BOGOR – Kebijakan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinilai terlambat. Akibatnya, masyarakat bakal dihantam badai inflasi.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan membenarkan hal tersebut. Dia menyebutkan, laju inflasi pascakenaikan BBM bakal berlipat-lipat pada Juli mendatang.
“Inflasi memang berpotensi naik lagi, bahkan bisa melebihi 7,3 persen. Itu sudah cukup genting, karena inflasi berkaitan dengan nilai mata uang,” kata Dahlan kepada Radar Bogor (Grup JPNN) usai menghadiri acara penganugrahan Tegar Beriman Awards 2013 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Minggu (9/6) kemarin.
Dahlan menjelaskan, pemerintah dalam kondisi sulit dalam menentukan kebijakan tersebut. Sebab naik atau tidaknya harga BBM bisa berdampak terhadap stabilitas ekonomi.
“Pertumbuhan inflasi sampai ke tingkat itu (genting,red), karena kenaikan harga BBM bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru, bulan puasa, dan idul fitri. Semuanya terjadi pada Juli,” terangnya.
Akan tetapi, menurut Dahlan, pembiaran subsidi harga BBM sekitar Rp300 triliun pun mengambarkan tidak disiplinnya sistem penganggaran di Indonesia. Sehingga itu berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan luar negeri. Efek dominonya, rupiah kerap kali lemah. Dengan demikian suku bunga perbankan pun meninggi. Sudah barang tentu, kondisi ekonomi seperti ini sangat tidak nyaman untuk masyarakat.
“Jadi memang harus naik. Tapi pemilihan waktunya kurang tepat dilakukan pada Juli. Saya sudah usulkan sejak dua bulan lalu,” terang Dahlan. Dahlan menambahkan, pemerintah memahami segala konsekuensi kenaikan harga BBM.
Terkait sejumlah aksi penolakan yang digawangi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dahlan menganggap itu sebagai hal yang wajar. Namun, Dahlan berharap PKS mengerti dengan kebijakan ini.
Perlu terus disosialisasikan dengan benar asumsi-asumsi penyebab kenaikan. “Makanya, Presiden tidak mau menaikkan harga BBM tanpa adanya kompensasi melalui program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) kepada rakyat. Untuk BUMN, kami akan lebih gencar mengadakan pasar murah,” jelasnya tersenyum.
Seperti diketahui, kenaikan harga akan berlaku pada BBM bersubsidi. Premium menjadi Rp6.500 dan solar menjadi Rp5.500. Sebagai kompensasi, program BLSM telah resmi disepakati DPR. Jumlahnya mencapai Rp12 triliun.
“Jadi, komentar tidak komentar, BBM tetap naik,” cetus Dahlan dalam acara makan siang bersama wartawan di Rumah Makan Karimata, Sentul, Bogor. (cr17)
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan membenarkan hal tersebut. Dia menyebutkan, laju inflasi pascakenaikan BBM bakal berlipat-lipat pada Juli mendatang.
“Inflasi memang berpotensi naik lagi, bahkan bisa melebihi 7,3 persen. Itu sudah cukup genting, karena inflasi berkaitan dengan nilai mata uang,” kata Dahlan kepada Radar Bogor (Grup JPNN) usai menghadiri acara penganugrahan Tegar Beriman Awards 2013 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Minggu (9/6) kemarin.
Dahlan menjelaskan, pemerintah dalam kondisi sulit dalam menentukan kebijakan tersebut. Sebab naik atau tidaknya harga BBM bisa berdampak terhadap stabilitas ekonomi.
“Pertumbuhan inflasi sampai ke tingkat itu (genting,red), karena kenaikan harga BBM bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru, bulan puasa, dan idul fitri. Semuanya terjadi pada Juli,” terangnya.
Akan tetapi, menurut Dahlan, pembiaran subsidi harga BBM sekitar Rp300 triliun pun mengambarkan tidak disiplinnya sistem penganggaran di Indonesia. Sehingga itu berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan luar negeri. Efek dominonya, rupiah kerap kali lemah. Dengan demikian suku bunga perbankan pun meninggi. Sudah barang tentu, kondisi ekonomi seperti ini sangat tidak nyaman untuk masyarakat.
“Jadi memang harus naik. Tapi pemilihan waktunya kurang tepat dilakukan pada Juli. Saya sudah usulkan sejak dua bulan lalu,” terang Dahlan. Dahlan menambahkan, pemerintah memahami segala konsekuensi kenaikan harga BBM.
Terkait sejumlah aksi penolakan yang digawangi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dahlan menganggap itu sebagai hal yang wajar. Namun, Dahlan berharap PKS mengerti dengan kebijakan ini.
Perlu terus disosialisasikan dengan benar asumsi-asumsi penyebab kenaikan. “Makanya, Presiden tidak mau menaikkan harga BBM tanpa adanya kompensasi melalui program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) kepada rakyat. Untuk BUMN, kami akan lebih gencar mengadakan pasar murah,” jelasnya tersenyum.
Seperti diketahui, kenaikan harga akan berlaku pada BBM bersubsidi. Premium menjadi Rp6.500 dan solar menjadi Rp5.500. Sebagai kompensasi, program BLSM telah resmi disepakati DPR. Jumlahnya mencapai Rp12 triliun.
“Jadi, komentar tidak komentar, BBM tetap naik,” cetus Dahlan dalam acara makan siang bersama wartawan di Rumah Makan Karimata, Sentul, Bogor. (cr17)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapkan Pengusaha Lokal Jelang Asean Economic Community
Redaktur : Tim Redaksi