Curah Hujan Ekstrim Penyebab Utama Bencana Banjir Sentani Papua

Selasa, 19 Maret 2019 – 14:56 WIB
Dirjen PDASHL KLHK Ida Bagus Putera Prathama menjelaskan terkait penyebab banjir di Sentani. Foto: Natalia Laurens/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Segenap keluarga besar KLHK turut berduka cita kepada para korban banjir bandang yang melanda Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua.

Bencana banjir yang terjadi pada 16 Maret 2019 tersebut berada di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Sentani Tami.

BACA JUGA: Menteri LHK Perintahkan Jajaran KLHK Untuk Menjaga Stabilitas

Berdasarkan data dan fakta yang dihimpun oleh KLHK, faktor utama penyebab bencana banjir bandang di Sentani adalah curah hujan yang tinggi.

Penjelasan tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL), IB Putera Parthama pada saat menggelar jumpa pers di Jakarta (19/3).

BACA JUGA: Menanam Doa dan Harapan Melalui Tanam Pohon di Hari Bhakti Rimbawan

“Bencana banjir bandang di Sentani Papua disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi mulai pukul 19.00 sampai dengan 23.30 WIT. Data menunjukkan bahwa debit air di wilayah Sentani pada malam tersebut melebihi kondisi normal mencapai 193,21 m3/detik yang menyebabkan debit aliran tinggi. Sementara itu, mulut sungai terhitung kecil dengan kapasitas tampung yang rendah yaitu hanya 91,38 m3/detik," ujar Putera 

Sementara itu, faktor lain yang menyebabkan bencana banjir bandang Sentani adalah kondisi hulu DAS yang tidak stabil.

BACA JUGA: Grafis : Terima Kasih KLHK untuk Rimbawan yang Telah Gugur dalam Tugas

Hulu DAS tersebut memiliki kontur batuan yang kedap air sehingga membentuk bendung alami yang mudah jebol pada saat hujan tinggi.

Adanya perluasan kota dan permukiman di bagian hilir (daerah terdampak) turut memberikan dampak yang cukup signifikan.

Beberapa lokasi terdampak dari musibah banjir tersebut meliputi Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram, Sentani dan sekitarnya.

Lokasi-lokasi tersebut merupakan dataran banjir (flood plain) dan berada di lereng kaki perbukitan yang terjal.

Luas daerah tangkapan air (DTA) di lokasi tersebut mencapai 15.199,83 hektar. Lebih lanjut Putera menyampaikan, luapan air Sungai Sereh/Tahara dan Sungai Kemiri masuk ke DAS Sentani yang berhulu di Cagar Alam Pegunungan Cycloop.

Menurut Putera, penyebab banjir tersebut disebabkan oleh curah hujan yang sangat ekstrim disertai intensitas hujan yang sangat tinggi, serta debit puncak banjir yang melebihi pengaliran daerah tangkapan air (DTA).

Faktor tutupan hutan di DAS Sentani terhitung baik dan berkisar 55% dari total area DAS. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pohon yang tercabut dari akarnya, serta adanya longsor pada area hulu DTA.

Putera menambahkan, di sekitar banjir bandang tidak ditemukan adanya pembalakan liar. Hal tersebut dapat dipastikan karena tidak ditemukan material kayu bekas tebangan yang hanyut terbawa banjir.

"Pohon-pohon tersebut masih lengkap dengan ranting dan akar-akarnya, hal ini menunjukkan bahwa kayu-kayu tersebut bukan hasil kegiatan penebangan kayu yang menyebabkan banjir bandang," ungkap Putera.

CA Pegunungan Cycloop adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas tertentu, mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, sekaligus sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

Pegunungan Cycloop memiliki luas kawasan 31.479,89 hektar dan terdapat open area seluas 2.415 hektar, bersumber dari peta tutupan lahan tahun 2017. Penyebab open area tersebut antara lain pertanian tradisional, permukiman dan areal tidak berhutan.

Kawasan pegunungan ini memiliki kemiringan lereng yang tajam, sehingga walaupun kawasan hutannya tidak rusak, curah hujan sangat ekstrim sehingga berdampak besar pada daerah pengembangan yang ada di bawah.

Menurut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno, perlu dipikirkan tata ruang kawasan permukiman, terutama bila ada fenomena hujan ekstrim di wilayah Pegunungan Cycloop.

Saat ditanyakan apakah ada dampak terhadap satwa-satwa yang ada di Cagar Alam Cycloop, Wiratno menyampaikan bahwa kemungkinan ada yang terkena dampak. “Tim Balai Besar KSDA Papua terus melaporkan perkembangan informasi setiap enam jam,” ujar Wiratno.

Terkait dengan CA Pegunungan Cycloop, Putera mengharapkan tercipta role model pengelolaan cagar alam berbasis kearifan lokal.

Harmonisasi antara alam dan budaya perlu dijaga dengan baik dengan cara mengajak masyarakat bersama para pemangku kepentingan untuk ikut berperan aktif dalam melestarikan CA Pegunungan Cycloop demi kesejahteraan masyarakat. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kunjungi Aceh Singkil, Menteri LHK Tampung Curhatan Warga


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler