Crisis Center Gerak Cepat, Kekhawatiran Dunia Pariwisata Teratasi

Langkah dan Tahapan Tangani Krisis

Senin, 18 Januari 2016 – 21:44 WIB
Menpar Arief Yahya/ dok JPNN

jpnn.com - JAKARTA- Kekhawatiran besar sempat menggelayuti dunia pariwisata Indonesia saat kejadian peledakan bom di kawasan Sarinah, Jakarta, terjadi, Kamis (14/1) lalu. Pasalnya, faktor keamanan menjadi pertimbangan penting bagi para wisatawan untuk melakukan kunjungan ke Indonesia.

Kejadian di kawasan ring satu Indonesia tersebut juga sempat menjadi trending topic dan perbincangan di media sosial. Karena itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya sempat deg-degan dengan kondisi ini. 

BACA JUGA: Mengharukan, Seperti Ini Penyesalan Mendalam Menteri Susi Kepada Putra Sulungnya

"Namun 2x24 jam beritanya sudah tidak kencang. Memang masih ada berita-berita yang di running, tapi mereka yang ingin traveling ke Jakarta tidak lagi paranoid," katanya, Senin (18/1).

Yang membuat dia semakin yakin pariwisata tak akan banyak terganggu adalah suasana yang sudah kembali normal pada H+3, atau Minggu (17/1) kemarin. 

BACA JUGA: Menteri Susi Luapkan Kesedihannya pada Mantan Menteri Ini, Sedihlah Pokoknya...

"Seperti tidak terjadi apa-apa lagi. Pos polisi yang jadi korban ledakan juga sudah ditutup dengan  tulisan #IndonesiaBerani #IndonesiaDamai dengan background merah putih," terangnya.

Kondisi mengkhawatirkan, yang diperkirakan bakal menjadi krisis dan diperkirakan bakal memengaruhi dunia ekonomi dan juga pariwisata Indonesia itu, ternyata dalam hitungan jam hilang dengan sendirinya. Berkat sinergitas dan ketepatan tim Crisis Center Kemenpar, apa yang terjadi bisa dikondisikan sehingga tidak memiliki efek merusak yang besar.

BACA JUGA: Putra Sulung Bu Susi Meninggal dalam Keadaan Tidur, Din Syamsudin Bilang Begini

Kondisi krisis, menurut Doktor alumnus Unpad Bandung itu disebabkan oleh tiga hal, alam, sosial atau orang, dan teknologi. Menghadapi krisis itu, diperlukantiga langkah, mulai dari emergency, urgency, dan Contingengency atau tanggap kondisi.
 
"Ada tiga tahapan tim crisis center bergerak. Pertama, tahap Emergensi. Kedua, tahap Rehabilitasi. Ketiga, tahap Normalisasi," jelas Doktor Ekonomi lulusan Unpad Bandung itu. 

"Emergency itu dimulai persis ketika kejadian itu berlangsung, 14 Januari. Hingga 16 Februari masa tanggap darurat itu berlangsung. Ada tiga level lagi khusus untuk tanggap darurat itu. Pertama immediate respons, atau merespons dengan cepat. Seperti asessment on impact, apa penyebab krisis, kontak emergency respons team, bisa polisi atau lembaga yang terkait, lalu immediate media respons," paparnya.

Memberikan keterangan pers, sebagai bagian immediate respons itu penting. Fungsinya menjelaskan kepada publik, pelaku bisnis dan industri yang berada di dalam koordinasinya tentang koridor dan arah. Ada pegangan yang bisa dipercaya publik dan kredibel untuk memberikan penjelasan resmi. 

"Dalam kasus Thamrin lalu, kami menyampaikan bahwa polisi telah melakukan penanganan, dan dalam 5 jam sudah terkendali dengan baik. Statemen ini membuat industri pariwisata merasa lega, aman dan tidak was-was," imbuhnya.

Langkah emergency selanjutnya, kata dia, adalah suspense advertising. Pukul 16.00 Menpar mengumumkan, atas dasar pertimbangan etik, maka seluruh tayangan promosi Wonderful Indonesia di semua channel dihentikan dalam waktu 7 hari. 

"Karena Polisi berhasil membereskan situasi, maka pukul 19.00 kami mencabut penundaan promosi pariwisata itu, jadi masa hold itu cuma 3 jam saja," jelasnya. 

Lalu, lanjutan langkah emergency adalah Assure Industry. Memastikan semua sektor yang berada di bawah kemenpar tetap beroperasi dengan normal. "Kami sudah cek 14 hotel di seputar kawasan Thamrin, semua aman. Tidak ada yg cancellation, tidak ada yang check out lebih cepat. Kami sudah sudah pantau perhotelan dan penerbangan di Bali, Batam, Jogja, semua aman," jelasnya. 

Saat ini, lanjut Menpar, sudah memasuki fase Rehabilitasi, dari 17-31 Januari 2016. Kerusakan paling parah akibat insiden bom itu adalah wajah Pariwisata Indonesia. Itulah yang sedang direhabilitas di mata dunia internasional. 

"Selanjutnya 1-14 Februari masanya, normalisasi, memastikan semua berlangsung normal seperti biasanya. "Ilmu ini penting, karena krisis bisa saja terjadi di mana saja, dan kapan saja. Kalau ada, kami harus siap tanggap dan siap," tandasnya. (dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Maroef Pilih Mundur Ketimbang Terima Tawaran dari Freeport, Kenapa ya??


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler