Publikasi Ilmiah Indonesia Terbanyak di ASEAN, Menristek Bambang Belum Puas

Jumat, 29 Mei 2020 – 11:59 WIB
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro. Foto: tangkapan layar/Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, dalam dua tahun terakhir ini, jumlah publikasi ilmiah Indonesia tertinggi di negara-negara ASEAN.

Namun, posisi teratas ini tidak membuat Menristek Bambang puas.

BACA JUGA: Publikasi Ilmiah Internasional, Menristekdikti: Alhamdulillah, Indonesia Peringkat Pertama di ASEAN

"Memang, jumlah publikasi ilmiah kita bergerak secara eksponensial dan berhasil merajai ASEAN mulai tahun 2018 sampai saat ini. Namun, itu baru dari sisi kuantitas, belum kualitas. Saya ingin ke depan yang kita kejar bukan hanya kuantitas tetapi juga kualitas," kata Menristek Bambang saat pengumuman 500 peneliti terbaik Indonesia berdasarkan SINTA Series 2020 secara daring, Kamis (28/5).

Untuk meningkatkan kualitas jurnal ilmiah, lanjutnya, Kemenristek/BRIN memiliki SINTA yang coverage-nya lebih luas yang tidak hanya menggunakan Scopus sebagai basis datanya.

BACA JUGA: Jumlah Publikasi Ilmiah Indonesia Salip Singapura

SINTA mencakup semuanya menggabungkan basis data publikasi dalam Google Scholar dan Scopus ditambah dengan basis data jurnal nasional terakreditasi SINTA yang dikategori S1 sampai S6 yang juga bisa di-setting tiga tahun terakhir.

Ranking yang nanti keluar berdasarkan SINTA ini menurut dia, sudah mencakup semuanya.

BACA JUGA: Penjelasan Penting Kemendikbud soal Siswa Kembali Bersekolah dan Tahun Ajaran Baru

Ranking SINTA 2020 ini merupakan ranking kinerja publikasi penelitian dari peneliti atau dosen yang mencakup kuantitas publikasi internasional dan nasional serta kualitas yang diukur dari jumlah sitasi artikel serta kategori jurnal.

"Kami harapkan ranking ini benar-benar menggambarkan kondisi yang paling komprehensif dari produktivitas dan kualitas peneliti dan dosen di Indonesia,” ujar Menteri Bambang.

Selain dapat menunjukkan ranking peneliti berdasarkan berbagai data dari Scopus, Google Scholar, dan jurnal nasional, SINTA juga memiliki fitur yang dapat digunakan untuk menganalisa produktivitas dan kualitas publikasi dari afiliasi institusi, atau perguruan tinggi tempat peneliti bekerja.

Mantan menteri keuangan ini menambahkan,, kelebihan SINTA salah satunya bisa mengukur analisis kinerja dan output riset nasional.

Saat ini Kemenristek/BRIN fokus pada individu, peneliti atau dosen tetapi juga bisa dihitung berdasarkan institusi.

Kalau menggunakan data yang ada pada kondisi 2018 sampai tahun ini, posisi sementara paling tinggi outputnya atau paling produktif secara institusi adalah UI (12.579), kemudian UGM (9.292), ITB (8.778), kemudian IPB (6.300).

"Ini adalah contoh kita juga bisa melihat berdasarkan institusinya. Mudah-mudahan ini bisa menjadikan motivasi untuk para pimpinan universitas untuk terus mendorong para peneliti dan dosennya untuk lebih produktif menggasilkan produk ilmiah,” tandas Menteri Bambang. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler