ACEH--Cuaca ekstrim melanda kota Banda Aceh. AkibatnyaKapal Motor Penumpang (KMP) BRR berlayar dari Sabang pada pukul 08.30 WIB, nyaris tidak bisa berlabuh di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheu, Banda Aceh, Jumat (18/1).
Informasi dihimpun Rakyat Aceh (Grup JPNN) dari sejumlah petugas pelabuhan menyebutkan, KMP BRR itu sedianya berlabuh di Pelabuhan Ulee Lheu sekira pukul 11.00 WIB. Namun, akibat angin kencang dan tingginya ombak membuat pelayaran kapal BRR, mengangkut ratusan penumpang dan puluhan kenderan bermotor, mengalami keterlambatan dan gagal berlabuh.
"Saat memasuki pelabuhan sekitar pukul 11.00 WIB anginnya sangat kencang. Tali trol juga sempat putus saat kapal hendak berlabuh," kata kepala UPTD Pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh, T Naziruddin.
Karena gagal berlabuh akibat putus tali trol, lanjut Naziruddin , Kapten Kapal kemudian memutar haluan dan keluar dari kolam pelabuhan untuk memasang tali trol baru. Setelah sempat berlayar selama 30 menit di perairan Ulee Lheu, kapal kembali merapat ke pelabuhan.
Kapten kapal semula melabuhkan kapal ditempat biasa. Namun, angin kencang kembali menyeret badan kapal sejauh puluhan meter. Petugas pelabuhan dibantu personil Polisi, petugas RAPI, dan Tagana terlihat sibuk menarik tali trol agar posisi kapal dapat kembali seperti semula. Namun upaya petugas tidak berhasil, angin terus menyeret kapal keluar dari tempat bersandar.
Karena terus gagal, sekira pukul 12.30 WIB, KMP BRR terpaksa berlabuh darurat dengan bersandar di tempat bersandar kapal cepat Pulo Rondo dan Bahari Express.
Amatan wartawan, sedikitnya 400 penumpang KMP BRR terpaksa dievakuasi melalui pintu darurat samping. "Ini merupakan kali pertama KMP BRR berlabuh secara darurat akibat cuaca buruk. ," sebut Naziruddin.
Sejumlah penumpang terutama wanita dan anak-anak yang ditanyai wartawan mengaku panik dan takut atas kejadian tersebut. Mereka tidak menduga akan mengalami kejadian itu meskipun saat berlayar kapal sempat dihantam ombak setinggi 2 meter. "Kami sangat takut. Apalagi hari ini hari Jumat," kata H Ramli Ibrahim, warga Banda Aceh yang bekerja di salah satu dinas di jajaran Pemko Sabang.
Meskipun ketinggian ombak mencapai 2 meter lebih, namun KMP BRR tetap melakukan pelayaran dari Pelabuhan Ulee Lheu menuju Sabang sekira pukul 15.00 Wib. "Kapal lambat tetap berangkat mengangkut penumpang. Tapi dua kapal cepat tidak berlayar hari ini," pungkas Naziruddin.
Sementara itu akibat cuaca ekstrem ini juga mengakibatkan, sejumlah pohon dan tiang listrik tumbang akibat angin kencang. Kondisi itu seperti yang terjadi dikawasan jalan Banda Aceh -Meulaboeh, tepatnya di kawasan Gunung Paroe sekitar KM 30.
Akibatnya, hampir 2 KM antrian kenderaan macet menunggu petugas memindahkan tiang listrik tersebut ke sisi jalan. Sekitar 1,5 jam para pekerja ini membereskan tiang listrik yang menghalangi lalu lintas. Puluhan kenderaan tesebut harus menunggu pekerja bengkel terdekat datang untuk melakukan pengelasan besi pada tiang listrik tersebut.sebuah truck yang melewati jalan tersebut juga membantu menarik tiang tumbang itu ke tepi jalan.
Pemuda gampong bersama pengendara turut mengangkatan tiang tersebut dari tengah jalan. Pengangkatan tersebut ikut dibantu oleh tim pengamanan Ibu Dandim Banda Aceh.
"Istilah kami orang Aceh "Ie Bu Padang", angin kencang. Dari jam 8 pagi tadi," kata Jafaruddin, Keuchiek (kepala desa) Paroe, kecamatan Lhoeng. Ia memprediksi angin kencang akan terus terjadi dalam satu bulan ini dan akan menunbangkan pohon-pohon besar.
Terdapat tiga pohon tumbang akibat angin kencang tersebut di kawasan Lhoeng itu dan . Namun pohon-pohon tersebut dapat dengan mudah dipindahkan dari badan. (*)
Informasi dihimpun Rakyat Aceh (Grup JPNN) dari sejumlah petugas pelabuhan menyebutkan, KMP BRR itu sedianya berlabuh di Pelabuhan Ulee Lheu sekira pukul 11.00 WIB. Namun, akibat angin kencang dan tingginya ombak membuat pelayaran kapal BRR, mengangkut ratusan penumpang dan puluhan kenderan bermotor, mengalami keterlambatan dan gagal berlabuh.
"Saat memasuki pelabuhan sekitar pukul 11.00 WIB anginnya sangat kencang. Tali trol juga sempat putus saat kapal hendak berlabuh," kata kepala UPTD Pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh, T Naziruddin.
Karena gagal berlabuh akibat putus tali trol, lanjut Naziruddin , Kapten Kapal kemudian memutar haluan dan keluar dari kolam pelabuhan untuk memasang tali trol baru. Setelah sempat berlayar selama 30 menit di perairan Ulee Lheu, kapal kembali merapat ke pelabuhan.
Kapten kapal semula melabuhkan kapal ditempat biasa. Namun, angin kencang kembali menyeret badan kapal sejauh puluhan meter. Petugas pelabuhan dibantu personil Polisi, petugas RAPI, dan Tagana terlihat sibuk menarik tali trol agar posisi kapal dapat kembali seperti semula. Namun upaya petugas tidak berhasil, angin terus menyeret kapal keluar dari tempat bersandar.
Karena terus gagal, sekira pukul 12.30 WIB, KMP BRR terpaksa berlabuh darurat dengan bersandar di tempat bersandar kapal cepat Pulo Rondo dan Bahari Express.
Amatan wartawan, sedikitnya 400 penumpang KMP BRR terpaksa dievakuasi melalui pintu darurat samping. "Ini merupakan kali pertama KMP BRR berlabuh secara darurat akibat cuaca buruk. ," sebut Naziruddin.
Sejumlah penumpang terutama wanita dan anak-anak yang ditanyai wartawan mengaku panik dan takut atas kejadian tersebut. Mereka tidak menduga akan mengalami kejadian itu meskipun saat berlayar kapal sempat dihantam ombak setinggi 2 meter. "Kami sangat takut. Apalagi hari ini hari Jumat," kata H Ramli Ibrahim, warga Banda Aceh yang bekerja di salah satu dinas di jajaran Pemko Sabang.
Meskipun ketinggian ombak mencapai 2 meter lebih, namun KMP BRR tetap melakukan pelayaran dari Pelabuhan Ulee Lheu menuju Sabang sekira pukul 15.00 Wib. "Kapal lambat tetap berangkat mengangkut penumpang. Tapi dua kapal cepat tidak berlayar hari ini," pungkas Naziruddin.
Sementara itu akibat cuaca ekstrem ini juga mengakibatkan, sejumlah pohon dan tiang listrik tumbang akibat angin kencang. Kondisi itu seperti yang terjadi dikawasan jalan Banda Aceh -Meulaboeh, tepatnya di kawasan Gunung Paroe sekitar KM 30.
Akibatnya, hampir 2 KM antrian kenderaan macet menunggu petugas memindahkan tiang listrik tersebut ke sisi jalan. Sekitar 1,5 jam para pekerja ini membereskan tiang listrik yang menghalangi lalu lintas. Puluhan kenderaan tesebut harus menunggu pekerja bengkel terdekat datang untuk melakukan pengelasan besi pada tiang listrik tersebut.sebuah truck yang melewati jalan tersebut juga membantu menarik tiang tumbang itu ke tepi jalan.
Pemuda gampong bersama pengendara turut mengangkatan tiang tersebut dari tengah jalan. Pengangkatan tersebut ikut dibantu oleh tim pengamanan Ibu Dandim Banda Aceh.
"Istilah kami orang Aceh "Ie Bu Padang", angin kencang. Dari jam 8 pagi tadi," kata Jafaruddin, Keuchiek (kepala desa) Paroe, kecamatan Lhoeng. Ia memprediksi angin kencang akan terus terjadi dalam satu bulan ini dan akan menunbangkan pohon-pohon besar.
Terdapat tiga pohon tumbang akibat angin kencang tersebut di kawasan Lhoeng itu dan . Namun pohon-pohon tersebut dapat dengan mudah dipindahkan dari badan. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bendungan Barugbug Meluap
Redaktur : Tim Redaksi