JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan hari ini mengelar rapat pimpinan (Rapim) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Agenda rapat kali ini adalah pemaparan konsep pembangunan rumah sakit murah dengan seribu kamar oleh dosen Universitas Indonesia.
"Saya pernah mendengar bahwa rumah sakit yang bagus itu harus punya seribu bed (kamar), saya langsung tangkap kalau memang penemuan dan teori ini bagus. Alangkah baiknya kalau kita dengarkan bersama pemaparan dari Dr Fathema untuk memaparkan ide tersebut," ujar Dahlan saat memimpin rapim di ruang doctor lounge, Gedung Utama RSPP, Jalan Kyai Maja, Jakarta, Selasa (9/4).
DR Fathema Djan merupakan dosen dari Universitas Indonesia yang hari ini diundang secara langsung untuk memaparkan konsep pembangunan rumah sakit dengan seribu kamar.
DR. Fathema dalam hal ini memiliki konsep low cost hospital revolutionize the healthcare, atau konsep rumah sakit berbiaya murah. Konsep ini, kata Fathema bisa diterapkan pada rumah sakit operasi jantung maupun rumah sakit umum.
"Seribu bed (kamar) ini bisa diterapkan ditempat lain, tapi perlu basic penghitungan. Terlebih, Indonesia mempunyai detail penyakit jantung yang saat ini jumlah RS nya sangat kurang, dan banyak pula yang meninggal karena menunggu. RS jantung masih sedikit, sejak empat tahun saja kita hanya punya dua rumah sakit jantung," paparnya.
Di Indonesia, belum ada rumah sakit yang memiliki seribu kamar,. Dia lantas menyebut RS Harapan Kita hanya 330 bed. Untuk itu, perempuan yang mengenakan krudung ini memberi solusi untuk membangun rumah sakit massal.
"Solusinya kita bangun mess hospital, yaitu membuat pelayanan massal dengan visi rumah sakit yang bisa melayani semua lapisan masyarakat. Semua konsep ekonomi bisa masuk," jelasnya.
Berkaca seperti RS di India, konsep seribu kamar ini sudah diterapkan. Untuk satu pasien yang melakukan operasi, kata dia hanya dikenakan biaya sekitar Rp 10-20 juta.
"Bayangkan kalau di Indonesia, satu kali operasi bisa menghabiskan sampai Rp 50 juta lebih. Kalau buat konsep seperti ini, industri kesehatan di Indonesia akan maju," terangnya.
Dia lantas menyerangkan bagaimana India menekan biaya, dan menurunkan investasi. "Jadi dalam hal ini investasinya diturunkan, dengan membuka kamar yang banyak diharapakan akan banyak pasien yang akan ditangani setiap harinya. Sehingga dengan begitu dokter bedah di sana sering melakukan operasi," sebutnya.
Selain itu manfaat dari jumlah kamar yang banyak adalah, dokter bedah akan lebih terampil melakukan operasi. "Bayangkan kalau setiap hari dokter bedah melakukan operasi, dia akan lebih terampil menggunakan peralatan. Dari situ juga dapat menekan biaya. Seperti saat saya pertama kali belajar menjahit, saya butuh 12 benang, tapi kalau semakin terampil maka kita hanya butuh satu benang saja. Harga satu benang saja sudah ratusan ribu, tinggal dikalikan saja. Itu dapat menghemat," tuturnya.
Dengan konsep itu, pasien di India tidak akan lari ke negara lain untuk mendapatkan perawatan berbiaya murah. Sehingga di India lebih memilih untuk membangun berbagai center kesehatan dengan berbiaya murah.
Ke depan, Fathema yakin konsep ini harus diterapkan di Indonesia. "Saya ingin mengerjakan program ini, karena belum pernah dikerjakan. Kita harus mencoba, jangan hanya terpentok pada kesulitan. Ini harus kita lakukan. Kita harus buat perencanaan yang baik. Ini akan menjadi tantangan bagi BUMN," sambungnya.
Diapun berharap tahun ini, konsep rumah sakit seribu kamar ini bisa dimulai.
"Kenapa harus kita bangun sekarang? Karena kita tidak ada waktu lagi, ini sudah saya pikirkan masak-masak. Kita harus memperbaiki mutu RS di Indonesia agar lebih baik lagi," tutupnya. (chi/jpnn)
"Saya pernah mendengar bahwa rumah sakit yang bagus itu harus punya seribu bed (kamar), saya langsung tangkap kalau memang penemuan dan teori ini bagus. Alangkah baiknya kalau kita dengarkan bersama pemaparan dari Dr Fathema untuk memaparkan ide tersebut," ujar Dahlan saat memimpin rapim di ruang doctor lounge, Gedung Utama RSPP, Jalan Kyai Maja, Jakarta, Selasa (9/4).
DR Fathema Djan merupakan dosen dari Universitas Indonesia yang hari ini diundang secara langsung untuk memaparkan konsep pembangunan rumah sakit dengan seribu kamar.
DR. Fathema dalam hal ini memiliki konsep low cost hospital revolutionize the healthcare, atau konsep rumah sakit berbiaya murah. Konsep ini, kata Fathema bisa diterapkan pada rumah sakit operasi jantung maupun rumah sakit umum.
"Seribu bed (kamar) ini bisa diterapkan ditempat lain, tapi perlu basic penghitungan. Terlebih, Indonesia mempunyai detail penyakit jantung yang saat ini jumlah RS nya sangat kurang, dan banyak pula yang meninggal karena menunggu. RS jantung masih sedikit, sejak empat tahun saja kita hanya punya dua rumah sakit jantung," paparnya.
Di Indonesia, belum ada rumah sakit yang memiliki seribu kamar,. Dia lantas menyebut RS Harapan Kita hanya 330 bed. Untuk itu, perempuan yang mengenakan krudung ini memberi solusi untuk membangun rumah sakit massal.
"Solusinya kita bangun mess hospital, yaitu membuat pelayanan massal dengan visi rumah sakit yang bisa melayani semua lapisan masyarakat. Semua konsep ekonomi bisa masuk," jelasnya.
Berkaca seperti RS di India, konsep seribu kamar ini sudah diterapkan. Untuk satu pasien yang melakukan operasi, kata dia hanya dikenakan biaya sekitar Rp 10-20 juta.
"Bayangkan kalau di Indonesia, satu kali operasi bisa menghabiskan sampai Rp 50 juta lebih. Kalau buat konsep seperti ini, industri kesehatan di Indonesia akan maju," terangnya.
Dia lantas menyerangkan bagaimana India menekan biaya, dan menurunkan investasi. "Jadi dalam hal ini investasinya diturunkan, dengan membuka kamar yang banyak diharapakan akan banyak pasien yang akan ditangani setiap harinya. Sehingga dengan begitu dokter bedah di sana sering melakukan operasi," sebutnya.
Selain itu manfaat dari jumlah kamar yang banyak adalah, dokter bedah akan lebih terampil melakukan operasi. "Bayangkan kalau setiap hari dokter bedah melakukan operasi, dia akan lebih terampil menggunakan peralatan. Dari situ juga dapat menekan biaya. Seperti saat saya pertama kali belajar menjahit, saya butuh 12 benang, tapi kalau semakin terampil maka kita hanya butuh satu benang saja. Harga satu benang saja sudah ratusan ribu, tinggal dikalikan saja. Itu dapat menghemat," tuturnya.
Dengan konsep itu, pasien di India tidak akan lari ke negara lain untuk mendapatkan perawatan berbiaya murah. Sehingga di India lebih memilih untuk membangun berbagai center kesehatan dengan berbiaya murah.
Ke depan, Fathema yakin konsep ini harus diterapkan di Indonesia. "Saya ingin mengerjakan program ini, karena belum pernah dikerjakan. Kita harus mencoba, jangan hanya terpentok pada kesulitan. Ini harus kita lakukan. Kita harus buat perencanaan yang baik. Ini akan menjadi tantangan bagi BUMN," sambungnya.
Diapun berharap tahun ini, konsep rumah sakit seribu kamar ini bisa dimulai.
"Kenapa harus kita bangun sekarang? Karena kita tidak ada waktu lagi, ini sudah saya pikirkan masak-masak. Kita harus memperbaiki mutu RS di Indonesia agar lebih baik lagi," tutupnya. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pramono: Jabatan Seperti Pekerjaan Sambilan Saja
Redaktur : Tim Redaksi