Dahlan Jajal Mobil Esemka

Dahlan: Jangan Ngege Mongso Industrikan Esemka

Sabtu, 14 Januari 2012 – 07:12 WIB

MAGELANG - Pamor mobil Esemka buatan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Kabupaten Magelang makin mencorong. Setelah dijajal dan dipromosikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin pada Kamis (11/1), Menneg BUMN Dahlan Iskan,  kemarin (13/1) datang ke Magelang menjajal mobil serupa.

Namun, mantan CEO Jawa Pos Group itu mengimbau, pihak SMK Muhammadiyah 2 Borobudur jangan terlalu ngoyo membuka pesanan mobil. Tetap utamakan tujuan pembelajaran untuk persiapan siswanya.

Ditemui usai test drive, Dahlan mengaku terkejut karena SMK tersebut sudah tiga tahun membuat mobil. "Saya kaget ternyata SMK Muhammadiyah 2 Borobudur sudah membuat mobil ini sejak tiga tahun yang lalu," ungkapnya.

Menteri kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 itu semakin kaget ketika beberapa hari lalu mendapat kabar ternyata ada 23 SMK yang bergerak di bidang yang sama, di bawah pembinaaan Mendikbud.

"Dan kenapa saya ke sini, karena minggu lalu katanya di Jakarta, Pak, itu SMK Muhammadiyah 2 Borobudur sudah bikin mobil sudah tiga tahun?.. Ah yang bener. Kalau tidak percaya, tidak buktikan sendiri. Dan ini saya buktikan," ucap Dahlan dengan bersemangat sambil tertawa.

Menurut dia , produksi mobil secara masal itu nanti akan ada prosesnya. Tidak boleh dilakukan dengan tergesa-gesa. "Tidak boleh kesusu, tidak boleh kemrungsung, tidak boleh nggege mongso," ungkap menteri kelahiran Magetan, Jawa Timur tersebut.

Namun, ia sangat mendukung karya SMK tersebut. "Ya, ini merupakan proses awal dari sebuah proses mobil nasional. Tapi tetap, kita harus berpikir sehat, bahwa ini adalah proses pembelajaran," katanya serius.

Dahlan tiba di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur menjelang salat Jumat. Mantan wartawan itu langsung menuju workshop pembuatan mobil Esemka. Tidak lama setelah berkeliling di dalam, ia menunaikan salat Jumat di masjid terdekat.

Usai Jumatan itulah, mantan dirut PLN itu melakukan test drive mobil Esemka SUV yang berwarna hitam di lapangan SMK. Saat mengendarai, Dahlan juga menunjukkan aksi ngepot.

Dahlan mengatakan, masalah mobil Esemka ini perlu didudukkan pada porsi yang tepat, yakni semua ini adalah sarana pendidikan. "Jangan diemosionalkan bahwa ini produk atau sebuah industri, jangan?.. Nanti tidak proporsional...," ungkapnya usai test drive.

Ia menekankan, hal ini tetap harus diproporsionalkan. SMK ini adalah sarana pembelajaran, juga pendidikan. Dengan demikian, diharapkan anak-anak SMK menjadi sangat terampil.

Memang menurut dia, di Indonesia struktur masyarakatnya perlu diubah. Sekarang ini, prosentase masyarakat yang bergerak di bidang teknik terlalu rendah. Padahal di negara-negar maju, prosentase masyarakat yang bergerak bidang teknik bisa sampai 25%. "Kita munggkin baru sekitar 12-15 persen," ujarnya.

Dengan demikian, lanjut dia, langkah Kemendikbud membuat proyek-proyek seperti ini adalah membuat daya tarik dan keterampilan bidang teknik yang luar biasa. Selanjutnya, hal itu akan mengubah orientasi masyarakat.

"Dari orientasi yang hanya sosial, politik, nantinya dapat berubah ke teknik. Jika semua masyarakat hanya tertarik bidang politik, negara tidak akan maju, ribut aja begitu?..," ungkapnya sambil tersenyum.

Seperti di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, yang sudah memiliki prestasi yang bagus seperti itu, kata Dahlan, diharapkan remaja akan tertarik. Kemudian tertanam pemikiran bahwa SMK juga memiliki prospek yang bagus. "O.., ternyata di SMK itu  prestasinya bisa lebih bagus, lebih berguna, lebih langsung bisa hidup di masyarakat," ucapnya.

Menurut Dahlan, itu merupakan daya tarik masalah-masalah teknik semakin besar. Jika teknik masyarakat semakin besar, struktur masyarakat perlahan dapat berubah. Masyarakat yang tertarik di bidang teknik semakin besar pula prosentasenya.

"Karena jika masyarakat kita yang bergerak di bidang teknik lebih besar, itu masyarakatnya lebih logic. berpikirnya lebih sehat. Akal sehatnya lebih tampil, lebih kreatif, dan itulah modal kita untuk maju," tuturnya.

Melihat mobil SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Dahlan berani mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut harus didudukkan secara proporsional. "Bahwa hal ini adalah proses belajar-mengajar. Proses mengubah struktur masyarakat menjadi prosentase tekniknya lebih besar. Bukan dalam ranagka industri, bukan dalam rangka produksi," pungkasnya.(lis/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Operator Seluler Fokus Layanan Mobile Broadband


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler