jpnn.com, JAKARTA - Sebanyak 6.394 perwira tinggi dan menengah TNI mengikuti literasi digital sektor pemerintahan.
Kegiatan besutan Kemenkominfo bersama TNI ini mewujudkan prajurit yang makin bijak dan cakap digital.
BACA JUGA: Inovasi, Kolaborasi & Digitalisasi jadi Kunci Peningkatan Penetrasi Ekonomi Syariah
Pelaksana tugas Menteri Komunikasi dan Informatika (Plt. Menkominfo) Moh. Mahfud MD dalam sambutannya mengatakan bahwa digitalisasi saat ini berdampak dengan munculnya berbagai jenis ancaman baru yang dapat mengganggu kedaulatan negara.
Oleh karena itu, dampak ini perlu diwaspadai TNI dalam melaksanakan pertahanan negara untuk mempertahankan kedaulatan, menjaga kesatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta menjaga keselamatan bangsa dari berbagai ancaman dalam lingkup militer.
BACA JUGA: Dave Laksono Bicara Peran Penting Digitalisasi untuk Ekonomi ASEAN di China
Selain itu, Menteri Mahfud MD juga mengingatkan bahwa pemerintah akan menghadapi tahun demokrasi sebentar lagi, karena itu perlu adanya penekanan netralitas dalam prajurit TNI beserta keluarga besar TNI dalam pemilu.
"TNI diharapkan bisa menjaga kondusivitas dalam proses pemilu dan memastikan bahwa pemilu aman bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Mahfud dalam keterangannya dikutip Kamis (29/6).
BACA JUGA: Terapkan Aplikasi REKAN, Pupuk Indonesia Dukung Digitalisasi di Sektor Pertanian
Dia mengharapkan TNI dan Polri tetap pada posisi netral, terutama dalam merespons lalu lintas digital yang kemungkinan akan menimbulkan banyak provokasi yang menyasar masyarakat dengan tingkat literasi rendah.
Melalui program literasi digital yang dijalankan hari ini, ujar Mahmud MD, pemerintah berharap agar seluruh anggota TNI dapat lebih cakap, teliti, dan berhati-hati serta menggunakan logika dalam menerima dan menyebarkan informasi, khususnya informasi mengenai pemilu, baik secara lisan maupun tulisan.
Sementara itu, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono dalam sambutannya mengimbau agar anggota TNI wajib memberantas setiap konten negatif yang ditemui dengan cara memiliki kecakapan digital dalam memilah informasi demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Dia berharap literasi digital mampu meningkatkan kecakapan prajurit dalam beraktivitas di ruang digital.
Semoga setelah pelatihan ini tidak ada prajurit yang membocorkan rahasia negara, mudah percaya dengan hoaks, serta konten yang bertentangan dengan tugas TNI sebagai pemersatu bangsa.
"Perlu ditekankan pada jajaran semuanya, harus memilah mana konten yang bisa dibagikan atau tidak dan pikirkan dampaknya terhadap persatuan,” jelasnya.
Pengajar dan Pengembang Teknologi Python Andri Johandri menjelaskan bahwa ruang digital tidak hanya diisi dengan hiburan atau pemenuhan kebutuhan, tetapi juga dipenuhi dengan berbagai risiko serta tantangan saat memanfaatkan ruang digital.
"Risiko digital bisa datang darimana saja, bahkan celah terjadinya penyalahgunaan bisa datang dari foto selfie Bapak-Ibu TNI sekalian," ujarnya.
Dia mengingatkan yang perlu dicermati, risiko dan tantangan yang ada di depan mata adalah bahaya ‘Deep Fake’. Dengan kejahatan ini, pihak-pihak tak bertanggung jawab bisa memanipulasi foto atau video seseorang. Oleh karena itu, prajurit TNI hendaknya lebih waspada terhadap penyebaran data pribadi. (esy/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad