Cordlife Selamatkan Balita Cacat Otak

Rabu, 02 Desember 2009 – 19:42 WIB
SUKSES - Andrew Wu (Technical Director Cordlife), dr Keith Goh dan Steven Fang, berfoto bersama Michael dan Louis Conn serta putri sulung mereka, Georgia, usai jumpa pers di kantor pusat Cordlife di Singapura. Foto: Arsito Hidayatullah/JPNN.
SINGAPURA - Georgia Conn memang tidak tampak seperti balita sehat biasaBahkan adiknya, Sybilla, yang baru berusia enam bulan, terlihat lebih sehat dan atraktif dibanding dirinya

BACA JUGA: Asuransi Dihentikan Gara-gara Facebook

Tapi, semangat bermain dan merespon lingkungan sekitarnya, kentara dimiliki bocah perempuan yang menderita cerebral palsy (kasarnya biasa disebut 'cacat otak', Red) sejak lahir itu.

"Jika saja anda sempat melihatnya empat atau lima bulan lalu, anda akan merasakan sekali perbedaan atau kemajuan yang dialaminya," ungkap dr Keith Goh, ahli bedah syaraf yang bekerja di Mt Elizabeth Hospital, Singapura, kepada sejumlah wartawan, Selasa (2/12)
Hal itu diungkapkannya dalam sesi wawancara di penghujung jumpa pers yang sengaja diadakan oleh Cordlife, perusahaan pengelola penyimpanan darah tali pusar (cord blood), di Singapura.

"Kasus cerebral palsy, salah satu kunci progresnya (yang bisa diamati langsung) adalah gerakan

BACA JUGA: Awas, Virus iPhone Sudah Beredar

Penderita biasanya nyaris tak bisa bergerak, atau kaku, dan itu menjadi kendala bagi proses biologis dan perkembangan keseharian tubuh lainnya
Sekarang, cobalah lihat kondisi Georgia

BACA JUGA: Alamat Situs Berkarakter Non-Latin

Sudah mulai aktif sekali, padahal baru akan genap tiga bulan setelah infusi," tambah dr Goh.

Bagi Cordlife, keberhasilan penanganan kasus balita Georgia, berikut perkembangan kemajuan anak itu, lewat apa yang disebut stem cell infusion menggunakan sel darah sang bocah sendiri, memang merupakan salah satu prestasi terbaruPenanganan untuk kasus cacat otak ini sendiri, yang operasinya dijalankan awal September lalu, bahkan disebut yang pertama kalinya di Singapura khususnya.

Keberhasilan dan perkembangan menjanjikan ini, bagi orangtua Georgia, Michael dan Louis Conn, sebaliknya juga menjadi satu hal yang luar biasaSesuatu yang menurut pengakuan mereka tidak pernah sama sekali mereka bayangkan, sebagaimana halnya juga tak ada bayangan apa-apa bahwa putri sulung mereka bakal terkendala saat dilahirkan dan harus menderita.

"Sekitar seminggu sebelum Georgia diahirkan, kami memutuskan untuk menyimpan darah tali pusarnya di Cordlife(Tapi) tak pernah dalam satu juta tahun pun (saat itu) kami terbayang akan benar-benar menggunakannyaKami (hanya) melakukan itu karena kami yakin dengan potensi (pengembangan) sel darah tersebut dalam menyembuhkan penyakit seperti leukemia," tutur Louis Conn dalam pengakuannya.

Kasus penyakit leukemia yang juga pernah disembuhkan lewat infusi sel darah tali pusar, seperti yang dimaksud Mrs Conn, merupakan juga keberhasilan awal di bidang aplikasi medis yang melibatkan CordlifeItu juga terjadi di Singapura awal 2003 lalu, terhadap Ryan Foo, balita (yang saat itu) berumur tiga tahun - hanya berselang sekitar 1,5 tahun sejak Cordlife didirikanMenariknya, untuk kasus Ryan yang sempat didiagnosa nyaris tak berpeluang sembuh itu, sel darah penyelamat hidupnya berasal dari adik perempuannya.

"Di luar indikasi keberhasilan dalam kasus cerebral palsy ini, yang memang sejauh ini di dunia medis belum ditemukan solusi pasti penyembuhannya, potensi manfaat dan pengembangan stem cell dari darah tali pusar, jelas besar sekali ke depannyaDan bagi kami, itu memang sudah sejalan dengan misi kita, untuk 'memberi harapan dan menyelamatkan hidup'," tutur Steven Fang pula, selaku pendiri sekaligus Group CEO Cordlife Pte Ltd(ito/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lelah Berkepanjangan? Awas Fibromialgia Syndrome


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler