PADANG--Keluhan dunia usaha terhadap ekonomi biaya tinggi di Pelabuhan Teluk Bayur, segera terjawab dengan diresmikannya pengoperasian Terminal Peti Kemas (TPK) pada hari ini. Kehadiran TPK ini dapat memangkas waktu bongkar muat barang di pelabuhan.
TPK Pelabuhan Teluk Bayur ini rencananya diresmikan Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan hari ini, Senin (29/4). Fasilitas ini merupakan program pengembangan serta peningkatan pelayanan Pelabuhan Teluk Bayur oleh PT Pelindo II.
Kepastian hadirnya Menteri BUMN bersama Dirut PT Pelindo II, RJ Lino dibenarkan General Manager Pelindo II Teluk Bayur, Dalsaf Usman kepada Padang Ekspres (Grup JPNN), Minggu (28/4).
"Seiring pengoperasian terminal peti kemas itu, maka barang-barang akan pindah lewat peti kemas. Jelas di sisi cost akan lebih murah," kata Dalsaf.
TPK Teluk Bayur dibangun di atas areal seluas 7 hektare, dengan lokasi area dermaga 5 dan 6 menelan biaya pembangunan termasuk pengadaan peralatannya, sebesar Rp 650 miliar.
Pada terminal itu, kata Dalsaf, dapat diisi 3 unit kapal sekaligus karena dilengkapi peralatan bongkar muat berukuran raksasa seperti 4 unit luffing crane (alat bongkar/muat peti kemas), 3 unit rubber tire gantry crane, serta tiga 3 unit Jeep Crane.
Menurutnya, dengan alat tersebut, akan terjadi percepatan bongkar muat dari 300 sampai 400 persen. Bahkan, jika biasanya produktivitas bongkar muat ini hanya 5 box per jam, namun sekarang dapat mencapai 18 bahkan 22 box per jam.
Dalsaf menyebutkan, sejak dioperasikan Januari lalu, pemakaian alat baru ini telah mengurangi antrean (kongesti) kapal di pelabuhan. Ditambahkannya, Pelabuhan Teluk Bayur ini memiliki kesetaraan dengan Pelabuhan Panjang di Lampung dan TPK di Palembang. Bahkan, TPK Teluk Bayur juga menjadi penyangga di tiga provinsi lain, yaitu Jambi untuk penyaluran karet, Bengkulu dan Riau untuk CPO-nya.
Data Pelindo II Teluk Bayur menunjukkan, trafik arus barang masuk terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2012, peti kemas sudah mencapai 61.808 TEUs, dibanding 2011 hanya 56.716 TEUs, dan 2010 sebanyak 49.434 TEUs.
"Peningkatan volumenya mencapai 15 persen per tahun. Tahun ini (2013), dengan dioperasikannya TPK, maka kenaikannya diprediksi mencapai 30 persen dibanding tahun terdahulu," kata Dalsaf.
Sebelumnya, Guru Besar Ekonomi Unand, Elfindri mengatakan, pelabuhan kontainer Teluk Bayur bisa menjadi pelabuhan andalan pengiriman barang dari Sumatera tengah. Syaratnya, harus didukung infrastruktur jalan yang bagus dan ditopang majunya angkutan barang menggunakan kereta api. "Jadi, jalan tol Padang-Riau harus direalisasikan. Selain itu, jaringan kereta api terus dibangun. Tidak perlu buru-buru, tapi pasti dan jelas kapan mulai dan selesainya," ucapnya.
Ketua Kadin Padang, Rahim Mardanis mengatakan hal senada. Menurutnya, dengan adanya pelabuhan kontainer, akan membuat angkutan barang menjadi lebih efisien. Sekarang mungkin belum terlalu terasa, tapi ketika pasar ASEAN dibuka, baru terasa manfaatnya. Kita bisa ekspor produk dari Sumbar langsung melalui Teluk Bayur," ulas Rahim.
"Jika angkutan laut kita maksimalkan, infrastruktur kita siapkan, kita bisa jadi pusat pengiriman dengan pelabuhan penghubung dari Sibolga, Bengkulu, Jambi, dan Pasaman. Hal ini akan mengurangi kegiatan ekonomi yang terlalu bergantung dari jalan darat," ulasnya.(zil/ad)
TPK Pelabuhan Teluk Bayur ini rencananya diresmikan Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan hari ini, Senin (29/4). Fasilitas ini merupakan program pengembangan serta peningkatan pelayanan Pelabuhan Teluk Bayur oleh PT Pelindo II.
Kepastian hadirnya Menteri BUMN bersama Dirut PT Pelindo II, RJ Lino dibenarkan General Manager Pelindo II Teluk Bayur, Dalsaf Usman kepada Padang Ekspres (Grup JPNN), Minggu (28/4).
"Seiring pengoperasian terminal peti kemas itu, maka barang-barang akan pindah lewat peti kemas. Jelas di sisi cost akan lebih murah," kata Dalsaf.
TPK Teluk Bayur dibangun di atas areal seluas 7 hektare, dengan lokasi area dermaga 5 dan 6 menelan biaya pembangunan termasuk pengadaan peralatannya, sebesar Rp 650 miliar.
Pada terminal itu, kata Dalsaf, dapat diisi 3 unit kapal sekaligus karena dilengkapi peralatan bongkar muat berukuran raksasa seperti 4 unit luffing crane (alat bongkar/muat peti kemas), 3 unit rubber tire gantry crane, serta tiga 3 unit Jeep Crane.
Menurutnya, dengan alat tersebut, akan terjadi percepatan bongkar muat dari 300 sampai 400 persen. Bahkan, jika biasanya produktivitas bongkar muat ini hanya 5 box per jam, namun sekarang dapat mencapai 18 bahkan 22 box per jam.
Dalsaf menyebutkan, sejak dioperasikan Januari lalu, pemakaian alat baru ini telah mengurangi antrean (kongesti) kapal di pelabuhan. Ditambahkannya, Pelabuhan Teluk Bayur ini memiliki kesetaraan dengan Pelabuhan Panjang di Lampung dan TPK di Palembang. Bahkan, TPK Teluk Bayur juga menjadi penyangga di tiga provinsi lain, yaitu Jambi untuk penyaluran karet, Bengkulu dan Riau untuk CPO-nya.
Data Pelindo II Teluk Bayur menunjukkan, trafik arus barang masuk terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2012, peti kemas sudah mencapai 61.808 TEUs, dibanding 2011 hanya 56.716 TEUs, dan 2010 sebanyak 49.434 TEUs.
"Peningkatan volumenya mencapai 15 persen per tahun. Tahun ini (2013), dengan dioperasikannya TPK, maka kenaikannya diprediksi mencapai 30 persen dibanding tahun terdahulu," kata Dalsaf.
Sebelumnya, Guru Besar Ekonomi Unand, Elfindri mengatakan, pelabuhan kontainer Teluk Bayur bisa menjadi pelabuhan andalan pengiriman barang dari Sumatera tengah. Syaratnya, harus didukung infrastruktur jalan yang bagus dan ditopang majunya angkutan barang menggunakan kereta api. "Jadi, jalan tol Padang-Riau harus direalisasikan. Selain itu, jaringan kereta api terus dibangun. Tidak perlu buru-buru, tapi pasti dan jelas kapan mulai dan selesainya," ucapnya.
Ketua Kadin Padang, Rahim Mardanis mengatakan hal senada. Menurutnya, dengan adanya pelabuhan kontainer, akan membuat angkutan barang menjadi lebih efisien. Sekarang mungkin belum terlalu terasa, tapi ketika pasar ASEAN dibuka, baru terasa manfaatnya. Kita bisa ekspor produk dari Sumbar langsung melalui Teluk Bayur," ulas Rahim.
"Jika angkutan laut kita maksimalkan, infrastruktur kita siapkan, kita bisa jadi pusat pengiriman dengan pelabuhan penghubung dari Sibolga, Bengkulu, Jambi, dan Pasaman. Hal ini akan mengurangi kegiatan ekonomi yang terlalu bergantung dari jalan darat," ulasnya.(zil/ad)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Direksi Titipan Dipastikan Datang dari Luar Antam
Redaktur : Tim Redaksi