jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Riset Teknologi (Kemenristek) atau Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan 500 besar peneliti berkinerja terbaik berdasarkan jumlah artikel yang dipublikasikan di SINTA (Science and Technology Index) dan jurnal-jurnal terindeks di Scopus dan Google Scholar.
Ini merupakan capaian selama tiga tahun terakhir sejak 2017 hingga 2019 dari 194 ribu lebih peneliti dan dosen yang telah terdaftar dalam database SINTA.
BACA JUGA: Publikasi Ilmiah Indonesia Terbanyak di ASEAN, Menristek Bambang Belum Puas
"Ada 500 peneliti terbaru tetapi yang saya umumkan 15 terbaik saja," kata Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro saat pengumuman 500 peneliti terbaik Indonesia berdasarkan SINTA Series 2020 secara daring, Kamis (28/5) sore.
Dia mendorong peneliti serta institusi penelitian dan perguruan tinggi untuk terus meningkatkan publikasi ilmiahnya di jurnal internasional dan nasional.
BACA JUGA: Hasil Penelitian Baru KLHK: Senyawa Sesquiterpenes Gaharu Bisa Cegah Penyebaran Corona
“Kami harapkan universitas dan lembaga penelitian bisa lebih memperbanyak staf pengajarnya atau staf penelitinya untuk bisa menghiasi ranking yang tertinggi dari SINTA," ucapnya.
Bagi yang namanya atau institusinya belum masuk 500 besar, Bambang berharap ini akan menjadi motivasi untuk semakin menguatkan fondasi dari universitas riset yang dikembangkan di masing-masing perguruan tinggi.
BACA JUGA: Penjelasan Penting Kemendikbud soal Siswa Kembali Bersekolah dan Tahun Ajaran Baru
Dan, yang lebih penting juga untuk memperbanyak jumlah peneliti dan inovator yang berkualitas.
Berikut 15 nama peneliti terbaik.
Pertama, Suharyo Sumowidagdo dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan skor 9.178.
Kedua, Agus Sudaryanto dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan skor 8.934.
Ketiga, Indah Suci Widyahening dari Universitas Indonesia (UI) dengan skor 7.786.
Keempat, Riyanarto Sarno dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan skor 6.893.
Kelima, Moesijanti Yudiarti Endang Soekatri dari Poltekkes Kemenkes Jakarta III dengan skor 4.906.
Keenam, Mauridhi Hery Purnomo dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan skor 4.853,5.
Ketujuh, Wakil Rektornya ITB I Gede Wenten dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan skor 4.670,5.
Kedelapan, Achmad Nizar Hidayanto dari Universitas Indonesia (UI) dengan skor 4.659.
Kesembilan, Evy Yunihastuti dari Universitas Indonesia (UI) juga dengan skor 4.181.
Kesepuluh, Abdul Rohman dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan skor 4.180,5.
Kesebelas, Tole Sutikno dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan skor 4.121.
Ke-12 adalah Achmad Munir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan skor 4.049.
Ke-13 adalah Asep Bayu Dani Nandiyanto dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan skor 4.036.
Ke- 14 Mohamad Basyuni dari Universitas Sumatera Utara (USU) dengan skor 3.972.
Ke-15 Muhammad Hilmy Alfaruqi dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) dengan skor 3.932.
"Yang selebihnya silakan dilihat di website https://sinta.ristekbrin.go.id/author/,” ucap Menteri Bambang.
Pada kesempatan sama, Plt. Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan, Muhammad Dimyati menjelaskan dalam kurun satu tahun SINTA telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Sampai 26 Mei 2020 telah terdaftar lebih dari 194.000 dosen dan peneliti, 4.983 lembaga, 2.720 jurnal, 94.348 buku dan 26.466 kekayaan intelektual yang sudah terindeks di SINTA berdasarkan hasil verifikasi, akreditasi dan evaluasi.
“Integrasi data sebelumnya dengan Google Scholar dan Scopus ditingkatkan dengan berbagai pemangku kepentingan lainnya, mulai dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk buku, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM untuk paten dan hak cipta, serta Web of Science,” papar Dimyati.
Dimyati menjelaskan, SINTA Series Tahun 2020 dilakukan pemeringkatan kinerja 500 besar peneliti Indonesia berdasarkan SINTA.
Formula untuk menilai kinerja ini berdasarkan indikator:
1. jumlah artikel jurnal terindeks di Scopus dengan memperhitungkan kategori quartil jurnal;
2. jumlah artikel non-jurnal terindeks di Scopus;
3. jumlah sitasi di scopus;
4. jumlah sitasi di Google Scholar;
5. jumlah artikel di jurnal nasional terakreditasi kategori S1 sampai S6. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad