Damai Meski Lisan

Desa Sidoreno Pulih, Desa Balinuraga Lengang

Kamis, 01 November 2012 – 07:08 WIB
KALIANDA – Pemerintah daerah, Polri dan TNI harus segera merevisi klausul perdamaian yang diminta dua kelompok bertikai di Lampung Selatan yang berujung bentrok dan menewaskan 12 warga.

Desakan ini terungkap dari dua pertemuan yang digelar dalam waktu satu hari kemarin (31/12). Pertemuan pertama di kantor Bupati Lamsel, dihadiri Gubernur Lampung Drs. H. Sjachroedin ZP.

Pertemuan kedua, di aula Mapolres Lamsel dipimpin Kapolda Lampung Brigjend Pol. Jodie Rooseto serta Danrem 043 Gatam Lampung, Kolonel CZI Amalsyah Tarmizi. Hasil dari dua pertemuan itu, dua kelompok sepakat damai meskipun baru sebatas lisan. 

Dalam pertemuan itu kedua kelompok bertikai sama-sama meminta agar butir- butir klausul perdamaian dibuat jelas, berimbang dan mengikat.  Bahkan harus ada sanksi yang jelas atas pelanggaran perdamaian itu. Sehingga kedepan tidak lagi terulang peristiwa serupa.

’’Untuk itu kami meminta dalam perjanjian damai nanti, harus benar-benar tegas dan mengikat. Serta menjelaskan mengenai sanksi bagi pihak yang melanggar,’’ ujar Tumenggung Raja Syah, mewakili kebuaian Lima Marga Lamsel, saat menghadiri pertemuan di Polres, kemarin.   

Karena kata dia, pertikaian antar kelompok warga ini sudah kerap terjadi.  Mirisnya, setiap bentrok yang berujung jatuhnya korban nyawa serta  harta dan benda, selalu diikuti dengan upaya perdamaian. Namun, perdamaian yang dibuat  diatas materai dan mempunyai kekuatan hukum tersebut kembali dilanggar, dengan terjadinya bentrok. ’’Untuk itu kami meminta  agar perjanjian damai nantinya harus lebih ditegas dan mengikat,’’ katanya diamini para peserta pertemuan.

Sementara, salah tokoh adat Bali Lamsel, Made Pasti  menilai bentrokan yang menimbulkan total korban dua belas jiwa dari kedua belah pihak ini merupakan bukti kelalaian semua pihak. Untuk itu semuanya harus bertanggung jawab mencarikan solusi damai yang sebenarnya.

’’Kami berharap perdamaian dapat segera terwujud dan warga yang tinggal di Lamsel dari golongan manapun dapat kembali berdampingan duduk bersama. Ini merupakan musibah kita semua. Yang jelas kami ingin segera berdamai. Karena Lampung merupakan bumi kami juga. Kami tidak ingin pertikaian ini menjadi meluas,’’ beber Kades Sumber Nadi, Kecamatan Bakauheni itu sambil meneteskan airmata.

Sementara, Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP, kepada wartawan meminta pemerintah daerah dapat mendorong camat, kepala desa dan aparatur pemerintahan lainnya  agar tanggap mencegah masyarakatnya agar tidak terlibat aksi bentrok.

’’Mengenai pengamanan perannya adalah Kapolda dan Kapolres. Selain itu, peran tokoh juga dapat menunjukan ketokohannya,’’ imbuh Sjachroedin usai mengujungi salah seorang korban kerusuhan Alwi (35) di Desa Tajimalela Kalianda, kemarin (31/10).

Oedin-sapaan akrab Sjachroedin-menyayangkan peristiwa berdarah itu. Karenanya, dia meminta tokoh masyarakat, agama dan pemuda dapat mendinginkan suasana.  ’’Ini adalah musibah, untuk itu seluruh lapisan masyarakat jangan mudah terprovokasi. Dalam waktu dekat pemerintah dapat  mencarikan solusi perdamaian antara kedua belah pihak,’’ ungkapnya.

Disinggung, soal permintaan sejumlah masyarakat Lamsel yang  meminta agar warga dari salah satu pihak  direlokasi dari daerah Lamsel, Oedin menegaskan, tidak dibenarkan untuk melakukannya. Karena Indonesia merupakan Negara kesatuan Repubilik Indonesia (NKRI).

’’Saya rasa itu tidak mungkin. Sebab, siapapun dari suku apapun dan golongan manapun berhak tinggal di Lampung. Justru, kita ingin mencarikan solusi agar pertikaian kedua belah pihak ini dapat segera mencair,’’ tambahnya.

Sementara itu, Danrem 043 Gatam Kolonel CZI Amalsyah Tarmizi mengatakan, pertemuan dengan tokoh masyarakat dari kedua belah pihak yang digelar di aula Mapolres Lamsel untuk mencari solusi perdaiaman.  ’’Paling tidak dalam pertemuan kedua tokoh adat ini untuk mendinginkan suasana. Dan kami dari TNI Polri siap untuk memfasilitasi kesepakatan perdamaian. yang penting niat dari hati kedua belah pihak untuk berdamai sudah terwujud,” ujar Dandrem.

Senada dikatakan Kapolda Lampung Brigjen Pol. Joodie Rooseto. Ia  mengatakan,  upaya pertemuan tokoh-tokoh adat yang terlibat pertikaian ini merupakan wujud tanggung jawabnya sebagai aparat keamanan. Joodie menjelaskan, dirinya bersama Danrem mempertemukan kedua belah pihak sebagai langkah awal untuk menentramkan suasana yang panas.   

Joodie mengungkapkan, meski kedua belah pihak sepakat untuk berdamai dan tidak memperpanjang permusuhan, namun kesepakatan tersebut belum dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis.

Normal, Aparat Tetap Siaga


Situasi Desa Balinuraga dan Desa Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan (Lamsel), pada hari kedua paska bentrok massa, kemarin (31/10), berangsur-angsur normal.

Namun demikian, kondisi Desa Balinuraga masih lengang. Hampir seluruh penduduk di desa itu mengungsi. Itu karena sebagian besar rumah mereka hancur pada saat bentrok massa (29/10) lalu.

Seperti diketahui, 1.163 jiwa dari 303 Kepala Keluarga (KK) Desa Balinuaraga diungsikan ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling,Bandar Lampung. Mereka ditempatkan di tiga gedung disana. Masing-masing Gedung Anton Sujarwo, 101 KK, 410 jiwa, kemudian Gedung Subarkah, 111 KK, 299 jiwa dan Gedung Hugeng 91 KK, 381 jiwa.

Sementara, sisanya ada yang mengungsi ke rumah sanak-saudara mereka yang berada di luar Lamsel. Desa Balinurga merupakan satu dari empat desa di Kecamatan Way Panji.  Desa ini berpenduduk 3010 jiwa dari 834 KK.

’’Kalau saat ini, Desa Balinuraga memang masih sepi. Karena sebagian besar penduduk masih mengungsi,’’ kata Camat Waypanji, Hendra Jaya kepada Radar Lampung, kemarin.

Menurutnya, tidak semua warga Balinuraga diungsikan ke SPN. Ada juga yang mengusngi ke rumah sanak familinya, yang berada di luar Lamsel. Saat ini pemkab melalui pihak-pihak terkait bersama-sama TNI dan Polri masih membersihkan puing-puing rumah warga, yang hancur ataupun rusak karena dibakar.  ’’Aparat keamanan juga masih berjaga-jaga disekitar rumah warga untuk mengamankan harta bendanya yang masih tertinggal,’’ ungkapnya.

Memang, tidak banyak harta benda yang diselamatkan paska insiden berdarah itu. Hanya ada beberapa perabotan yang masih bisa diselamatkan. Seperti kursi, meja dan sejumlah hewan ternak. Seperti sapi, kambing, ayam, kerbau dan babi.

Namun Hendra mengatakan, sebagian ternak itu ada yang lepas pada saat bentrok tersebut. Sehingga ada yang tidak diketahui keberadaannya. ”Namun, jika memang masih ada di kandang ternak, akan dijaga aparat,’’ tegasnya.

Sementara, berdasarkan pantauan Radar Lampung (Grup JPNN), dari jam 09.40 sampai pukul 11.00 wib, aparat kemanan baik dari TNI ataupun Polri masih berjaga-jaga di lokasi kejadian. Penempatan aparat ini akan dilakukan hingga sistuasi di desa itu benar-benar kondusif. Sebanyak 3.409 personel Polri dan 700 personel dari TNI AD maupun Marinir masih disiagakan di lokasi kejadian dan sejumlah titik disekitaran Desa Balinuraga dan Sidoreno.

Sementara, kondisi Desa Sidoreno nyaris pulih. Penduduk setempat telah melakukan aktivitas seperti biasa. Bahkan, sejumlah warung dan tempat usaha seperti bengkel dan kios juga sudah mulai buka. Ada juga sejumlah petani yang sudah mulai berkebun. Namun, aparat juga masih tetap disiagakan di desa itu. Posko-posko aparat keamanan juga masih berada disana. (dur/ary)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Konawe Kepulauan dan Koltim Tetap Akan Mekar

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler