Classy dalam Gaya Smart Casual

Senin, 01 September 2014 – 01:58 WIB

jpnn.com - SURABAYA – Tidak boleh takut bergaya smart casual. Anda tidak lantas akan menjadi sangat formal dan kolot. Sebaliknya, busana itu justru membuat Anda lebih stylish, cerdas, dan dinamis. Bahkan, saat ini gaya tersebut mulai menjadi alternatif pilihan fashion bagi anak muda.         

Abraham Setiawan dan Alexander Evan misalnya. Mereka mulai asyik dengan busana smart casual sebagai gaya hidup. Meski tidak setiap hari memakai style tersebut, keduanya kerap mengaplikasikan smart casual dalam kegiatan santai maupun jalan-jalan. ’’Lebih keren dilihat,’’ ujar Setiawan.

BACA JUGA: Pola Asuh Anak Harus Seragam

Selain terlihat lebih keren, busana smart casual memberi nilai prestise yang tinggi. Dengan demikian, si pemakai terlihat lebih berkelas. Gaya smart casual di Surabaya belum terlalu eksis. Sebab, masih banyak orang bergaya smart casual yang takut dikatakan terlalu formal.

”Di negara Barat, smart casual sudah menjadi lifestyle. Di Indonesia masih sedikit yang mengikuti tren tersebut. Banyak yang belum percaya diri,’’ ungkap pria yang juga berprofesi sebagai fashion designer spesialis jas sekaligus founder Bie Hin tersebut.

BACA JUGA: Cegah Speech Delay Anak, Terapi Harus Dituntaskan

Menurut Setiawan, saat ini masih banyak orang yang salah kaprah dalam memahami antara blazer dan jas. Menurut Setiawan, ada tiga jenis busana dengan menggunakan jas. Yaitu, suit, tuksedo, dan smart casual.

Suit adalah setelan jas yang sering digunakan untuk busana formal kerja. Modelnya lebih terlihat tua dan kurang modis. Tuksedo digunakan untuk ke pesta. Cara membedakan busana tuksedo adalah berkancing satu dan dibungkus kain serta berbahan wool kelas tinggi. Warna hitam di kerah lebih mengkilap sehingga terkesan gagah dan tegap. Kemeja yang digunakan juga khusus dengan kerah yang memiliki tempat untuk dasi kupu-kupu. ’’Tuksedo terkesan klasik dan mewah,’’ ujarnya.

BACA JUGA: Cegah Keterlambatan Penanganan Speech Delay pada Anak

Smart casual lebih luwes dan bisa dikombinasi dengan style modern lainnya. Untuk gaya busana tersebut, yang digunakan bukanlah jas, melainkan blazer. Bentuknya memang serupa, tetapi bukan merupakan setelan jas.

Salah satu contoh gaya smart casual adalah memadupadankan blazer dengan kemeja dan celana jins panjang atau pendek. Jika ingin menggunakan celana kain, yang perlu diperhatikan adalah warna yang berbeda dengan blazer. Tujuannya memberi kesan santai dan tidak terlalu kaku.

Selain itu, blazer bisa dipadukan dengan T-shirt biasa, T-shirt model V neck, atau kemeja dengan kardigan yang dihiasi dasi di dalamnya. Sepatu yang digunakan pun lebih kasual, bisa sepatu sporty maupun loafer. ’’Fokusnya adalah blazer,’’ imbuhnya.

Setiawan menyatakan, intinya dalam berbusana smart casual, dibutuhkan keberanian dan percaya diri. Namun, saat ini gaya busana tersebut mulai banyak digunakan sebagai dress code setiap acara kumpul bersama teman-teman di kalangan menengah ke atas. ’’Kesannya jadi lebih eksklusif,’’ tambahnya.

Rasa Simpel dan Nyeni

BUSANA smart casual memang identik dengan penyederhanaan gaya berpakaian. Ia Meninggalkan kesan busana pria yang kaku dan resmi, smart casual hadir dengan transformasi penuh kreativitas dan nyeni.

Tak hanya bagi eksekutif muda, pria berusia lanjut pun tak ketinggalan mengikuti gaya tersebut. Jika pilihan warna para pemuda lebih terkesan nabrak dan light, para pria berusia di atas 40 tahun lebih memilih mengenakan warna-warna berat seperti abu-abu, biru tua, atau cokelat.

”Item-itemnya juga lebih unik. Seperti penggunaan sabuk dan dasi dengan motif simpel seperti bintang atau matahari,” ujar Embran Nawawi, fashion stylist.

Budaya smart casual, tutur Embran, berawal dari gaya berpakaian masyarakat Amerika di saat musim semi. Saat itu, para pria keluar rumah dengan kemeja tipis, yang ditambahkan dengan rompi atau blazer untuk menahan udara dingin. ”Bajunya ringan tapi cukup hangat,” ujar Embran. Baru selepas itu menyebar ke negara-negara lain seperti Eropa dan Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagi gaya smart casual makin mudah dijumpai. Hampir semua desainer pria, ujar Embran, menganggap desain smart casual sebagai peluang bisnis yang menarik. Sejauh ini, ungkap dia, smart casual dipelopori para seniman-seniman profesional dan para pekerja di bidang industri kreatif.

Contoh busana smart casual misalnya penggunaan bahan linen campuran sebagai bahan kemeja, pemakaian celana pendek, atau penambahan motif pada dasi. ”Kalau kemeja dimasukkan ke dalam, celananya enggak disabuk. Atau kalau ingin di keluarkan, pilih kemeja dengan belahan di samping. Dasi dipakai, tapi tidak full. Rambut spike, atau sepatu warna mencolok,” ujar Embran. (ayu/rim/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siap Masuk Dunia Kerja, Ini Tips Lakoni Interview


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler