MEDAN - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan merasa senang dapat mengunjungi Keluarga Besar Kesultanan Deli di Istana Maimun Medan, Sumatera Utara. Dalam kunjungan itu, Dahlan menyampaikan banyak pelajaran yang bisa dipetik, salah satunya adalah mengenai revolusi.
Menurut Dahlan, banyak orang yang ingin melakukan revolusi, namun mereka tidak sabar dalam melakukan perubahan. Bahkan terkadang lupa jika birokrasi itu menjadi bagian dari revolusi.
"Setiap revolusi akan memakan anaknya sendiri, hal ini bisa kita lihat di berbagai belahan dunia, seperti China, Iran dan lain-lain. Karena pemimpin yang berganti namun birokrasinya itu-itu juga," ujar Dahlan, Sabtu (29/6) malam.
Bekas dirut PLN ini mengatakan dalam menuntut perubahan atau revolusi, yang harus disadari adalah adanya birokrasi. Siapapun pemimpinnya jika birokrasi tetap sama, maka bisa jadi tidak akan membawa perubahan.
"Oleh karena itu yang harus disadari oleh setiap orang yang ingin melakukan perubahan, maka harus juga diperhatikan birokrasinya," terang Dahlan.
Untuk membuat sebuah perubahan diakui Dahlan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurut dia untuk membuat kondisi normal kembali setelah perubahan, masih memerlukan waktu. Ia mencontohkan ketika runtuhnya kerajaan Majapahit, perlu 50 tahun untuk kembali stabil. "Orde baru perlu 10 tahun dan orde lama perlu 10 tahun juga untuk menstabilkan keadaan," tuturnya.
Dahlan lantas mengucapkan terima kasih karena telah diterima Keluarga Besar Kesultanan Deli. Ia mengaku pertemuan itu mengingatkan kembali akan hukum-hukum revolusi.
Dalam pertemuan itu, Dahlan disambut langsung oleh Pemangku Sultan Deli, Tgk. Hamdy Oesman Delikan, dato' adil Fredy Abraham sebagai Dato' Empat suku dalam Kesultanan Deli, orang-orang besar dalam Kesultanan Deli, Wakil Gubernur Sumut Tgk Erry, Walikota Medan Eldin, dan Ulama Karismatik Ali Akbar Marbun yang lebih dikenal sebagai Tuan Syekh. (chi/jpnn)
Menurut Dahlan, banyak orang yang ingin melakukan revolusi, namun mereka tidak sabar dalam melakukan perubahan. Bahkan terkadang lupa jika birokrasi itu menjadi bagian dari revolusi.
"Setiap revolusi akan memakan anaknya sendiri, hal ini bisa kita lihat di berbagai belahan dunia, seperti China, Iran dan lain-lain. Karena pemimpin yang berganti namun birokrasinya itu-itu juga," ujar Dahlan, Sabtu (29/6) malam.
Bekas dirut PLN ini mengatakan dalam menuntut perubahan atau revolusi, yang harus disadari adalah adanya birokrasi. Siapapun pemimpinnya jika birokrasi tetap sama, maka bisa jadi tidak akan membawa perubahan.
"Oleh karena itu yang harus disadari oleh setiap orang yang ingin melakukan perubahan, maka harus juga diperhatikan birokrasinya," terang Dahlan.
Untuk membuat sebuah perubahan diakui Dahlan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurut dia untuk membuat kondisi normal kembali setelah perubahan, masih memerlukan waktu. Ia mencontohkan ketika runtuhnya kerajaan Majapahit, perlu 50 tahun untuk kembali stabil. "Orde baru perlu 10 tahun dan orde lama perlu 10 tahun juga untuk menstabilkan keadaan," tuturnya.
Dahlan lantas mengucapkan terima kasih karena telah diterima Keluarga Besar Kesultanan Deli. Ia mengaku pertemuan itu mengingatkan kembali akan hukum-hukum revolusi.
Dalam pertemuan itu, Dahlan disambut langsung oleh Pemangku Sultan Deli, Tgk. Hamdy Oesman Delikan, dato' adil Fredy Abraham sebagai Dato' Empat suku dalam Kesultanan Deli, orang-orang besar dalam Kesultanan Deli, Wakil Gubernur Sumut Tgk Erry, Walikota Medan Eldin, dan Ulama Karismatik Ali Akbar Marbun yang lebih dikenal sebagai Tuan Syekh. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKPI Bertekad Perjuangkan Hak Orang Kecil
Redaktur : Tim Redaksi