jpnn.com - Pepatah Inggris mengatakan Inggris "poverty screams, but wealth whispers", kemiskinan berteriak, tetapi kekayaan berbisik.
Makin kaya seseorang, makin dia menyepi menyembunyikan kekayaannya.
BACA JUGA: PPATK Endus Upaya Pencucian Uang Rafael, Sejumlah Rekening Konsultan Pajak Diblokir
Makin kaya seseorang justru makin menginginkan privasi, tidak ingin menjadi pusat perhatian.
Banyak orang-orang kaya bergaya hidup sederhana, makan di warung kaki lima, dan suka berderma.
BACA JUGA: Pengamat: Integritas Pegawai Pajak Sudah Terbangun, Ada Contoh Riilnya
Banyak di antara mereka yang benar-benar tulus menjalani gaya hidup sederhana, tetapi banyak juga yang melakukannya untuk menyembunyikan kekayaannya dari kejaran pajak.
Tanpa aturan undang-undang penarikan pajak adalah perampokan.
BACA JUGA: Sri Mulyani Membubarkan Geng Moge DJP, Pengamat: Itu Kemunafikan!
Ungkapan bahasa Inggris menyebutkan, ‘’taxation without law is robbery’’, pajak tanpa hukum adalah perampokan.
Orang kaya menyembunyikan kekayaannya karena takut kepada petugas pajak.
Akan tetapi, di Indonesia yang terjadi kebalikannya.
Orang-orang pajak malah pamer kekayaan karena tidak ada lagi yang ditakuti.
Sekarang ini di media sosial sedang musim flexing, yaitu pamer kekayaan yang dilakukan oleh orang-orang kaya baru atau nouveau riche.
Orang kaya baru sering disebut sebagai OKB, adalah golongan sosial yang terdiri atas orang-orang yang menjadi kaya raya dalam waktu sangat cepat.
Ada kalanya mereka kaya mendadak dalam satu generasi.
Namun, bisa juga lebih cepat dari itu, hanya dalam hitungan tahun saja.
Mereka mengumpulkan kekayaan dalam jumlah besar dalam waktu cepat, sehingga taraf hidup mereka melambung jauh di atas strata sosial-ekonomi yang lazim.
Fenomena yang viral di media sosial sekarang adalah kebiasaan flexing yang dilakukan oleh para OKB.
Pamer kekayaan OKB di media sosial dilakukan secara amat berlebihan.
Media sosial memungkinkan fenomena flexing menjadi tren yang digilai banyak orang.
Dahulu pamer kekayaan dianggap tabu, dilarang, dan tidak pantas, tetapi kini jadi hal yang umum.
Beberapa hal yang sering dipamerkan seperti saldo ATM, uang yang bertumpuk, pakaian mahal, jet pribadi, liburan ke luar negeri, tas mewah, mobil mewah, dan sederet barang mewah lainnya.
Lalu, muncullah sebutan ‘’crazy rich’’ dan ‘’sultan’’ untuk menggambarkan anak-anak muda yang kaya raya secara mendadak itu.
Flexing atau pamer dilakukan untuk mencapai beragam tujuan, di antaranya menunjukan status dan posisi sosial, menciptakan kesan bagi orang lain, dan menunjukan kemampuan.
Flexing di dunia digital sekarang dilakukan oleh orang yang suka memamerkan kekayaan yang sebenarnya tidak mereka miliki.
Flexing berarti orang yang palsu, memalsukan, atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan tingkat tinggi.
Di Indonesia sederetan anak-anak muda tiap hari flexing di media sosial memamerkan semua kekayaannya, mulai barang-barang branded sampai pesawat jet pribadi. Banyak yang bertanya-tanya dari mana uang mereka yang begitu banyak.
Setidaknya sekarang sudah terungkap bahwa sebagian mereka terlibat dalam bisnis haram dengan meng-endorse aplikasi investasi bodong.
Dua anak muda OKB, Indra Kenz dan Donny Salmanan sudah ditangkap polisi, diadili, dan masuk bui.
Fenomena yang tidak lazim muncul beberapa waktu belakangan ini.
Jajaran anak buah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ramai-ramai melakukan flexing pamer kekayaan.
Kasus yang terbongkar adalah flexing oleh Mario DS anak kandung pegawai Ditjen Pajak Rafael Alun Trisambodo.
Ternyata bukan Rafael Alun saja yang suka flexing.
Banyak sekali koleganya yang flexing pamer barang mewah.
Salah satunya adalah Kepala Bea Cuka Yogyakarta Eko Darmanto.
Bukan hanya motor gede dan mobil antik dipamerkan.
Pesawat Cessna pun dia pamerkan.
Dia pun langung dicopot dari jabatannya.
Pencopotan Eko Darmanto ini tak lepas dari viral perilakunya yang bergaya hidup mewah dan dipamerkan lewat akun media sosialnya.
Pencopotan Eko Darmanto dari jabatannya ini disampaikan oleh Wamenkeu Suahasil Nazara dalam pers di Kemenkeu RI, Rabu 1 Maret 2023.
Suahasil membeberkan alasan pencopotan Eko ini untuk memudahkan pemeriksaannya yang dilakukan oleh Kemenkeu RI.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun tangan memeriksa Rafael Alun, dan menyimpulkan ada geng di Kementerian Keuangan.
KPK tengah menelusuri pola yang berkaitan dalam pelacakan aset kekayaan pejabat di Kementerian Keuangan.
Hal ini nantinya bisa membantu KPK dalam mengungkap pejabat Kementerian Keuangan lainnya yang memiliki aset kekayaan janggal seperti Rafael Alun.
KPK pun bicara soal peluang memeriksa pihak lain yang diduga termasuk geng Rafael.
KPK memastikan banyak orang lain yang masuk dalam geng Rafael.
Geng ini bukan sejenis geng motor anak-anak milenial yang suka kebut-kebutan dan memalak orang di pinggir jalan.
KPK menjelaskan arti geng terkait dengan Rafael Alun adalah pola relasi di antara pejabat Kementerian Keuangan yang dinilai memiliki kasus serupa dengan Rafael Alun.
Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai dikenal sebagai tempat basah.
Orang-orang di dalamnya terkenal banyak yang kaya rara dan hal itu dianggap sebagai hal yang wajar, taken for granted.
Masyarakat sudah mafhum bahwa bekerja di dua tempat itu identik dengan tempat basah yang penuh uang.
Kasus ini menjadi sorotan karena kecelakaan akibat kasus penganiayaan yang dilakukan oleh anak Rafael Alun.
Sekarang KPK mengejar-ngejar mereka.
Akan tetapi tidak akan lama, dan praktik lama akan tetap berjalan seperti biasanya.
Pamer kekayaan akan terjadi lagi
Kalau KPK serius memeriksa orang-orang pajak dan bea cukai, mungkin bukan hanya geng yang terungkap, tetapi jaringan mafia yang sudah berurat berakar. (**)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror