Dam Tembesi Mendangkal, Tambang Pasir Ilegal Perparah Krisis Air

Selasa, 08 September 2015 – 00:27 WIB
Pihak Badan Pengusahaan (BP) Batam saat menjelaskan kondisi krisi air Batam. Foto: Dok/Batam Pos / JPNN

jpnn.com - BATAM - Belum lagi dioperasikan, keberadaan Dam Tembesi sudah mulai terancam. Sebab waduk yang diproyeksikan mampu memproduksi air bersih sebanyak 600 liter per detik itu sudah mulai mendangkal akibat aktivitas tambang pasir di sekitarnya.

Ada puluhan titik tambang pasir di sekitar waduk. Setiap hari puluhan truk lalu lalang mengangkut pasir hasil tambang ilegal itu. 

BACA JUGA: Polda Jambi Musnahkan Sabu Milik Bandar

"Jumlah tambangnya banyak. Kalau habis di sini, pindah ke tempat lain, begitu seterusnya," ujar seorang pekerja tambang pasir, kemarin (7/9).

Para pekerja mengaku tidak tahu menahu ketika ditanya legalitas tambang pasir itu. Yang mereka tahu hanya bekerja dan mendapat upah.

BACA JUGA: Mayat Mengambang di Sungai, Warga Geger

"Kalau itu urusan tauke-nya lah," katanya.

Aldi, seorang pembuat bata merah di daerah Tembesi, mengakui tambang pasir itu sudah ada sejak beberapa tahun ini. Menurutnya, sudah ratusan hektare di Tembesi yang rusak akibat tambang pasir ilegal tersebut.

BACA JUGA: Truk Versus Bus, Tujuh Orang Luka Serius

"Itu sudah sampai di bibir dam. Air pencucian dan tanah itu sudah masuk ke dam. Kami mana mungkin melarang," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedal) Kota Batam, Dendi Purnomo, mengakui penambangan pasir ilegal di Tembesi terus berlanjut. Padahal Bapedal sendiri kerap melakukan penertiban. 

"Masih beroperasi. Sering kucing-kucingan dengan petugas," katanya.

Dalam dua tahun terakhir, Bapedal sudah menyita 123 mesin pompa, 11 alat berat berupa escavator, dan 21 dump truk. Tetapi alat-alat ini disita dari dua tempat yakni Nongsa dan Tembesi.

"Di tahun ini, sudah ada enam truk pengangkut pasir yang sudah disita. Memang lahan di sana sudah rusak, sudah sampai ke hutan bakau," katanya.

Sementara Badan Pengusahaan (BP) Batam tidak mau berkomentar terkait hal ini. Direktur Promosi dan Humas BP Batam, Purnomo Andi Antono, dan Direktur Pengamanan BP Batam, Cecep Rusmana, tidak menjawab pertanyaan wartawan yang dilayangkan melalui pesan singkat. Panggilan telepon ke hape keduanya juga tak ditanggapi, kemarin. 

Padahal, keberadaan Dam Tembesi ini digadang menjadi solusi krisis air bersih yang saat ini melanda Batam. Selain Dam Tembesi, PT Adhya Tirta Batam (ATB) dan BP Batam juga akan memanfaatkan potensi air baku dari waduk di Rempang.

Sementara krisis air bersih di Batam masih terus berlanjut di sejumlah pemukiman warga, Senin (7/9). Seperti yang dialami warga Perumahan Shangrilla Garden, Sekupang. Mereka mulai resah karena sejak Kamis (3/9) lalu hingga kemarin aliran air di perumahan elit itu mati total. Untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya, warga setempat terpaksa mengambil air dengan drum dari Tanjungpinggir dan kawasan Telkom Sekupang.

"Mulai Rabu lalu, aliran air sudah kecil, namun hari Kamis air mati total. Kami bingung, karena call center ATB hanya meminta kami sabar," ungkap seorang warga, Linda, kemarin.

Warga lainnya, Debi, mengatakan sejak air mati ibu dua anak ini punya tugas tambahan setelah menjemput anaknya pulang sekolah, yakni mengantar anak mengungsi ke rumah teman atau saudara. "Kami terpaksa menumpang mandi di rumah teman atau saudara," kata Debi.

Kebingungan warga semakin menjadi karena kondisi ini hanya terjadi di Shangrila Garden. Sementara di kawasan Tiban yang berdekatan dengan peruamahan tersebut, air tidakmati meskipun volumenya kecil. "Bahkan di daerah tempat tinggal para pejabat seperti di Tanjungpinggir, air malah mengalir deras," ungkap Debi lagi.

Sejumlah ekspatriat yang tinggal di perumahan tersebut juga mengaku heran. Mereka menyebut kondisi seperti ini tak pernah terjadi di negara asalnya.

"Ini sangat aneh," kata Thomas, ekspatriat asal Australia, kemarin.

Seperti dikutip dari Batam Pos (Grup JPNN), di Guess House milik BP Batam yang terletak di daerah Tanjungpinggir, air ATB mengalir sangat lancar. 

Sementara Direktur Pengelolaan Air dan Limbah BP Batam, Tato Wahyu, mengatakan bahwa BP Batam dan ATB memang harus bertanggung jawab atas krisis air bersih di Batam saat ini. Tetapi sampai sekarang belum ada langkah konkret untuk menormalkan distribusi air bersih ke warga.

"Kalau saat ini yang bisa kami lakukan hanya mengalirkan air dari Duriangkang ke Mukakuning. Ini untuk membantu ketahanan Seiladi," katanya.

Tato mengatakan, sebagai instansi yang bertanggungjawab untuk ketersediaan air baku di Batam, pihaknya sudah meminta komitmen ATB untuk membagi air merata bagi semua warga. Ia berharap ATB bisa terus mempertimbangkan ketahanan semua dam.

"Makanya ada rationing ini untuk mempertahankan dam. Tetapi ingat, semua warga harus dibagi rata airnya," katanya.

Sebagai pertanggungjawaban, BP Batam mengaku terus melakukan perawatan dam. Tetapi curah hujan yang sangat minim di Batam membuat dam yang ada terus mengering.

"Ini faktor alam. Makanya jalan satu-satunya adalah penghematan," katanya.

Seperti pernyataan sebelumnya, Tato menegaskan air baku di Batam masih bertahan sampai akhir tahun. Ia berharap masyarakat Batam untuk tidak cemas.

"Kita masih punya persediaan. Tetapi memang harus berhemat, karena tidak ada jaminan akan musim hujan sebelum Desember," katanya lagi. (ian/hgt/leo/ray)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Disebut Kalah Cerdas, Ini Reaksi Ahok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler