
"Rencana jumlah armada sampai akhir tahun 2013 hingga 31 pesawat. Penempatan pesawat di Makassar dilakukan bertahap, karena sampai saat ini frekuensinya masih rendah," tutur Arif Wibowo, kemarin.
   
Namun, dengan penambahan rute baru mulai tahun depan, kata Arif, paling tidak tiga atau empat pesawat basenya di Bandara Sultan Hasanuddin.
   
Setelah spin off dengan Garuda dan melakukan pengembangan usaha, Citilink setidaknya telah memiliki 16 rute dengan 88 frekuensi penerbangan setiap hari. Jumlah frekuensi terus bertambah seiring kedatangan lima pesawat Airbus 320 akhir tahun ini.
   
"Total frekuensi penerbangan Citilink sampai akhir 2012 menjadi 137 setiap hari. Tahun depan, setelah pembukaan rute baru dengan penambahan 10 pesawat Airbus 320 dan tujuh jenis propeller menjadi sekitar 170-an frekuensi per hari," kata Arif.
   
Citilink yang telah memiliki nomor penerbangan QJ dan tidak lagi menggunakan flight number GA juga langsung melakukan penetrasi pasar pasca spin off dengan Garuda.
   
Tidak hanya melauncing theme song berjudul Terbang Tinggi untuk Indonesia yang diciptakan grup band Nidji, Citilink juga meluncurkan website barunya.
   
Arif mengungkapkan, website yang baru diluncurkan lebih interaktif dengan pengunjungnya. Website tersebut tidak hanya memuat informasi seputar Citilink dan transaksi jual beli tiket penerbangan saja.
   
Lebih dari itu, website Citilink juga memberi ruang bagi pelanggannya untuk berkomunikasi langsung. Melalui laman Citilink Story, pelanggan dapat menceritakan pengalamannya mengunjungi daerah tertentu. Layanan ini juga bermanfaat sebagai promosi daerah.
   
"Kami juga melauching Citilink TV yang akan disebarluaskan melalui jaringan sosial media Youtube untuk penguatan merek. Citilink juga program Perjalanan ke Tanah Leluhur," bebernya.
   
Program baru yang mengeksplorasi daerah terpencil di Indonesia juga didukung dengan hadirnya pesawat propeller yang baru dimiliki Citilink. Masyarakat Indonesia dan internasional bisa lebih mudah masuk ke daerah pedalaman. "Ini strategi Citilink di 2012 agar lebih dikenal masyarakat," ungkapnya.
   
Sementara itu, rencana menjadikan Makassar hub  di wilayah KTI membutuhkan kesiapan infrastruktur. Garuda Indonesia Group memprogramkan pembangunan hangar di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
   
Lahan yang dibutuhkan setidaknya satu hektare. Fasilitas ini untuk perawatan pesawat. Garuda Indonesia Group juga membutuhkan fasilitas training cabin crew dan Pemprov Sulsel diharapkan turut terlibat.

Bangun Hanggar
   
Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo merespons keinginan Garuda Indonesia Group yang di dalamnya termasuk Citilink. Syahrul bersedia memfasilitasi pembangunan hanggar dan training cabin crew.
   
"Ini juga menjawab open sky link pada 2015. Kita mengejar pesawat dari Asia Pasifik mendarat di Makassar. Tapi butuh fasilitas hangar dan pendukung lainnya," kata Syahrul.
   
Hanggar perbaikan pesawat, sekolah pilot, dan pramugari, sangat strategis menghadapi kebijakan internasional opensky 2015 mendatang. "Sedari awal kita kejar berbagai program, kalau tidak akan ketinggalan," tegas Syahrul. (rif-aci/upi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Proyek Mobile Internet Telkom Dianggap Bermanfaat bagi Daerah

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler