Curhat di Pidato Kenegaraan, Presiden Jokowi: Semestinya Ruang Sidang Ini Terisi Penuh

Jumat, 14 Agustus 2020 – 11:36 WIB
Presiden Jokowi menyampaikan pidato pada sidang tahunan MPR, Jumat (14/8). Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengawali pidato kenegaraannya pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI 2020 dengan keprihatinannya atas kondisi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.

Akibat pandemi Covid-19 pula ruang sidang di Gedung Nusantara I atau Gedung Kura-kura di Kompleks Parlemen Senayan cuma diisi setengah dari kapasitas.

BACA JUGA: Buka Sidang Tahunan MPR, Begini Pantun Bamsoet di Hadapan Jokowi

"Semestinya seluruh kursi di ruang sidang ini terisi penuh, tanpa ada satu kursi pun yang kosong," ujar Presiden Jokowi yang dalam pidato itu mengenakan pakaian adat Nusa Tenggara Timur (NTT) berkelir hitam, dikombinasikan kain selempang di bahu dan penutup kepala bertenun warna emas.

Presiden Ketujuh RI itu menambahkan, semestinya sejak dua minggu lalu berbagai lomba, kerumunan penuh kegembiraan, serta karnaval perayaan sudah menyelimuti suasana bulan kemerdekaan RI.

BACA JUGA: Prabowo hingga Mahfud MD Hadir Secara Fisik di Sidang Tahunan, Pak Luhut Tidak Tampak

"Namun, semua yang sudah kita rencanakan tersebut harus berubah total. Semua ini tidak boleh mengurangi rasa syukur kita dalam memperingati 75 Tahun Indonesia Merdeka," tuturnya.

Jokowi lantas menyodorkan data tentang pandemi Covid-19 yang melanda 215 negara. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperlihatkan sampai 13 Agustus 2020 terdapat lebih dari 20 juta kasus Covid-19 di seluruh dunia, dengan jumlah kematian mencapai 737 ribu jiwa.

BACA JUGA: Jokowi Pakai Baju Adat NTT Sampaikan Pidato Kenegaraan

Semua negara baik yang miskin, berkembang, dan maju, kata Jokowi,  sedang mengalami kemunduran karena terpapar Covid-19. Krisis perekonomian dunia kali ini juga terparah dalam sejarah.

"Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi negara kita masih plus 2,97 persen, tetapi di kuartal kedua kita minus 5,32 persen. Ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17 persen," ucap mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Jokowi menyebut kemunduran banyak negara besar itu bisa menjadi peluang dan momentum bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan. Ibarat komputer, katanya, perekonomian semua negara saat ini sedang macet atau hang.

Oleh karena itu, semua negara harus mematikan komputer sesaat, harus melakukan re-start dan re-booting. Semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya.

"Saya menyambut hangat seruan moral penuh kearifan dari para ulama, para pemuka agama, dan tokoh-tokoh budaya agar menjadikan momentum musibah pandemi ini sebagai sebuah kebangkitan baru untuk melakukan sebuah lompatan besar," tegasnya.

Jokowi menambahkan, momentum pandemi ini harus dimanfaatkan untuk membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, serta menjalankan strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan.

"Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara upper middle income country. Dua puluh lima tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia negara maju," ujarnya.(fat/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler