PONTIANAK – Cuaca buruk yang melanda perairan Kalimantan Barat memakan korban. Satu anak buah kapal KM Bakau Jaya Apo (53), seminggu lalu dikabarkan hilang ditelan gelombang di laut Kubu Kabupaten Kubu Raya. Saat kejadian, pria asal Perum I Jalan Komyos Sudarso, Kecamatan Pontianak Barat, Sabtu (5/1) bersama teman-temannya di KM Bakau Jaya tersebut sedang menangkap ikan di laut.
KM Bakau Jaya sendiri belum mendarat, sehingga para saksi mata belum bisa dimintai keterangannya. Kapolsek Kecamatan Sungai Kakap Ajun Komisaris Polisi (AKP), Sunaryo, mengatakan pihaknya masih menunggu informasi mengenai kapal dan ABK pulang dari laut.
“Kapalnya milik orang Kecamatan Sungai Kakap, dan kejadiannya Sabtu kemarin. Saya sampai sekarang masih memastikan hal tersebut menunggu kapal dan ABK-nya pulang,” ungkapnya.
Dia menambahkan, menurut keterangan para nelayan yang berada di Kecamatan Sungai Kakap, kapal dan ABK tersebut sudah berlayar lebih dari satu minggu lalu. Namun kesemua ABK yang berangkat tersebut masih belum diketahui berapa jumlahnya. Kapolsek Kakap ini juga menyatakan akan terus mencari informasi mengenai keselamatan semua ABK kapal nelayan tersebut.
Sementara itu, upaya pencarian korban sampai saat ini belum menemukan hasil. Tim Search and Rescue (SAR) Pontianak dibantu nelayan setempat dan TNI Angkatan Laut sudah enam hari ini berusaha mencari korban. “Sampai hari ini kita masih melakukan pencarian. Akan tetapi hasil belum didapat, gelombang terlalu tinggi dan hilangnya korban juga sudah terlalu lama sehingga ada kemungkinan sudah terbawa gelombang ke lokasi yang tidak kita ketahui,” ungkap Kepala Kantor SAR Pontianak Ida Bagus Gede Budisma.
Ida Bagus mengatakan pihaknya tidak berani untuk mencari hingga ke tengah laut lantaran gelombang yang sangat tinggi. “Kita menggunakan speed boat yang ditumpangi tujuh orang. Sementara gelombang di lautan bisa mencapai 6 meter. Sangat berisiko untuk melakukan pencarian sampai ke tengah laut,” ungkap dia.
Lebih-lebih, lanjut dia, sudah lebih dari seminggu korban hilang sehingga kemungkinan besar sudah hanyut terlalu jauh. Dia juga menyayangkan laporan warga yang terlalu lama. “Kita baru mendapat laporan tiga hari setelah korban diketahui tenggelam. Dengan rentang waktu segitu kita sudah sulit menduga kemana arah hanyutnya,” pungkas dia.
Menurut data Badan Meteologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Balai Besar Wilayah II Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak mencatat Jumat (11/1) hingga Senin (14/1) ada lima kawasan perairan laut Kalbar yang berpotensi terjadi gelombang setinggi 3 meter hingga 6 meter sehingga sangat berbahaya bagi semua jenis pelayaran.
Kata Prakirawan Prada Wellyantama, meskipun ketinggian gelombang dalam sepekan ke depan diperkirakan mengalami penurunan, tetapi ketinggian gelombangnya masih berbahaya bagi kapal motor ukuran kecil dan sedang. “Kelima kawasan perairan laut kalbar yang berpotensi terjadi gelombang setinggi 3 meter hingga 6 meter tersebut diantaranya perairan China Selatan, Utara Natuna, Kepulauan Natuna, Laut Natuna, kepulauan Anambas dan Sambas,” terangnya.
Kepala Seksi Keselamatan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Pontianak, Suhardi mengatakan sejak larangan berlayar untuk kapal kecil dan sedang Rabu (9/1) lalu, puluhan kapal menumpuk di Pelabuhan Dwikora, Pontianak.
“Kurang lebih ada 30 kapal yang batal berangkat dari Pelabuhan Pontianak. Kebanyakan adalah kapal layar motor air yang besarnya di bawah 500 gross ton,” ujarnya.
Disebutkan dia, meskipun sudah ada larangan, ada juga diantara kapten kapal itu yang tetap mengajukan izin berlayar. “Tapi kita tolak. Bagaimanapun cuaca masih buruk. Tentu kita tidak mau mengambil resiko,” ucapnya. (ars)
KM Bakau Jaya sendiri belum mendarat, sehingga para saksi mata belum bisa dimintai keterangannya. Kapolsek Kecamatan Sungai Kakap Ajun Komisaris Polisi (AKP), Sunaryo, mengatakan pihaknya masih menunggu informasi mengenai kapal dan ABK pulang dari laut.
“Kapalnya milik orang Kecamatan Sungai Kakap, dan kejadiannya Sabtu kemarin. Saya sampai sekarang masih memastikan hal tersebut menunggu kapal dan ABK-nya pulang,” ungkapnya.
Dia menambahkan, menurut keterangan para nelayan yang berada di Kecamatan Sungai Kakap, kapal dan ABK tersebut sudah berlayar lebih dari satu minggu lalu. Namun kesemua ABK yang berangkat tersebut masih belum diketahui berapa jumlahnya. Kapolsek Kakap ini juga menyatakan akan terus mencari informasi mengenai keselamatan semua ABK kapal nelayan tersebut.
Sementara itu, upaya pencarian korban sampai saat ini belum menemukan hasil. Tim Search and Rescue (SAR) Pontianak dibantu nelayan setempat dan TNI Angkatan Laut sudah enam hari ini berusaha mencari korban. “Sampai hari ini kita masih melakukan pencarian. Akan tetapi hasil belum didapat, gelombang terlalu tinggi dan hilangnya korban juga sudah terlalu lama sehingga ada kemungkinan sudah terbawa gelombang ke lokasi yang tidak kita ketahui,” ungkap Kepala Kantor SAR Pontianak Ida Bagus Gede Budisma.
Ida Bagus mengatakan pihaknya tidak berani untuk mencari hingga ke tengah laut lantaran gelombang yang sangat tinggi. “Kita menggunakan speed boat yang ditumpangi tujuh orang. Sementara gelombang di lautan bisa mencapai 6 meter. Sangat berisiko untuk melakukan pencarian sampai ke tengah laut,” ungkap dia.
Lebih-lebih, lanjut dia, sudah lebih dari seminggu korban hilang sehingga kemungkinan besar sudah hanyut terlalu jauh. Dia juga menyayangkan laporan warga yang terlalu lama. “Kita baru mendapat laporan tiga hari setelah korban diketahui tenggelam. Dengan rentang waktu segitu kita sudah sulit menduga kemana arah hanyutnya,” pungkas dia.
Menurut data Badan Meteologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Balai Besar Wilayah II Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak mencatat Jumat (11/1) hingga Senin (14/1) ada lima kawasan perairan laut Kalbar yang berpotensi terjadi gelombang setinggi 3 meter hingga 6 meter sehingga sangat berbahaya bagi semua jenis pelayaran.
Kata Prakirawan Prada Wellyantama, meskipun ketinggian gelombang dalam sepekan ke depan diperkirakan mengalami penurunan, tetapi ketinggian gelombangnya masih berbahaya bagi kapal motor ukuran kecil dan sedang. “Kelima kawasan perairan laut kalbar yang berpotensi terjadi gelombang setinggi 3 meter hingga 6 meter tersebut diantaranya perairan China Selatan, Utara Natuna, Kepulauan Natuna, Laut Natuna, kepulauan Anambas dan Sambas,” terangnya.
Kepala Seksi Keselamatan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Pontianak, Suhardi mengatakan sejak larangan berlayar untuk kapal kecil dan sedang Rabu (9/1) lalu, puluhan kapal menumpuk di Pelabuhan Dwikora, Pontianak.
“Kurang lebih ada 30 kapal yang batal berangkat dari Pelabuhan Pontianak. Kebanyakan adalah kapal layar motor air yang besarnya di bawah 500 gross ton,” ujarnya.
Disebutkan dia, meskipun sudah ada larangan, ada juga diantara kapten kapal itu yang tetap mengajukan izin berlayar. “Tapi kita tolak. Bagaimanapun cuaca masih buruk. Tentu kita tidak mau mengambil resiko,” ucapnya. (ars)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pungut e-KTP, Bupati Kotabaru Ditegur Dewan
Redaktur : Tim Redaksi