jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan mengatakan depresiasi rupiah saat ini telah berdampak jauh dari target pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Menurut Heri, dalam RPJMN nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ditargetkan Rp 13.400 pada 2018. Namun, kata dia, saat ini nilai tukar rupiah sudah mencapai Rp 15.200 per dolar AS.
BACA JUGA: Konon Rupiah Kian Terjepit Jika Elektabilitas Jokowi Melejit
Menurut Heri, melihat perkembangan terakhir rupiah bisa terus mengalami depresiasi hingga lebih dari 3,94 persen minggu ini. Pada minggu lalu 3,50 persen.
"Sehingga, diperkirakan sementara ini nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa menyentuh level Rp 15.500 per dolar," ujar Heri dalam keterangannya, Selasa (9/10).
BACA JUGA: Pakde Karwo Pastikan Pelemahan Rupiah Tak Berefek bagi Jatim
Menurut Heri, hal ini juga dapat dilihat dari exchange forward bank. BCA misalnya sebesar Rp 15.600 per dolar pada enam bulan ke depan. Ini bisa jadi baru permulaan karena The Fed akan kembali menaikkan suku bunga atau Fed Fund Rate beberapa kali lagi sampai tahun depan.
"Saat ini secara total, maka rupiah telah terdepresiasi lebih dari 11-12 persen tahun ini," ungkap Heri.
BACA JUGA: Nyaris Rp 15.200 per USD, Bu Ani Sebut Faktor Eksternal
Politikus Partai Gerindra itu mengingatkan dampak akibat depresiasi rupiah ini adalah cadangan devisa yang diprediksi akan terus turun ke level USD 115 miliar sampai akhir Oktober. Karena cadangan devisa terus turun akibat pemerintah mengintervensi rupiah, ada wacana agar Indonesia mengunakan Asia’s Crisis Reserve Pool untuk menahan laku depresiasi.
"Asia Crisis Reserve Pool ini berjumlah USD 240 miliar yang bisa dipinjam oleh negara-negara Asia dalam keadaan darurat untuk mengatasi gejolak keuangan. Khusus untuk situasi Indonesia saat ini, dialokasikan USD 23 miiar dari pool dana tersebut jika pemerintah Indonesia memerlukan," paparnya.
Menurutnya, pelemahan rupiah juga bisa berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat. Terutama PHK terjadi pada industri yang selama ini menggantungkan bahan baku dari impor.
“Potensi PHK semakin membesar seiring dengan terus melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," ujarnya.
Heri menambahkan, depresiasi rupiah menyebabkan daya beli masyarakat menurun akibat meningkatnya harga-harga barang. Saat ini harga memang belum naik, dikarenakan pedagang masih menggunakan stok lama.
"Namun dalam 2-3 bulan ke depan, ketika pedagang sudah membeli bahan baku baru, maka kenaikan harga tidak bisa dihindarkan. Sekalipun tidak ada kenaikan, volumenya pasti diturunkan," pungkasnya.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dolar Tembus Rp 15 ribu, Fadli Kritik Pertemuan IMF di Bali
Redaktur & Reporter : Boy