Daftar Provinsi Intoleran berdasar Hasil Riset SETARA Institute

Minggu, 24 November 2019 – 18:47 WIB
DKI Jakarta peringkat kedua daftar provinsi intoleran berdasar hasil riset SETARA Institute. Ilustrasi Foto: Soetomo Samsu/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Hasil riset SETARA Institute menyatakan Jawa Barat dan DKI Jakarta menjadi provinsi paling intoleran. Di kedua provinsi itu dinilai banyak terjadi kasus pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan dalam lima tahun terakhir, dari 2014-2019.

"Dalam lima tahun terakhir, Jawa Barat ialah provinsi yang paling banyak terjadi pelanggaran kebebasan beragama," kata Direktur Riset SETARA Institute Halili saat menghadiri diskusi bertajuk 'Pemajuan Toleransi di Daerah: Input untuk Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri' di Ibis Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (24/11).

BACA JUGA: Survei LSI: Mayoritas Muslim Indonesia Intoleran dalam Urusan Politik

Hasil riset SETARA, terjadi 162 pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan di Jawa Barat pada 2014-2019. Angka itu lebih tinggi dari DKI Jakarta yang menempati peringkat kedua. Dari riset SETARA, terjadi 113 pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan di Jakarta pada 2014-2019.

Berturut-turut setelah DKI Jakarta ditempati Jawa Timur (98 pelanggaran), Jawa Tengah (66 pelanggaran), Aceh (65 pelanggaran) Daerah Istimewa Yogyakarta (37 pelanggaran), Banten (36 pelanggaran), Sumatera Utara (28 pelanggaran), Sulawesi Selatan 27 (pelanggaran), dan Sumatera Barat (23 pelanggaran).

BACA JUGA: Ferdinand Demokrat Pengin Jokowi - Maruf Punya Jurus Ampuh Bendung Kaum Intoleran

Halili menyebut terdapat beberapa faktor yang membuat Jawa Barat menjadi provinsi dengan tingkat intoleransi tertinggi. Faktor pertama karena tumbuh suburnya organisasi yang intoleran.

"Pertama faktor aktor. Aktor kunci yang menyebabkan adanya pelanggaran kebebasan beragama di Jawa Barat itu banyak," ucap Halili.

BACA JUGA: Pelaku Tindakan Intoleran Di Indonesia Tahun 2018 Lebih Banyak Individu dan Kelompok Warga

Faktor lainnya, kata Halili, di Jawa Barat tumbuh subur konservatisme Islam. Kemudian, faktor politik juga mempengaruhi status Jawa Barat menjadi provinsi dengan intoleransi tertinggi.

"Kami identifikasi adalah politik identitas keagamaan itu tinggi politisasinya di Jawa Barat. Pilkada lalu ada dua daerah yang paling intens untuk politisasi. Satu Sumatra Utara, kedua Jawa Barat. Itu kuat sekali," ucap dia.

Kemudian, lanjut dia, permainan politik aktor nasionalis. Menurut Halili, partai-partai yang beraliran nasionalis turut memproduksi Peraturan Daerah bernuansa syariat.

"Partai-partai nasionalis di Jawa Barat turut memproduksi perda bernuansa syariat," tegas dia. (mg10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler