JAKARTA - Pengamat Psikologi Politik Hamdi Muluk mengatakan tahun 2014 adalah waktu yang tepat bagi Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk maju menjadi presiden. Ia menilai, bekas Dirut PLN itu sudah matang dan saatnya kini sudah berada di puncak pimpinan.
"Karena Dahlan Iskan sudah matang. Dan usianya puncaknya sekarang untuk memimpin. Sekarang adalah peak performancenya," ujar Hamdi kepada wartawan, Rabu (24/4).
Lalu bagaimana jika Dahlan disandingkan dengan Gubernur DKI, Joko Widodo dalam pencapresan? Hamdi melihat Jokowi lebih bagus menjadi presiden tahun 2019. Sebab jika maju tahun 2014, orang akan melihat Jokowi sebagai kutu loncat.
"Dia pernah bilang akan tuntaskan baktinya 5 tahun urus jakarta. Kalau dia maju 2014 orang menilai komitmen moral Jokowi jadi cacat," kata Hamdi.
Namun demikian kalau Dahlan menjadi presiden dan Jokowi tetap menjadi Gubernur DKI itu merupakan duet maut dan bagus untuk Indonesia. Karena DKI merupakan barometer Indonesia.
Dahlan dan Jokowi merupakan duet maut khususnya dalam bidang transportasi publik. "Dahlan punya otoritas PT kereta. Gerakan perkeretaan di seluruh Indonesia, Khususnya lagi di Jabodetabek. Nah pas dibagian DKI kerjasama dengan Jokowi," ujar Hamdi.
Selain dalam perkeretaan, Dahlan bisa membantu pembangunan monorel lewat BUMN seperti Adhi Karya. "Kerjasama bangun monorel di Jakarta sama-sama dengan Jokowi," ucap Hamdi.
Hamdi menambahkan, sebenarnya banyak kerja-kerja publik yang bisa dilakukan Dahlan dan Jokowi dengan masing-masing otoritas yang dipegang keduanya. "Yang penting komitmenya sama untuk kepentingan publik. Bukan buat kepentingan diri sendiri, kelompok atau partainya saja," terang dia.
Hamdi mengungkapkan, potensi Dahlan dan Jokowi untuk kemaslahatan publik sangat besar. "Kita dorong saja sinergi dua orang ini maksimal dalam banyak kesempatan," kata Hamdi.
Hamdi menuturkan, Dahlan dan Jokowi mempunyai banyak kesamaan. Keduanya sama-sama jujur; integritas terjaga, pekerja keras, tidak banyak formalitas, komitmen kepada publik kuat, sudah mapan sehingga tidak perlu lagi menumpuk uang untuk pribadi, berani melakuan terobosan dan yang terpenting keduanya tidak diberatkan dengan cukong-cukong.
Kendati demikian Hamdi menyatakan, Dahlan dan Jokowi pun memilliki perbedaan. "Bedanya, Jokowi level Jakarta, Dahlan sudah masuk level nasional," tandasnya. (gil/jpnn)
"Karena Dahlan Iskan sudah matang. Dan usianya puncaknya sekarang untuk memimpin. Sekarang adalah peak performancenya," ujar Hamdi kepada wartawan, Rabu (24/4).
Lalu bagaimana jika Dahlan disandingkan dengan Gubernur DKI, Joko Widodo dalam pencapresan? Hamdi melihat Jokowi lebih bagus menjadi presiden tahun 2019. Sebab jika maju tahun 2014, orang akan melihat Jokowi sebagai kutu loncat.
"Dia pernah bilang akan tuntaskan baktinya 5 tahun urus jakarta. Kalau dia maju 2014 orang menilai komitmen moral Jokowi jadi cacat," kata Hamdi.
Namun demikian kalau Dahlan menjadi presiden dan Jokowi tetap menjadi Gubernur DKI itu merupakan duet maut dan bagus untuk Indonesia. Karena DKI merupakan barometer Indonesia.
Dahlan dan Jokowi merupakan duet maut khususnya dalam bidang transportasi publik. "Dahlan punya otoritas PT kereta. Gerakan perkeretaan di seluruh Indonesia, Khususnya lagi di Jabodetabek. Nah pas dibagian DKI kerjasama dengan Jokowi," ujar Hamdi.
Selain dalam perkeretaan, Dahlan bisa membantu pembangunan monorel lewat BUMN seperti Adhi Karya. "Kerjasama bangun monorel di Jakarta sama-sama dengan Jokowi," ucap Hamdi.
Hamdi menambahkan, sebenarnya banyak kerja-kerja publik yang bisa dilakukan Dahlan dan Jokowi dengan masing-masing otoritas yang dipegang keduanya. "Yang penting komitmenya sama untuk kepentingan publik. Bukan buat kepentingan diri sendiri, kelompok atau partainya saja," terang dia.
Hamdi mengungkapkan, potensi Dahlan dan Jokowi untuk kemaslahatan publik sangat besar. "Kita dorong saja sinergi dua orang ini maksimal dalam banyak kesempatan," kata Hamdi.
Hamdi menuturkan, Dahlan dan Jokowi mempunyai banyak kesamaan. Keduanya sama-sama jujur; integritas terjaga, pekerja keras, tidak banyak formalitas, komitmen kepada publik kuat, sudah mapan sehingga tidak perlu lagi menumpuk uang untuk pribadi, berani melakuan terobosan dan yang terpenting keduanya tidak diberatkan dengan cukong-cukong.
Kendati demikian Hamdi menyatakan, Dahlan dan Jokowi pun memilliki perbedaan. "Bedanya, Jokowi level Jakarta, Dahlan sudah masuk level nasional," tandasnya. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panitia Lelang Serahkan Berkas Simulator ke KPK
Redaktur : Tim Redaksi