jpnn.com, MEDAN - Insiden Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menjewer serta mengata-ngatai Pelatih Biliar Khoiruddin Aritonang di depan orang banyak berbuntut panjang.
Khoiruddin Aritonang atau yang akrab disapa Coki itu mengatakan akan melaporkan kejadian yang dialaminya itu ke Polda Sumut.
BACA JUGA: Setelah Menjewer, Edy Rahmayadi Bilang Sontoloyo dan Mengusir Coki Aritonang
"Dalam minggu ini, akan saya laporkan ke Polda," kata Coki saat dikonfirmasi JPNN.com, Selasa (28/12).
Pria kelahiran 31 Desember 1974 itu melaporkan Edy terkait dengan perbuatan tidak menyenangkan serta memperlakukannya dengan tidak pantas di depan orang banyak.
BACA JUGA: Kasus Anak Kiai di Jombang, Kapolda Jatim Irjen Nico Mengaku Didatangi
"Itu mempermalukan saya, memaki saya di depan umum, dengan menjewer di depan umum. Saya bukan anak-anak lagi, kok," kata Coki.
Sebelumnya, tindakan Edy Rahmayadi itu berlangsung saat penyerahan bonus kepada atlet dan pelatih berprestasi di PON XX Papua, di Aula Tengku Rizal Nurdin, rumah dinas gubernur, Senin (28/12).
BACA JUGA: Anggota Samapta Terbukti Berbuat Dosa Besar, Kapolres Loteng Ambil Tindakan
Detik-detik mantan Ketua PSSI itu memarahi Coki terekam dalam video yang beredar melalui grup WhatsApp.
Awalnya Edy memberikan kata sambutan dalam acara tersebut. Semua tampak normal.
Dalam sambutannya, Edy Rahmayadi mengingatkan tugas ke depannya lebih berat, karena Sumut akan menjadi tuan rumah PON 2024 bersama Aceh.
Dia berharap KONI Sumut bersama Dinas Pemuda dan Olahraga benar-benar melakukan pembinaan sehingga mendapatkan atlet-atlet yang mampu mengharumkan nama Sumut di level nasional.
Sambutan Edy langsung disambut dengan tepuk tangan oleh para atlet dan pelatih di ruangan tersebut.
Namun, mantan Panglima Kodam Bukit Barisan itu melihat Coki Aritonang tidak ikut bertepuk tangan mendengar sambutannya.
"Yang pakai kupluk itu siapa? Kenapa tak tepuk tangan," ujar Edy sambil menunjuk ke arah Coki dan memanggilnya ke atas panggung.
Setelah Coki naik panggung, Edy Rahmayadi langsung menanyakan cabor Coki.
"Atlet apa kau," tanya Edy.
"(Pelatih) biliar," jawab Coki.
Setelah itu, Edy langsung menjewer telinga Coki sambil mengatakan kalimat 'pelatih tidak tepuk tangan'.
"Tak cocok jadi pelatih ini," ujar Edy.
Tak cukup menjewer Coki, Edy juga membentaknya.
"Berdiri yang benar kau. Sontoloyo," ujar Edy sembari melihat kaki Coki.
Tak lama kemudian Coki langsung turun dari panggung sambil memegang telinga kirinya yang dijewer.
"Sudah pulang, tak usah dipakai lagi. Kau langsung keluar, tak usah lagi di sini," kata Edy.
Coki pun lantas keluar dan meninggalkan Edy serta peserta yang lain.
Setelah itu, Edy meminta KONI dan Dispora untuk mengevaluasi cabang olahraga biliar.
"Evaluasi, Kadispora, Ketua KONI, yang tak pantas, tak usah dipakai lagi," tegas Edy.
Sementara itu, Coki mengaku heran dirinya ditegur oleh Edy hanya karena tidak tepuk tangan saat Edy Rahmayadi menyampaikan kata sambutan.
"Sekarang begini, karena tak tepuk tangan, apa yang mau ditepuktangankan?" kata Coki.
Dia mengaku tidak bertepuk tangan karena menilai apa yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi itu hal yang biasa saja.
"Tak ada yang spektakuler yang dia lakukan, kecuali ada program spektakuler yang dimunculkan, wajar kalau aku tidak tepuk tangan, dia (gubernur) tersinggung," sebutnya.
Coki mengaku bahkan bukan hanya dirinya yang tidak bertepuk tangan saat acara itu. Sebagian peserta lainnya juga melakukan hal yang sama.
"Bukan aku sendiri yang tak tepuk tangan karena di situ ramai-ramai," jelasnya.
Coki juga membantah informasi yang menyebutkan bahwa dirinya tertidur saat Edy Rahmayadi sedang memberikan kata sambutan sehingga dia tidak tepuk tangan.
"Tidak, aku tak tertidur. Sumpah demi Allah. Aku dengarkan pak gubernur berbicara," jelasnya.
Dia menyesalkan sikap Edy Rahmayadi itu karena menurutnya Edy sebagai sosok pemimpin di Sumut harusnya menjadi panutan.
"Dia gubernur, janganlah seperti itu. Baru kali ini lihat pemimpin, orang tidak tepuk tangan saat dia berbicara, dia marah," kesal Coki. (mcr22/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indekos Mewah di Malang Mendadak Riuh, Waduh!
Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Finta Rahyuni