Cumulonimbus dan SMPN 1 Turi Sleman

Minggu, 23 Februari 2020 – 06:05 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, SLEMAN - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati prihatin dengan insiden susur Sungai Sempor dalam kegiatan Pramuka SMPN 1 Turi Sleman yang terjadi Jumat (21/2) sore.

Dwikorita menyayangkan kelalaian dari pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut, yang tidak memperhatikan kondisi cuaca saat itu.

BACA JUGA: Guru Olahraga SMPN 1 Turi Sleman Tersangka Insiden Susur Sungai Sempor

Dia menegaskan, BMKG melalui Stasiun Klimatologi (Staklim) Mlati selalu melakukan monitoring cuaca dan peringatan dini secara berkala yang informasinya bisa diakses seluruh masyarakat.

“Kami sangat prihatin kejadian ini karena peringatan dini (Jumat) itu sudah disampaikan pada pukul 13.15. Sudah ada teknologi, informasi yang disebar luaskan melalu berbagai media, bisa bertanya melalui telepon,” tutur Dwikorita seperti dikutip dari Radar Jogja.

BACA JUGA: Pemakaman Salah Satu Siswa SMPN 1 Turi Sleman Harus Dilakukan 2 Kali

“Sebetulnya tiga hari sebelumnya juga sudah ada peringatan dini, diulang setiap hari. Paling dekat dengan kejadian itu peringatan dini pada pukul 13.15,” imbuhnya.

Dwikorita menjelaskan, saat itu lokasi kejadian cuaca memang masih mendung. Namun, dari radar cuaca terlihat ada awan cumulonimbus (CB) yang siap masuk wilayah Kabupaten Sleman. Saat itu berlaku pukul 13.45 sampai 15.45. 

BACA JUGA: Mbah Mijan Sampai Merinding Membaca Kabar Itu

“Terdeteksi ada awan CB menggantung masih di luar DIY, tetapi diprediksi dalam waktu kira-kira setengah jam akan masuk wilayah Sleman bagian utara. Sehingga dikeluarkan peringatan dini, mestinya saat itu terjadi hujan,” terangnya.

Kemudian lanjut dia, pukul 15.00 terlihat lagi gelombang kedua awan CB. Sedangkan awan CB yang pertama tadi sudah luruh menjadi hujan. “Pukul 15.00 kami keluarkan peringatan dini yang kedua untuk potensi hujan ekstrem pukul 15.30 sampai 16.30. Ternyata kejadiannya sekitar pukul 15.30 lebih,” kata Dwikorita.

Staklim Mlati kini memperpendek pantauan cuaca setiap jam. Terpantau mulai sekitar pukul 15.30 hingga 19.00 diperkirakan cuaca masih cerah. Artinya tidak ada hujan sehingga aman untuk proses pencarian korban yang belum ditemukan.

“Kami sudah menyampaikan ke Basarnas dan BPBD saat kondisi yang cukup aman untuk meneruskan pencarian korban. Namun, kalau sewaktu-waktu terdeteksi ada pertumbuhan awan CB akan segera kami informasikan agar segera meninggalkan lembah sungai,” tuturnya.

Berkaca dari kejadian ini, Dwikorita mengimbau masyarakat untuk terbiasa memantau informasi cuaca. Khususnya melalui media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, maupun radio dan televisi. Bahkan citra radar juga dapat dipantau sendiri melalui www.sipora.infocuaca.id. 

Untuk diketahui, prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem yang disampaikan BMKG terdiri dari informasi tujuh hari ke depan, prakiraan cuaca tiga hari ke depan, dan peringatan dini setiap tiga jam. “Ini tugas yang harus dilakukan baik ada musibah atau tidak ada musibah, seharusnya agar tidak terjadi musibah,” ujarnya. (tif/radarjogja)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler