jpnn.com, JAKARTA - Dahlan Iskan mewawancarai Anang Akhmad Saifuddin yang mundur dari jabatan ketua DPRD Lumajang lantaran tidak hafal Pancasila.
Perbincangan dengan Anang ditulis Dahlan melalui tulisan Disway edisi Kamis (15/9).
BACA JUGA: Wahai Eko Kuntadhi, Begini Jawaban Ning Imaz Putri Kiai Pesantren Lirboyo atas Permintaan Maafmu
Dahlan: Jadi mengundurkan diri dari jabatan Ketua DPRD?
Anang: Jadi, Abah
BACA JUGA: Anggota DPRD Ini Cekcok dengan Pengelola Pasar Bawah, Menggebrak Meja, Nyaris Baku Hantam, Alamak!
Dahlan: Kan, Pak Bupati Lumajang ingin sampeyan tetap ketua DPRD?
Anang: Saya tetap minta mundur
BACA JUGA: Gegara Tak Hafal Pancasila, Ketua DPRD Lumajang Mundur
Dahlan: Semua fraksi kan juga tidak setuju sampeyan mundur?
Anang: Saya tetap mundur. Ini memalukan! Ketua DPRD kok tidak hafal Pancasila
Begitulah percakapan dengan politikus PKB berusia 43 tahun itu dalam tulisan Dahlan berjudul Anang Famred.
Menurut Dahlan, Anang sebenarnya hafal Pancasila. Namun, keadaan sesaat itu yang membuat dia blank, kehilangan memori, yaitu saat menerima mahasiswa pedemo menolak kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu.
Dahlan menulis sosok Anang orang yang apa adanya. Tidak pernah menutup diri. Sikapnya terbuka. Tidak ada rombongan demo yang dia tolak. Pun hari itu. Saat DPRD Lumajang didatangi pendemo kenaikan harga BBM.
Rombongan pendemo pertama dari PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Aksi itu berlangsung sampai tengah hari. Pukul 11.30 WIB baru bubar.
BACA JUGA: Mundur dari Ketua DPRD Lumajang karena Tidak Hafal Pancasila, Anang: Kali Ini Saya yang Kena
"Anang lantas salat zuhur. Lalu istirahat di kursi. Tertidur. Masih ada waktu," tulisan Dahlan.
Demo berikutnya baru jam 14.00 WIB, dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ketika tidurnya belum lelap, Anang dibangunkan karena rombongan HMI sudah tiba. Mereka datang 1,5 jam lebih cepat dari rencana.
"Anang langsung bangkit dari kursi. Ia menemui pedemo. Belum sempat makan siang," tulisan Dahlan.
Rombongan HMI itu sekitar 25 orang. Mereka juga demo soal kenaikan harga BBM.
Anang lantas meminta mereka masuk ruang sidang pleno DPRD. Pimpinan demo dipersilakan duduk di kursi pimpinan. Bersebelahan dengan Anang dan para wakil ketua.
Saat itulah pedemo mulai berteriak-teriak. Mereka menilai kenaikan harga BBM tidak sesuai dengan Pancasila. Mereka lantas meminta para pimpinan DPRD mengucapkan teks Pancasila.
"Paling-paling para pimpinan ini tidak hafal," tulisan Dahlan mengutip teriakan pedemo.
Anang pun berdiri dan mengucapkan teks Pancasila. Urutan pertama benar. Pun sampai butir ketiga. Benar semua.
Ketika masuk butir keempat, teks yang diucapkan Anang tidak tepat. Pedemo teriak-teriak: salah, salah, salah.
"Gaduh. Itu di luar perkiraan Anang," tulisan Dahlan.
"Waktu diminta mengucapkan Pancasila saya pede saja. Saya langsung berdiri. Gak masalah. Masak Pancasila tidak hafal," lanjut Dahlan menirukan penjelasan Anang kepadanya kemarin.
Versi Anang, ternyata tiba-tiba saja dia tidak hafal bunyi butir keempat Pancasila. Dia beralasan imunnya lagi turun.
"Ya sudah. Saya harus mundur. Saya ini kan sering ceramah tentang Pancasila, NKRI, UUD 45, dan kebangsaan. Kan memalukan. Tidak hafal Pancasila," tulisan Dahlan menirukan ucapan Anang.
Dahlan sendiri mengaku tidak setuju Anang mengundurkan diri. Akan tetapi, karena Anang ingin konsisten dengan sikapnya itu, eks menteri BUMN tersebut berubah jadi bangga kepada mantan aktivis itu.
"Saya ini kader NU, kader PKB, Ketua DPRD. Saya harus menjaga nama baik semua itu. Tidak hafal Pancasila adalah memalukan," demikian Dahlan menirukan kalimat Anang Akhmad Saifuddin. (disway/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi