PAINAN-- 96 ribu jiwa warga Pessel atau sekitar 16 ribu kepala keluarga/KK yang tinggal di sepanjang pesisir pantai, terancam abrasi. Ini disebabkan cuaca ekstrem yang mengakibatkan air pasang, khususnya di Pantai Pasir Putih Kambang, Kecamatan Lengayang. 96 ribu jiwa yang tinggal di zona merah ini, tersebar di 10 kecamatan.
Yakni Koto XI Tarusan, Bayang, IV Jurai, Batang Kapas, Lengayang, Sutera, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Pancung Soal dan Luang Silaut.
Penanganan pantai Pasir Putih Kambang menjadi skala prioritas untuk dilakukan perbaikan dan pembangunan pengamanan pantai. Lokasi tersebut selalu menjadi sasaran bencana, baik dari laut maupun dari darat yakni gelombang pasang dan banjir, bahkan daerah itu tidak luput dari ancaman tsunami.
Seperti diketahui, air bah pada banjir bandang yang terjadi 3 November 2011 telah menyeret tiga warga setempat. Satu orang di antaranya, tidak ditemukan jasadnya hingga kini. Dua lagi ditemukan meninggal dunia beberapa hari setelah banjir surut. Saat itu, kerugian materil akibat bencana tersebut mencapai Rp280 miliar akibat hancurnya perumahan penduduk dan infrastruktur lainya.
Beberapa hari setelah dihantam banjir bandang 3 November 2011, Pasir Putih Kambang Lengayang kembali dilanda bencana yakni gelombang pasang dan abrasi pantai. Puluhan rumah masyarakat sekitar pantai kembali hancur, rusak berat dan terancam ambruk.
“Hingga kini, sudah lebih 20 unit rumah warga terseret, sehingga mereka terpaksa pindah. Beruntung bagi warga yang memiliki lahan di lokasi lain, Jika tidak ada lahan, tentu akan kesulitan untuk membangun rumah,” ujar Midun, 54, warga Kampung Karang Labuang, Nagari Lakitan, Kecamatan Lengayang.
Ditambahkannya, saat ini rumah yang ditempati bersama istri dan empat anaknya itu, bagian dapurnya sudah berada persis di bibir pantai. Bahkan ketika gelombang tinggi pecahan gelombangnya sudah sampai ke dalam dapur. “Kini, kami keluarga saya diungsikan untuk sementara sambil menunggu gelombang reda," ungkapnya.
Keluhan yang sama juga disampaikan Midun 54, warga Kampung Karang labuang Nagari lakitan Kecamatan lengayang kepada Padang Espres kemarin.
"Abrasi pantai yang selalu meluas setiap tahunya telah mengakibatkan sebagian besar lahan milik masyarakat yang sebelumnya dijadikan sebagai lokasi kebun kelapa habis di bagian belakang rumah pinggir pantai ini. Padahal buah kelapa yang dipanen sekali dalam tiga bulan ini dapat membantu perekonomian keluarga," ungkapnya.
Sekarang puluhan rumah di kawasan pinggir pantai Kampung Karang Labuang ini dalam ancaman dan perlu untuk diselamatkan agar tidak menimbulkan kerugian besar bahkan korban jiwa. Sebab ancaman abrasi ini selalu mengintai sebagai mana terjadi sejak 10 tahun terakhir.
Untuk sementara, pemerintah telah mulai melakukan pengamanan pantai dengan memasang karung pasir disepanjang pantai. Panjang garis pantai yang diberi pengaman itu satu kilometer, yang dibiayai oleh dana tanggap darurat pascabanjir 3 November 2011 sebanyak Rp10 miliar.
"Kita akan utamakan pembangunan pengamanan pantai bagi lokasi terparah seperti Pasir Putih Kambang ini", ujar Pitayo Subandriyo.
Dana Rp74 miliar itu juga akan digunakan untuk melakukan pengerukan muara dari sungai yang terbuat oleh banjir bandang 3 November 2011. Saat ini sungai tersebut tidak lagi memiliki muara ke laut karena tertutup pasir pantai, sehingga menjadi sungai mati.
Jika kondisi itu dibiarkan, dikhawatirkan air sungai tersebut kembali membawa bencana, jika hujan datang, karena sungai itu tidak memiliki muara untuk mengaliri arus sungai ke laut. Jika di lokasi tersebut dibangun berbagai infrastruktur diyakini akan menjadi sasaran dari banjir yang akan datang, begitu juga dengan bangunan lainnya yang ada di lokasi saat ini, katanya.
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) RI menyediakan anggaran Rp74 miliar untuk membangun pengamanan pantai Pasir Putih Kenagarian (Desa Adat) Kambang Utara Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat pada tahun 2012.
Bupati Pesisir selatan, Nasrul Abit, ketika dihubungi Padang Ekspres (Group JPNN) mengakui dana yang dijanjikan oleh pemerintah pusat sebesar Rp 230 miliar untuk mengangani kawasan pantai kritis tidak terealisasikan sebagai mana diharapkan.
"Diakui saat ini sekitar 60 persen kawasan pantai Pessel dari total panjang 234 kilometer kondisinya kritis. Ancaman abrasipun selalu terjadi dan dikuatirkan akan semakin meluas pada pemukiman yang didiami sekitar 16 ribu kepala keluarga (KK) 96 ribu jiwa penduduk. Karena keterbatasan keuangan daerah, sehingga Pessel kesulitan dalam pendanaan yang diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp 1,3 triliun," terangnya.(yo)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Stok Aman, Warga Tetap Panik
Redaktur : Tim Redaksi