Dahlan-Jokowi atau Dahlan-Mahfud

Senin, 15 April 2013 – 03:15 WIB
SURABAYA - Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical), tampaknya, harus kerja keras untuk meningkatkan elektabilitasnya di kalangan nahdliyin Jatim. Sebab, dari survei terbaru di kalangan nahdliyin Jatim, Ical tercecer di peringkat kelima dengan hanya meraih 5,3 persen.

"Empat besarnya adalah Mahfud M.D., Jokowi, Prabowo Subianto, dan Dahlan Iskan," kata Ketua Litbang Ikatan Sarjana Nadhlatul Ulama (ISNU) Jatim Fahzadora kemarin. Survei itu memang digelar oleh ISNU Jatim dengan tingkat kepercayaan hingga 99 persen. Sedangkan, warga NU di Jatim merupakan 65 persen dari total populasi.

Dora -sapaan akrab Fahzadora- mengatakan bahwa metode yang dipakai adalah multiple random sampling. Artinya, responden dibagi dengan cara proporsional. Yakni, di kota/kabupaten dengan ponpes besar atau yang jumlah populasi NU-nya lebih tinggi respondennya ditambah.

Hasilnya, Mahfud M.D. memperoleh 21,08 persen, Jokowi 12,76 persen, Prabowo 11,15 persen, dan Dahlan Iskan 6,7 persen. Menariknya, di antara 83 responden yang memilih Dahlan Iskan, 20 orang menjawab dengan memasangkan dengan figur lain. Misalnya, Jokowi dan Mahfud M.D.

"Jadi kombinasi Dahlan-Jokowi, atau Dahlan-Mahfud M.D. akan mendapat respons yang besar dari kalangan NU Jatim," tuturnya.

Menurut Dora, kuesioner yang diajukan ke responden itu menggunakan pertanyaan terbuka. Artinya, tidak ada opsi-opsi yang ditawarkan seperti pertanyaan tertutup. "Jadi para responden tidak mempunyai batas untuk menjawab siapa pun yang ada di kepala mereka," tuturnya.

Makanya, kadang muncul jawaban yang tak disangka-sangka. Yakni, muncul nama Aceng Fikri, bupati Garut yang dilengserkan gara-gara menceraikan istri sirinya melalui SMS tersebut. "Ada dua orang yang memilih dia. Menurut mereka, Aceng dianggap telah sesuai dengan syariah," kata Dora, lantas tersenyum.

Dikatakan Dora, Mahfud dan Jokowi mempunyai pemilih yang menyebar di beberapa kabupaten dan kota, namun mayoritas berada di Lumajang, Pasuruan, dan Pamekasan. Sedangkan, Dahlan relatif diterima di kota besar seperti Kota Batu, Blitar, Malang, dan Madiun.

Selain itu, meskipun yang menjadi responden adalah warga nahdliyin, mayoritas justru memilih bukan karena tokohnya adalah NU. "Hanya empat persen yang memilih karena sama-sama NU," terangnya. Tokoh yang dipilih itu karena dianggap tegas (36 persen), bersih dan jujur (15 persen), serta pertimbangan lainnya 14 persen.

Menurut Sekretaris ISNU Jatim M. Daud, itu menunjukkan nahdliyin bukan lagi entitas yang homogen dan menyerahkan pilihan politik karena tradisional. "Memang untuk Mahfud M.D. yang latar belakangnya nahdliyin membantunya meraih simpati di kalangan NU. Tapi, yang utama adalah dia telah menunjukkan ketokohannya," tuturnya.

Bukti kuat soal itu juga terlihat dari munculnya nama Jokowi yang sama sekali tak mempunyai latar belakang NU. "Artinya, warga NU sudah rasional dalam menentukan pilihan politik. Dan mereka benar-benar menguji tokoh idolanya," terangnya. (ano/c4/agm)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pendaftar Caleg Masih Sepi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler