Dahlan Beri Istrinya Bunga

Kamis, 01 Maret 2012 – 07:17 WIB
Menteri BUMN Dahlan Iskan memberikan karangan bunga kepada Ibu Nafsiah Dahlan usai peluncuran 3 buku Dahlan Iskan dalam acara Pameran Buku dan Media yang berlangsung di Istora Senayan, Rabu, 29 Februari 2012. Foto:Adrianto/Indopos

ADA momen romantis ketika Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengikuti acara peluncuran bukunya, Ganti Hati: Tantangan Menjadi Menteri di Istora Senayan, Jakarta, kemarin (29/2).

Di tengah acara bincang-bincang, Hilbram Dunar yang bertindak sebagai moderator meminta Nafsiah Sabri, istri Dahlan Iskan, memberi kesaksian saat-saat terakhir suaminya hendak masuk kamar operasi. Tiba-tiba Dahlan berlari turun dari panggung. Dia memberikan mikrofon kepada istrinya yang duduk di barisan depan para hadirin.

Petugas penyedia mikrofoin kalah gesit oleh sang menteri. "Begini kalau orang sering lari-lari di Monas," kata Hilbram Dunar. Dahlan memang rutin setiap subuh lari di Monas. Itu demi menjaga kondisi tubuhnya yang belum genap lima tahun ganti hati.

Adegan romantis tidak berhenti sampai di sini. Dahlan memberikan rangkaian bunga kepada wanita yang sudah 35 tahun mendapingi hidupnya itu. Bunga tidak disediakan oleh Dahlan, melainkan disiapkan oleh pihak penerbit Gramedia. "Sejak pertama menikah, baru kali ini saya diberi bunga oleh bapak," celetuk Nafsiah. Seisi ruangan pecah dalam tawa.

Seolah merasa bersalah, Dahlan langsung memeluk erat istrinya dari belakang. Melihat adegan mesra itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir sebagai pembicara ikut memberi pengakuan. "Saya juga belum pernah memberi bunga kepada istri saya," ujar Jusuf Kalla.

"Kita ini sama-sama potongan pria tidak romantis," kata Dahlan. Dalam kesempatan itu, menteri yang lekat dengan sepatu kets ini meminta doa karena pada 6 Agustus mendatang akan genap 5 tahun usia hatinya yang baru. "Krena kalau berhasil melewati lima tahun, itu tanda-tanda ke depan bisa lebih baik," katanya.

Dahlan bercerita, dua hari lalu dia merekomendasikan seseorang untuk menjalani operasi ganti hati di Tiongkok, tempatnya dulu dioperasi. Karena orang tersebut di Singapura sudah dinyatakan sudah tidak ada harapan.

"Saya minta datang saja ke alamat yang saya berikan. Bilang teman saya, pasti di sana ditangani," ujar Dahlan. Benar saja, orang yang direkomendasikan Dahlan itu langsung ditangani di Tiongkok. Dia langsung menjalani operasi ganti hati seperti yang pernah dialami Dahlan.

"Tetapi takdir berbicara lain. Tadi pagi (kemarin-red) dia meninggal dunia," kata mantan Direktur Utama PT PLN ini. Memang, lanjutnya, operasi ganti hati itu tidak gampang. Dahlan bersyukur dan merasa mendapatkan berkah karena bisa bertahan sampai hari ini. Rasa syukur itu dia wujudkan dalam bentuk kerja keras di posisinya kini sebagai Menteri BUMN.

Sampai saat ini Dahlan masih harus minum obat setiap jam 5 subuh dan jam 5 sore. Orang-orang terdekatnya selalu mengingatkan jadwal minum obat itu. Ketika Dahlan sedang sibuk rapat pun, sang istri akan menelepon. Untuk urusan minum obat, Dahlan punya alasan bisa disiplin. "Sesuatu yang taruhannya mati, akan membuat sesorang disiplin," katanya.

Sebetulnya, lanjut Dahlan, yang dia minum bukan obat. Karena pengertian obat itu sesuatu untuk menyembuhkan. Tapi yang dia minum tidak untuk menyembuhkan.

"Ini untuk mempertahankan agar hati yang sekarang ada di badan saya tetap connect dengan tubuh saya. Karena pada dasarnya hati yang saya pakai ini adalah benda asing bagi tubuh saya. Karena dulu miliknya orang lain," jelas pendiri Jawa Pos Grup ini.

Karena hati yang dipakai itu milik orang lian, lanjut Dahlan. sistem tubuh dengan sendirinya menolak. Tubuh tidak mau kerja sama dengan organ tubuh milik orang lain. "Tetapi dunia medis sudah begitu hebatnya, sehingga benda asing yang sekarang ada di tubuh saya bisa dipaksa untuk connect dengan tubuh saya. Itu melalui obat yang saya minum secara rutin," jelas Dahlan.

Jadi, kata Dahlan, obat tadi adalah connector. Semacam protokol di komputer yang menghubungkan, misalnya, dari Apple ke Microsoft. "Sehingga tiap jam 5 pagi dan jam 5 sore saya harus minum obat itu. Kalau tidak, tiba-tiba disconnect," katanya. (dri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Bakal Evaluasi Kasus Bansos


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler